Minggu, 15 Maret 2015

Senja kala

Tidur lagi
Bangun lagi
 Tidur lagi
Bangun lagi
 Tidur lagi
Bangun lagi
Terus terus terus dan lalu mati

Tiap sore
Senja memperhatikan kita
Namun kita ta pernah peduli

Ngeri
Ketika pelaku kriminal di hakimi masa
Di pukuli
Bahkan sampai di bakar hidup hidup
Apakah begitu cara kita memperlakukan manusia yang tersesat

Hidup buatku cuma satu
Ikuti waktu sampai waktu ta mengikuti

 Tiap hari aku mengikuti waktu pagi siang sore pagi siang sore malem dst....... tapi suatu saat waktu ta mungkin mengikuti aku lagi karena aku telah membunuhnya

Sudah waktunya ada satu hukum untuk semua manusia

Hukum seharunya mengenal kata maaf

Jangan ganggu keseimbangan alam jika ta mau petaka datang melanda

Hidup bukanlah kompetisi
Harus ada menang dan kalah
Hidup adalah janji
Harus saling menjaga dan menghormati

Sesuatu yang di inginkan
Ta bisa terwujud dalam sekejap mata

Kehidupan yang berarti
Ta harus di kenal banyak orang
Cukup kamu bisa membahagiakan dirimu sendiri

Tidak setiap tawa pertanda bahagia

Berapa hari lagi aku hidup
Itu tidaklah penting
Buatlah semua berguna

Aku bahagia dengan hidupku
Tapi aku tidak bahagia dengan tawaran kehidupan mereka

Orang cuma tertawa
Biarkan saja

Aku percaya
Hidup adalah mimpi yang ta tercapai

Jika nanti aku mati
Aku harap
Semua tidak ada yang mengingatku
Kalau aku pernah ada di dunia ini

Biarkan semua mengalir apa adanya

Selama di tangerang ini
Banyak hal yang sebelumnya aku buta
Perlahan kini mulai terbuka

Mungkin bunga yang indah
Merekah karena tanah yang basah
Mungkin manusia yang indah
Mempesona karena rasa yang pasrah

Sepertinya
Hidup hanya untuk mengukir cerita
Lalu meninggalkannya menjadi kenangan

Ketika semua ambisi
Telah tercapai
Ketika semua kemauan
Telah terlaksana
Sungguh
Hidup jadi semakin membosankan

Kenangan selalu tampak indah
Seburuk apapun itu
Daripada kenyataan yang indah

Kalian boleh membenciku
Tapi kalian jangan membenci kebenaran

Kamis, 12 Maret 2015

Tanya jawab logika

Soal: 1
Seorang gadis yang baru bisa menyetir, melalui sebuah jalan raya dengan arah yang salah (melawan arus), padahal jalan tersebut adalah jalan satu arah. Tapi, dia tidak melanggar hukum. Bagaimana bisa?
Soal: 2
Tebaklah 3 teka-teki berikut:
1). Kecil di China besar di Arab.
2). Dia bersembunyi di belakang kastil, berada di tengah malam, dan muncul di depan lilin.
3). Kalian melihat orang china makan mie ayam dengan apa?
Coba jawab!!!
Soal: 3
Walaupun dibeli dalam waktu yang berbeda-beda, habisnya selalu dalam waktu bersamaan. Apa hayo??
Soal: 4
Baca Baik2..
"Pagi-pagi aku ada 2"
" di siang hari aku ada 3"
."kalo malam aku gak ada"
"aku ada diujung api dan di tengah-tengah air".
"aku punya kepala sayangya aku tidak punya leher...dan klo aku sdah bsar & tinggibiasanya kepalaku hilang,"
"tanpa aku dunia dan cinta tidak akan ada"
SIAPAKAH AKU..?
Soal: 5
Aku adalah sebuah benda di rumah terdiri dari 5 huruf
-kalo huruf ke 3 di ganti P aku adalah alat tulismenulis
-kalo huruf ke 4 di ganti I aku adalah sebuah pekerjaan
-kalo huruf ke 5 di ganti S aku adalah sebuah perkara
-kalo semua huruf konsonan di hilangkanaku adalah seorang tentara
-kalo kata ku di balik aku menjadi barang yang tidak berguna
Pertanyaan nya, siapakah aku ?
Soal: 6
Ada seseorang maling yang dikejar warga
kalau ke kiri ada warga
kalau ke kanan ada penduduk
kalau ke belakang ada orang kampung
kalau ke depan jalan buntu.
Pertanyaan: Bagaimana cara maling ituuntuk kabur????
Soal: 7
Ada seorang pria yang tinggal di lantai paling atas di sebuah apartemen yang sangat tinggi. Setiap hari ia menggunakan lift menuju ke lantai dasar, meninggalkan apartemen itu lalu pergi bekerja. Sekembalinya dari kerja, ia hanya bisa naik ke separuh perjalanan saja, sisanya ia harus berjalan kaki menggunakan tangga, kecuali hari sedang hujan. Mengapa hal ituterjadi?
Soal: 8
Bagaimana caranya anda melempar sebuah bola sekeras-kerasnya hingga bola tersebut kembali kepada anda dengan syarat bola tersebut tidak menempel pada apapun, bola tersebut tidak mengenai apapun dan tidak ada orang lain yang menangkap bola tersebut?
Soal: 9
Ada anak namanya Andi. Ia ingin mengambil bola disudut ruangan, tapi ia harusmelewati 3 ruangan.
- Ruang 1 ada sepasang petinju yang siap bertinju.
- Ruang 2 ada singa yang tidak makan 1 tahun.
- Ruang 3 ada pemburu yang siap untukmenembak Anda.
Bagaimana cara Andi agar bisa mengambil bola tersebut?? Sertakan alasan!!
Soal: 10
Disebuah taxi ada 1 supir dan 1 orang penumpang, penumpang itu adalah anak dari supir itu, tapi supir itu bukan ayah dari penumpang itu, jadi siapa supirnya?
Soal: 11
Ujung satu basah, ujung yang lain terbakar?apakah itu ?
Soal: 12
Dipotong semakin panjang? apakah itu?
Soal: 13
Jatuhnya ke bawah liatnya ke atas. Apa hayo ???
Soal: 14
Aku sembunyi, tapi kepalaku selalu kelihatan..apakah aku??
Soal: 15
Berbaris bukan tentara, meletus bukan balon,apakah itu?
Soal: 16
Diucapkan 1 kali jauh, diucapkan 2 kali jadi dekat. Apakah itu?

Jawaban : Soal 1
bisa saja dia kan gak mengemudi alias jalan kaki saja ....di pinggir jalan pula, apanya yang melanggar....
Jawaban : Soal 2
1) huruf a
2) huruf l
3) mata
Jawaban : Soal 3
kalender
Jawaban : Soal 4
huruf i
Jawaban : Soal 5
kasur
Jawaban : Soal 6
caranya kabur lewat kanan atau ke belakang ...... karna malingnya dikejar warga bukan penduduk atau orang kampung...
Jawaban : Soal 7
Pria itu sangat, sangat pendek dan hanya bisa menjangkau tombol lantai separuh perjalanan ke atas gedung apartemennya. Tetapi, saat hari hujan iamembawa payung yang bisa ia gunakan untuk menekan tombol yang palingatas.
Jawaban : Soal 8
Lempar ke udara atau keatas.
Jawaban : Soal 9
Langsung ambil saja. Alasan :
Ruang 1 : sepasang petinju yang bersiap bertinju ya birain aja bertinju.
Ruang 2 : Singa ndak makan 1 tahun pasti mati.
Ruang 3 : Pemburu akan menembak Anda, BUKAN ANDI.
Jawaban : Soal 10
Ibunya
Jawaban : Soal 11
Sumbu kompor
Jawaban : Soal 12
GelangKaret
Jawaban : Soal 13
Genting Bocor
Jawaban : Soal 14
Paku
Jawaban : Soal 15
Jagungbakar
Jawaban : Soal 16
Langit

Soal 1
Mr. Smith dan Mrs. Smith pergi ke pantai untuk rekreasi. Mereka mempunyai 5 orang anak laki-laki dimana setiap anak laki-lakinya mempunyai seorang saudara perempuan. Semua anak mereka telah menikah dan mempunyai anak dengan jumlah yang sama. Setiap anaknya mempunyai 5 orang anak perempuan dimana setiap anak perempuannya mempunyai seorang saudara laki-laki. Berapa orang total yang pergi rekreasi ke pantai?
Soal 2
Ada seorang pengrajin ingin membuat anyaman, dan mau memotong bambu menjadi beberapa potongan. Jika pengrajin itu menghabiskan waktu 5 menit untuk sekali memotong. Jadi waktu yang digunakan untuk memotong bambu itu agar menjdi 10 potongadalah sebanyak ..... menit??
Soal 3
Jika :
2 adalah 3
3 adalah 4
4 adalah 5
10 adalah ...
Soal 4
Pada sebuah bangku panjang yang diduduki oleh beberapa orang. Andi duduk paling tengah. Budi duduk tepat di tengah antara Andi dan orang yang duduk paling pojok. Antara Andi dan Budi ada 3 orang.
Berapakah orang yang duduk di bangku tersebut?
Soal 5
Aldo tinggal di komplek perumahan yang hanya ada 12 rumah saja. Uniknya setiap hari semua rumah selalu mendapat kiriman surat dari pak pos. Rumah Aldo selalu dapat surat lebih banyak dari rumah lainnya yang ada di komplek tersebut. Suatu hari, surat yang harus diantar pak pos ke komplek tersebut adalah 57 surat. Berapa surat minimal yang mungkin Aldo dapatkan hari itu?
Soal 6
Di dalam sebuah rumah terdapat 3 orang yaitu si BISU, si TULI, dan si BUTA. Suatu hari Duit si BUTA dicuri oleh si TULI, si BISU melihat si TULI mencuri uang si BUTA. gimana caranya si BISU kasih tau si BUTA kalau si TULI udah mencuri uangnya si BUTA?
Soal 7
Seorang pemadam kebakaran ingin memadamkan api di sebuah apartemen yang terbakar. Dia menaiki anak tangga hingga berada di bagian tengah tangga tersebut. Ketika asap mulai menipis, dia memanjat 3 anak tangga. Tiba-tiba api berkobar dan dia terpeleset 5 anak tangga. Api mulai redup dan dia memanjat lagi 7 anak tangga dan setelah api padam dia naik lagi 5 anak tangga terakhir. Berapakah jumlahanak tangga tersebut?
Soal 8
Pada hari sebelum kemarin, peramal cuaca mengatakan, "Cuaca hari ini berbeda dari kemarin. Jika cuaca besok sama seperti yang kemarin, lusa akan memiliki cuaca yang sama seperti hari sebelum kemarin. Tapi jika cuaca besok sama seperti saat ini, lusa akan memiliki cuaca yang sama seperti kemarin. "
Ternyata diketahui hari ini hujan, dan hari sebelum kemarin juga hujan.
Jika ternyata prediksi peramal cuaca itubenar, apa cuaca hari kemarin?
Soal 9
Aku diculik, ditaruh di dalam box mobil, tak bisa melihat keluar sama sekali. Tetapi sekarang aku mendengar suara gemeletak operan gigi motor yang bertubi-tubi dan bersahutan banyak sekali, riuh ramai sepertinya. Dimanakah aku saat itu?
Soal 10
Kalau siang hari saya dilipat dan disimpan sedangkan kalu malam hari saya makan orang. siapakah saya?
Soal 11
Aku Punya Mulut Besar Tapi Tak Bisa Bicara dan Tidak Punya Kaki Apakah Aku?
Soal 12
Saya mempunyai dua buah mulut. yang satu besar dan yang satu kecil. yang besar untuk diri saya sendiri dan yang kecil untuk orang lain. siapakah saya?
Soal 13
Benda apa yang kalo digosok selalu berwarna putih?

Jawaban Soal no.1
Jawaban :
2 orang yaitu Mr. Smith dan Mrs. Smith,Hanya pemahaman soal saja.
Jawaban Soal no.2
Jawaban : 45 menit
Alasan : Bambu yang dibutuhkan adalah 10 potongan, otomatis kita harus memotong sebanyak 9 kali lagi. Sedangkan 1 kali potongan memakan waktu 5 menit
Jadi, 9x5 = 45 menit
Jawaban Soal no.3
Jawaban : 7 (jumlah huruf)
Jawaban Soal no.4
Jawaban : 17 orang
Formasi :
× ×××× ×××A ×××B ×××C
Jumlah orang = 17 orang
Jawaban Soal no.5
Jawaban : 6 surat
Dengan pembagian :
4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 6
Jawaban Soal no.6
Jawaban : Langsung ngomong saja kan si Bisu bisa bicara.
Alasan : si BISU, si TULI, dan si BUTA hanya nama saja.
Jawaban Soal no.7
Jawaban : 21 anak tangga.
Saat awal dia ada di tengah anak tangga. Kemudian dia naik 3 anak tangga lalu jatuh 5 anak tangga. Berarti ia berada 2 anak tangga di bawah anak tangga yang di tengah. Kemudian ia naik 7 anak tangga. Sekarang berarti ia berada di anak tangga ke 5 di atas anak tangga yang di tengah. Yang terakhir dia naik lagi 5 anak tangga yang terakhir. Berarti saat ini dia berada 10 anak tangga di atas anak tangga yang di tengah. Jadi jumlahanak tangga tersebut adalah 10 x 2 = 20 dan di tambah anak tangga yang di tengah jadi 21 anak tangga.
Catatan: Jika jumlah anak tangga genap tidak mungkin tangga tersebut punya tangga di bagian tengah.
Jawaban Soal no.8
Jawaban : Tidak Hujan.
Misalkan hari ini adalah SENIN :diketahui hari ini (SENIN) hujan dan hari sebelum kemarin (SABTU) juga hujan.
Dan dari perkataan peramal cuaca hari ini (SABTU) berbeda dari kemarin (JUMAT)
Jadi : SENIN = hujan, SABTU = hujan, JUMAT = tidak hujan
Dapat ditulis demikian,
_______________
Pada hari SABTU (hujan), peramal cuaca mengatakan, "Cuaca hari SABTU (hujan) berbeda dari JUMAT (tidak hujan). Jika cuaca MINGGU (tidak hujan) sama seperti JUMAT (tidak hujan), SENIN (hujan) akan memiliki cuaca yang sama seperti hari KAMIS (hujan). Tapi jika cuaca MINGGU (hujan) sama seperti SABTU (hujan), SENIN (hujan) akan memiliki cuaca yang sama seperti JUMAT (tidak hujan)."
Jawaban Soal no.9
Jawaban : box mobil
Jawaban Soal no.10
Jawaban : Selimut
Jawaban Soal no.11
Jawabannya : Goa
Jawaban Soal no.12
Jawaban : Teko/Ceret
Jawaban Soal no.13
Jawaban : Sabun

50 pertanyaan

Berikut ini adalah 50 pertanyaan sederhana yang memerlukan perenungan yang mendalam untuk bisa mengetahui jawabannya.
1. Siapakah aku ini?
2. Apakah benar ada Tuhan? (Jika benar, siapa Tuhan?)
3. Bagaimanakan awal mula alam semesta?
4. Apa makna dari kehidupan?
5. Apa tujuan dari keberadaanku di alam semesta?
6. Apa itu cinta?
7. Apa itu benar dan salah?
8. Dapatkah perdamaian dunia bisa dicapai?
9. Apa itu kesadaran?
10. Akankah kemiskinan bisa diatasi?
11. Bagaimana aku bisa bahagia?
12. Bagaima aku bisa membuat orang lain bahagia?
13. Apa kodrat dari kenyataan?
14. Kenapa aku mengalami penderitaan?
15. Apa sebenarnya peran dari pemerintah?
16. Dari manakah asal kreatifitas seseorang?
17. Apakah kamu mau rela melanggar hukum demi menyelamatkan seseorang yang kamu cintai?
18. Apa bedanya hidup dan sekadar ada di dunia?
19. Apa yang akan menjadi kata-kata terakhirmu?
20. Apakah kamu bisa meraih cita-citamu?
21. Apa sebenarnya yang akan terjadi setelah kita meninggal?
22. Apa ketakutan terbesarmu?
23. Siapakah inspirasi hidup terbesarmu?
24. Apa saja nilai-nilai pribadimu?
25. Apa itu kebebasan sejati? Apakah itu ada?
26. Apa yang tidak akan kamu berikan untuk mendapatkan uang 1 triliun rupiah tunai?
27. Bagaimana kamu mengartikan kata “sukses”?
28. Apa itu masyarakat yang ideal?
29. Berapa sebenarnya uang yang kamu butuhkan untuk bisa hidup nyaman dalam sebulan?
30. Jika kamu tahu bahwa kamu akan meninggal esok, apa yang akan kamu lakukan?
31. Mau jadi apa kamu dalam 20, 30 atau 50 tahun ke depan?
32. Apakah hantu itu ada?
33. Apa momen yang paling menentukan dalam hidupmu di masa lalu?
34. Kamu mau orang-orang mengenangmu dengan cara apa setelah kamu meninggal?
35. Apakah memang lebih baik mencintai seseorang dan kemudian kehilangannya, daripada tak pernah mencintai sama sekali?
36. Kapankah keheningan bisa lebih berarti ketimbang kata-kata yang terucap?
37. Apa yang pertama kali kamu pikirkan di pagi hari, dan apa yang kamu pikirkan di malam sebelum tidur?
38. Apakah ada aspek-aspek kehidupan yang tak bisa kita pahami?
39. Apakah kelak mesin bisa memliki kesadaran?
40. Apakah suatu hari kita akan hidup di bulan ataupun planet lain?
41. Apakah memang benar ada alien?
42. Manusia akan berevolusi menjadi bagaimana?
43. Apakah manusia akan punah?
44. Apakah kebenaran sejati itu ada?
45. Apakah ada hewan yang percaya pada Tuhan atau pada makhluk gaib?
46. Seberapa banyak keputusan yang kita buat yang didasarkan pada kehendak bebas?
47. Bagaimana caraku menerima dunia bila aku terlahir cacat?
48. Bagaimanakah kehidupanmu apabila kamu terlahir sebagai lawan jenismu?
49. Bagaimanakah kehidupanmu apabila kamu terlahir di negara lain?
50. Apabila kamu bisa berpindah ke tempat dan waktu yang berbeda, kamu mau tinggal di mana dan kapan?

Pertanyaan

Benarkah Tuhan ada, jika tuhan ada dimanakah Tuhan bersemayam?

Jika Tuhan menciptakan segalanya, maka siapa yang menciptakan Tuhan, bagaimana asal mula terciptanya Tuhan?

Mungkinkah kita kembali ke masa lalu atau pergi ke masa depan?

Masihkah kita yang sekarang sama dengan kita pada 1 detik yang lalu?

Dari mana kita berasal, mengapa kita disini, dan kemanakah kita nanti?

Apa waktu itu?
Jika anda ingin mempersulit seorang fisikawan, tanyakan padanya : Apa itu waktu? sebab kita tidak akan tahu jawabannya.
Ada sebuah rumor yang mengatakan, waktu adalah senjata gaib alam yang menghalangi segala benda melakukan aktivitas secara bersamaan. Waktu bisa mendefinisi kehidupan kita sebab kita mengandalkan waktu untuk mengukur hidup. Namun dalam hal apa itu waktu, kita sama seperti orang zaman dahulu, juga tidak tahu apa-apa. Ini bukan berarti kita tidak tahu apa yang telah dilakukan waktu. Kita bisa memberi sebuah tanda pada waktu, kemudian masukkan waktu ke dalam persamaan yang tidak sama sehingga kita bisa meneliti sejumlah besar fenomena dan menarik kesimpulan.
Akan tetapi, ini belum bisa memberitahu kita sebenarnya apa itu waktu. Apakah merupakan sebuah sungai yang mengalir dari masa lampau ke masa depan? Jika ya, lalu sungai apakah itu? Apa yang mendorongnya bergerak dan berdasarkan apa kecepatan arus sungai itu mengalir? Jika waktu adalah sebuah sungai, apakah bisa mengalir ke atas menembus sungai ini? Dan apakah kita bisa sepenuhnya menghentikan arus sungai yang mengalir ini?
Novelis fiksi mengatakan ini memungkinkan. Yang mengherankan kita adalah fisikawan juga beranggapan seperti ini. Sebelum diciptakan sebuah mesin waktu, harus diketahui betul waktu yang sukar diraba dan mudah lenyap dalam sekilas. Hingga terakhir nanti, akan disingkap misteri-misteri yang misterius ini. Namun jika memang demikian, maka dipastikan akan muncul lebih banyak lagi misteri. Mungkin satu-satunya yang layak terhibur adalah apabila kelak kita dapat menyingkap semua misteri dan jika benar-benar terpecahkan, maka segalanya akan menjadi hambar.

Babad tanah jawi

Babad Tanah Jawi (aksara Jawa:
) merupakan karya sastra sejarah dalam berbentuk tembang Jawa. Sebagai babad/babon/buku besar dengan pusat kerajaan zaman Mataram, buku ini tidak pernah lepas dalam setiap kajian mengenai hal hal yang terjadi di tanah Jawa.
Buku ini juga memuat silsilah raja-raja cikal bakal kerajaan Mataram, yang juga unik dalam buku ini sang penulis memberikan cantolan hingga nabi Adam dan nabi-nabi lainnya sebagai nenek moyang raja-raja Hindu di tanah Jawa hingga Mataram Islam.
Silsilah raja-raja Pajajaran yang lebih dulu juga mendapat tempat. Berikutnya Majapahit, Demak, terus berurutan hingga sampai kerajaan
Pajang dan Mataram pada pertengahan abad ke-18.
Buku ini telah dipakai sebagai salah satu babon rekonstruksi sejarah pulau Jawa[ butuh rujukan] . Namun menyadari kentalnya campuran mitos dan pengkultusan, para ahli selalu menggunakannya dengan pendekatan kritis.
Banyak versi
Babad Tanah Jawi ini punya banyak versi.
Menurut ahli sejarah Hoesein Djajadiningrat, kalau mau disederhanakan, keragaman versi itu dapat dipilah menjadi dua kelompok. Pertama, babad yang ditulis oleh Carik Braja atas perintah Sunan Paku Buwono III. Tulisan Braja ini lah yang kemudian diedarkan untuk umum pada
1788 . Sementara kelompok kedua adalah babad yang diterbitkan oleh P. Adilangu II dengan naskah tertua bertarikh 1722 .
Perbedaan keduanya terletak pada penceritaan sejarah Jawa Kuno sebelum munculnya cikal bakal kerajaan Mataram. Kelompok pertama hanya menceritakan riwayat Mataram secara ringkas, berupa silsilah dilengkapi sedikit keterangan. Sementara kelompok kedua dilengkapi dengan kisah panjang lebar.
Babad Tanah Jawi telah menyedot perhatian banyak ahli sejarah. Antara lain ahli sejarah HJ de Graaf . Menurutnya apa yang tertulis di Babad Tanah Jawi dapat dipercaya, khususnya cerita tentang peristiwa tahun 1600sampai zaman Kartasuradi abad 18. Demikian juga dengan peristiwa sejak tahun 1580yang mengulas tentang kerajaan Pajang. Namun, untuk cerita selepas era itu, de Graaf tidak berani menyebutnya sebagai data sejarah: terlalu sarat campuran mitologi, kosmologi, dan
dongeng.
Selain Graaf, Meinsma berada di daftar peminat Babad Tanah Jawi. Bahkan pada 1874ia menerbitkan versi prosa yang dikerjakan oleh Kertapraja. Meinsma mendasarkan karyanya pada babad yang ditulis CarikBraja. Karya Meinsma ini lah yang banyak beredar hingga kini.
Balai Pustaka juga tak mau kalah. Menjelang Perang Dunia II mereka menerbitkan berpuluh-puluh jilid Babad Tanah Jawi dalam bentuk aslinya. Asli sesungguhnya karena dalam bentuk tembang dan tulisan Jawa.

Wawacan sulanjana

Wawacan Sulanjana adalah naskah kuno berbahasa Sunda yang mengandung mitologi Sunda. Judul naskah ini bermakna "Kisah Sulanjana". Kata wawacan berarti yang berarti "bacaan". Sedangkan nama Sulanjana sendiri adalah nama pahlawan utamanya, pelindung tanaman padi dari serangan Sapi Gumarang, dan babi hutan Kalabuat dan Budug Basu yang melambangkan hama yang menyerang tanaman padi. Wawacan Sulanjana mengandung kearifan lokal mengenai tradisi memuliakan tanaman padi dalam tradisi masyarakat Sunda.[1]
Mitologi dalam Wawacan Sulanjana menceritakan mitologi dewa-dewi Sunda, khususnya mengisahkan mengenai dewi padi Nyi Pohaci Sanghyang Asri. Naskah ini juga menceritakan kekayaan dan kemakmuran Kerajaan Sunda
Pajajaran dengan tokoh raja legendarisnya Prabu Siliwangi. Naskah ini menggambarkan sifat kehidupan pertanian masyarakat Sunda. Asal mula Wawacan Sulanjana mungkin dapat ditelusuri dari tradisi lisan
Pantun Sunda yang dikisahkan pendongeng desa secara turun-temurun. Naskah Wawacan Sulanjana yang kini ada diduga disusun pada kurun waktu kemudian, mungkin sekitar abad ke-17 dan ke-19 ketika masyarakat Sunda mulai dipengaruhi dan masuk ajaran Islam. Naskah ini mengandung beberapa mitologi Islam, misalnya dewa-dewi Sunda dianggap keturunan nabi Adam dalam tradisi agama samawi, juga Idajil dikaitkan dengan setan atau iblis dalam tradisi Islam. Terdapat juga pengaruh Jawa, misalnya dikaitkan dengan mitologi Batara Ismaya (Semar), serta menyinggung kisah Dewi Nawang Wulan. Pada 1907 Pleyte menerjemahkan kumpulan kisah "Wawacan Sulanjana".
Ringkasan
Kisah dimulai dengan mitologi penciptaan jagad raya oleh dewa tertinggi Sang Hyang Kersa, dengan kaitan aneh yang agak dipaksakan antara dewa ini dengan tokoh nabi
Adam yang disebutkan sebagai leluhur dewa-dewi Sunda. Bagian ini sangat mungkin ditambahkan kemudian, terhadap mitologi asli Sunda, untuk memasukkan gagasan, mitologi dan iman Islam ke dalam sistem kepercayaan Sunda. Dewa tertinggi dalam kepercayaan Sunda Wiwitan, Sang Hyang Kersa ("Yang Berkehendak") disebutkan menciptakan dunia serta dewa-dewi lainnya, seperti BatariSunan Ambu, dan Batara Guru (disamakan dengan dewa Siwa dalam agama Hindu). Banyak dewa-dewi lainnya merupakan adaptasi dari dewa-dewi Hindu, seperti Indra dan Wisnu. Batara Guru berkuasa di kahyangan atau swargaloka sebagai raja para dewa. Sang Hyang Kersa juga menciptakan tujuh Batara (makhluk setengah dewa) yang diturunkan di Sasaka Pusaka Buana (Tempat Suci di atas Bumi), mereka berkuasa di berbagai tempat di tanah Sunda dan menurunkan manusia, khususnya orang Sunda.
Dahulu kala di Kahyangan, Batara Guru yang menjadi penguasa tertinggi kerajaan langit, memerintahkan segenap dewa dan dewi untuk bergotong-royong, menyumbangkan tenaga untuk membangun istana baru di kahyangan. Siapapun yang tidak menaati perintah ini dianggap pemalas, dan akan dipotong tangan dan kakinya.
Mendengar titah Batara Guru, Antaboga (Anta) sang dewa ular sangat cemas. Betapa tidak, ia samasekali tidak memiliki tangan dan kaki untuk bekerja. Jika harus dihukum pun, tinggal lehernyalah yang dapat dipotong, dan itu berarti kematian. Anta sangat ketakutan, kemudian ia meminta nasihat Batara Narada, saudara Batara Guru, mengenai masalah yang dihadapinya. Tetapi sayang sekali, Batara Narada pun bingung dan tak dapat menemukan cara untuk membantu sang dewa ular. Putus asa, Dewa Anta pun menangis terdesu-sedu meratapi betapa buruk nasibnya.
Akan tetapi ketika tetes air mata Anta jatuh ke tanah, dengan ajaib tiga tetes air mata berubah menjadi mustika yang berkilau-kilau bagai permata. Butiran itu sesungguhnya adalah telur yang memiliki cangkang yang indah. Barata Narada menyarankan agar butiran mustika itu dipersembahkan kepada Batara Guru sebagai bentuk permohonan agar dia memahami dan mengampuni kekurangan Anta yang tidak dapat ikut bekerja membangun istana.
Dengan mengulum tiga butir telur mustika dalam mulutnya, Anta pun berangkat menuju istana Batara Guru. Di tengah perjalanan Anta bertemu dengan seekor burung elang (ada beberapa versi yang menyebutkan burung gagak) yang kemudian menyapa Anta dan menanyakan kemana ia hendak pergi. Karena mulutnya penuh berisi telur Anta hanya diam tak dapat menjawab pertanyaan si burung. Sang elang mengira Anta sombong sehingga ia amat tersinggung dan marah.
Burung itu pun menyerang Anta yang panik, ketakutan, dan kebingungan. Akibatnya sebutir telur mustika itu pecah. Anta segera bersembunyi di balik semak-semak menunggu elang pergi. Tetapi sang elang tetap menunggu hingga Anta keluar dari rerumputan dan kembali mencakar Anta. Telur kedua pun pecah, Anta segera melata beringsut lari ketakutan menyelamatkan diri, kini hanya tersisa sebutir telur mustika yang selamat, utuh dan tidak pecah. Dua telur yang pecah itu jatuh ke bumi dan menjelma menjadi dua babi hutan Kalabuat dan Budug Basu.[2] Kamudian Kalabuat dan Budug Basu dipelihara Sapi Gumarang. Sapi ini merupakan penjelmaan ajaib akibat seekor sapi betina secara tidak sengaja meminum air kemih iblis Idajil sehingga hamil dan melahirkan Sapi Gumarang.
Akhirnya Anta tiba di istana Batara Guru dan segera mempersembahkan telur mustika itu kepada sang penguasa kahyangan. Batara Guru dengan senang hati menerima persembahan mustika itu. Akan tetapi setelah mengetahui mustika itu adalah telur ajaib, Batara Guru memerintahkan Anta untuk mengerami telur itu hingga menetas.
Setelah sekian lama Anta mengerami telur itu, maka telur itu pun menetas. Akan tetapi secara ajaib yang keluar dari telur itu adalah seorang bayi perempuan yang sangat cantik, lucu, dan menggemaskan. Bayi perempuan itu segera diangkat anak oleh Batara Guru dan permaisurinya.
Nyi Pohaci Sanghyang Sri adalah nama yang diberikan kepada putri itu. Seiring waktu berlalu, Nyi Pohaci tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik luar biasa. Seorang putri yang baik hati, lemah lembut, halus tutur kata, luhur budi bahasa, memikat semua insan. Setiap mata yang memandangnya, dewa maupun manusia, segera jatuh hati pada sang dewi.
Akibat kecantikan yang mengalahkan semua bidadari dan para dewi khayangan, Batara Guru sendiri pun terpikat kepada anak angkatnya itu. Diam-diam Batara guru menyimpan hasrat untuk mempersunting Nyi Pohaci. Melihat gelagat Batara Guru itu, para dewa menjadi khawatir jika dibiarkan maka skandal ini akan merusak keselarasan di kahyangan. Maka para dewa pun berunding mengatur siasat untuk memisahkan Batara Guru dan Nyi Pohaci Sanghyang Sri.
Untuk melindungi kesucian Nyi Pohaci, sekaligus menjaga keselarasan rumah tangga sang penguasa kahyangan, para dewata sepakat bahwa tak ada jalan lain selain harus membunuh Nyi Pohaci.
Para dewa mengumpulkan segala macam racun berbisa paling mematikan dan segera membubuhkannya pada minuman sang putri. Nyi Pohaci segera mati keracunan, para dewa pun panik dan ketakutan karena telah melakukan dosa besar membunuh gadis suci tak berdosa. Segera jenazah sang dewi dibawa turun ke bumi dan dikuburkan ditempat yang jauh dan tersembunyi.
Lenyapnya Dewi Sri dari kahyangan membuat Batara Guru, Anta, dan segenap dewata pun berduka. Akan tetapi sesuatu yang ajaib terjadi, karena kesucian dan kebaikan budi sang dewi, maka dari dalam kuburannya muncul beraneka tumbuhan yang sangat berguna bagi umat manusia.
Dari kepalanya muncul pohon
kelapa.
Dari hidung, bibir, dan telinganya muncul berbagai tanaman rempah-rempah wangi dan sayur-mayur.
Dari rambutnya tumbuh rerumputan dan berbagai bunga yang cantik dan harum
Dari payudaranya tumbuh buah buahan yang ranum dan manis.
Dari lengan dan tangannya tumbuh pohon jati, cendana, dan berbagai pohon kayu yang bermanfaat; dari alat kelaminnya muncul pohon aren atau
enau bersadap nira manis.
Dari pahanya tumbuh berbagai jenis tanaman bambu.
Dari kakinya mucul berbagai tanaman umbi-umbian dan ketela; akhirnya dari pusaranya muncullah tanaman padi, bahan pangan yang paling berguna bagi manusia.
Versi lain menyebutkan padi berberas putih muncul dari mata kanannya, sedangkan padi berberas merah dari mata kirinya. Singkatnya, semua tanaman berguna bagi manusia berasal dari tubuh Dewi Sri Pohaci. Sejak saat itu umat manusia di pulau Jawa memuja, memuliakan, dan mencintai sang dewi baik hati, yang dengan pengorbanannya yang luhur telah memberikan berkah kebaikan alam, kesuburan, dan ketersediaan pangan bagi manusia. Pada sistem kepercayaan Kerajaan Sunda kuno.
Di kerajaan swargaloka, Batara Guru memerintahkan Batara Ismaya untuk turun ke bumi dalam wujud sebagai
Semar, untuk membawa benih padi ke Kerajaan Pajajaran sebagai bahan makanan untuk umat manusia. Batara Guru juga mengirimkan putrinya
bidadari (apsara) Nawang Wulan untuk membawa nasi kepada manusia. Nawang Wulan adalah salah satu dari tujuh bidadari yang kadang-kadang turun ke bumi untuk mandi di kolam yang jernih. Mereka turun ke bumi menggunakan kain selendang warna-warni yang membuat mereka dapat terbang dan bepergian antara bumi dan kahyangan. Ketika mereka turun ke bumi, tujuh warna kain selendang mereka membentuk tujuh berkas warna pelangi. Kisah Nawang Wulan juga dapat ditemukan dalam dongeng Jawa yaitu Jaka Tarub. Nawang Wulan turun ke bumi dan menikahi Prabu
Siliwangi raja Pajajaran. Nawang Wulan secara ajaib memasak nasi dengan memasukkan setangkai padi ke dalam wadah bambu dan secara ajaib berubah menjadi nasi masak yang siap disantap. Ia merahasiakan cara ajaib menanak nasi ini dan memerintahkan tidak ada seorangpun yang boleh mendekati dan membuka pendaringannya. Pendaringan adalah semacam lemari tradisional di dapur tempat menyimpan beras dan perabot memasak, secara tradisional dianggap sebagai wilayah kewenangan istri (kaum perempuan). Pada suatu hari sang raja penasaran akan cara memasak nasi dan mengintip ke dapur dan akhirnya mengetahui cara ajaib menanak nasi rahasia Nawang Wulan, ia kemudian membuka pendaringan Nawang Wulan. Karena sang raja telah melanggar sumpahnya untuk tidak mendekati dapur dan membuka pendaringan, maka ajian ajaib untuk menanak nasi menjadi gagal, batal dan tak dapat lagi dilakukan oleh Nawang Wulan. Nawang Wulan kemudian terbang kembali ke swargaloka meninggalkan Raja Siliwangi. Karena hal ini Semar harus mengajarkan umat manusia cara menanak nasi yang lebih rumit dan menghabiskan waktu dan tenaga, cara menanak nasi tradisional inilah yang dapat kita temukan sekarang.
Sebelumnya disebutkan bahwa celeng (babi hutan) kembar Kalabuat dan Budug Basu terlahir dari telur pecah yang berasal dari air mata Antaboga, dan dua telur ini jatuh ke bumi. Kedua celeng ini diasuh oleh sapi Gumarang. Gumarang adalah sapi jejadian yang jahat sebagai hasil seekor sapi meminum air seni iblis Idajil, karena itulah sapi Gumarang bertabiat jahat. Setelah tumbuh dewasa, Kalabuat dan Budug Basu berusaha mencari saudari mereka dan menemukan makam Nyi Pohaci Sanghyang Asri. Mereka melingkari makam tujuh kali dan kemudian mati di atas makam saudarinya.
Sementara Dampo Awang dari tanah sebrang datang ke kerajaan Sunda dengan kapalnya untuk membeli beras. Karena padi dianggap suci oleh rakyat Sunda dan merupakan hadiah dari dewata, maka tak ada yang berani menjualnya. Prabu Siliwangi menolak menjual simpanan beras di leuit (lumbung) di kerajaannya. Dampo Awang marah dan membalas dendam dengan membujuk Sapi Gumarang untuk menghancurkan tanaman padi di kerajaan Sunda.
Sapi Gumarang mengambil mayat celeng Kalabuat dan Budug Basu dari makam Pohaci dan membawanya keliling dunia. Secara ajaib mayat Kalabuat dan Budug Basu berubah wujud menjadi berbagai binatang: babi, celeng, tikus, serangga, dan berbagai jenis hama tanaman padi. Adalah sifat alamiah Kalabuat Budug Basu untuk bersatu dengan saudarinya, yaitu dengan cara memakan tanaman padi. Karena itulah celeng Kalabuat dan Budug Basu dianggap perwujudan hama perusak tanaman dalam kepercayaan tradisional Sunda.
Untuk melindungi tanaman padi, Batara Guru memerintahkan putranya, Sulanjana yang diasuh dan dibesarkan oleh DewiPertiwi, untuk datang ke kerajaan Sunda dan memerangi Gumarang serta hama perwujudan celeng Kalabuat dan Budug Basu. Dalam beberapa kisah, Sulanjana disamakan dengan tokoh Sedana dibantu oleh saudari kembarnya untuk melawan Sapi Gumarang. Mereka bertempur hebat hingga Sulanjana akhirnya berhasil mengalahkan Sapi Gumarang. Gumarang memohon agar Sulanjana mengampuninya dan tidak membunuhnya. Sulanjana menyetujuinya, dengan syarat sebagai balasan atas nyawanya, Gumarang harus membantu Sulanjana menjaga dan merawat tanaman padi, sebagai upahnya Sulanjana memberi Gumarang makanan daun pakis. Sapi Gumarang akhirnya berubah menjadi kerbau dan membantu Sulanjana membajak sawah untuk menanam padi di sawah.

Carita parahyangan

CaritaParahyangan
Carita Parahiyangan merupakan nama suatu naskah Sunda kuna yang dibuat pada akhir abad ke-16, yang menceritakan sejarah Tanah Sunda, utamanya mengenai kekuasaan di dua ibukota Kerajaan Sunda yaitu Keraton
Galuh dan keraton Pakuan. Naskah ini merupakan bagian dari naskah yang ada pada koleksi Museum Nasional Indonesia Jakarta dengan nomor register Kropak 406. Naskah ini terdiri dari 47 lembar daun lontar ukuran 21 x 3 cm, yang dalam tiap lembarna diisi tulisan 4 baris. Aksara yang digunakan dalam penulisan naskah ini adalah
aksara Sunda. [1]
Untuk pertama kalinya naskah ini diteliti oleh K.F. Holle, kemudian diteruskan oleh C.M. Pleyte. Kemudian naskah ini dialihbahasakan oleh Purbacaraka, sebagai tambahan terhadap laporan mengenai Batu Tulis di Bogor. Upaya ini diteruskan oleh H. ten Dam (tahun 1957) dan J. Noorduyn (laporan penelitiannya dalam tahun 1962dan 1965). Selanjutnya naskah ini juga diteliti oleh beberapa sarjana Sunda, di antaranya Ma'mun Atmamiharja, Amir Sutaarga, Aca,
Ayatrohaédi, serta Édi S. Ékajati dan
Undang A. Darsa .
Isi
Naskah Carita Parahiyangan menceritakan sejarah Sunda, dari awal kerajaan Galuh pada zaman Wretikandayun sampai runtuhnya
Pakuan Pajajaran (ibukota Kerajaan Sunda akibat serangan Kesultanan Banten, Cirebon dan Demak.
Dalam menceritakan Prabu Maharaja, anaknya Aki Kolot, disebutkan sebagai berikut:
Manak deui Prebu Maharaja, lawasniya ratu tujuh tahun, kena kabawa ku kalawisaya, kabancana ku seuweu dimanten, ngaran Tohaan. Mundut agung dipipanumbasna. Urang réya sangkan nu angkat ka Jawa, mumul nu lakian di Sunda. Pan prangrang di Majapahit.
yang artinya sebagai berikut:
Karena anak, Prabu Maharaja yang menjadi raja selama tujuh tahun, kena bencana, terbawa celaka oleh anaknya, karena Putri meminta terlalu banyak. Awalnya mereka pergi ke Jawa, sebab putri tidak mau bersuami orang Sunda. Maka terjadilah perang di Majapahit.
Prabu Surawisesa, putranya Ratu Jayadewata, mewarisi kekuasaan
Kerajaan Sunda dalam masa yang tidak menguntungkan sebab ada pemberontakan di bebberapa wilayah (Banten, Sunda Kalapa dan Cirebon). Dalam masa kekuasaannya, yang selama 14 tahun, Prabu Surawisesa memimpin seribu prajurit dalam 15 kali perang.
Disilihan inya ku Prebu Surawisésa, inya nu surup ka Padarén, kasuran, kadiran, kuwamén. Prangrang limawelas kali hanteu éléh, ngalakukeun bala sariwu. Prangrang ka Kalapa deung Aria Burah. Prangrang ka Tanjung. Prangrang ka Ancol kiyi. Prangrang ka Wahanten girang. Prangrang ka Simpang. Prangrang ka Gunungbatu. Prangrang ka Saungagung. Prangrang ka Rumbut. Prangrang ka Gunung. Prangrang ka Gunung Banjar. Prangrang ka Padang. Prangrang ka Panggoakan. Prangrang ka Muntur. Prangrang ka Hanum. Prangrang ka Pagerwesi. Prangrang ka Medangkahiyangan. Ti inya nu pulang ka Pakwan deui. hanteu nu nahunan deui, panteg hanca di bwana. Lawasniya ratu opatwelas tahun.
Dalam tradisi lisan, Prabu Surawisesa terkenal dengan nama Mundinglaya Dikusumah.
Naskah Carita Parahiyangan benyak menyebut nama tempat / wilayah yang termasuk dalam kekuasaan Sunda dan juga tempat-tempat lain di pulau Jawa dan pulau Sumatra. Sebagian dari nama-nama tempat tersebut masih ada sampai sekarang. Nama-nama tempat tersebut di antaranya adalah:
Ancol: Ancol, Jakarta Utara
Arile, di Kuningan
Balamoha
Balaraja
Balitar
Barus
Batur
Berawan
Cilotiran
Cimara-upatah
Cina
Ciranjang
Cirebon: Cirebon
Datar
Demak: Demak
Demba, nusa
Denuh: wewengkon pakidulan
Galuh: Kerajaan Galuh, salah satu pusat pemerintahan Kerajaan Sunda
Galunggung; gunung Galunggung
Gegelang
Gegeromas
Gunung
Gunung Banjar
Gunungbatu
Gunung Merapi
Hanum
Hujung Cariang
Huluwesi, Sanghiyang
Jampang
Jawa: wilayah orang Jawa (bagian barat pulau Jawa)
Jawakapala
Jayagiri
Kahuripan
Kajaron
Kalapa: pelabuhan utama Sunda, disebut juga Sunda Kalapa
Keling
Kemir
Kendan: kerajaan yang berada di sekitar gunung Kendan di wilayah
Nagreg, tempat ditemukannya banyak batu obsidian yang disebut batu kendan.
Kiding
Kikis
Kreta
Kuningan: pusat kabupaten Kuningan
Lembuhuyu
Majapahit: kerajaan Majapahit
Majaya
Malayu: kerajaan Malayu di Sumatra
Mananggul
Mandiri
Medang
Medangjati
Medang Kahiangan
Menir
Muntur
Nusalarang
Padang
Padarén
Pagajahan
Pagerwesi
Pagoakan
Pajajaran: Pakuan Pajajaran, pusat pemerintahan Kerajaan Sunda, yang berlokasi di kota Bogor sekarang
Pakuan: Pakuan Pajajaran
Pangpelengan
Paraga
Parahiyangan
Patégé
Puntang: gunung Puntang
Rajagaluh: Rajagaluh, Majalengka
Rancamaya, Sanghiyang: wilayah sebelah barat Ciawi, Bogor, sekarang dijadikan permahan mewah
Rumbut
Salajo
Saung Agung
Saunggalah
Simpang
Sumedeng
Sunda: kerajaan Sunda yang pusatnya di Pakuan Pajajaran, Bogor, dan pernah juga berpusat di Galuh,
Ciamis.
Taman
Tanjung
Tarum: Citarum
Tasik
Tiga, gunung
Wahanten-girang: Banten Girang
Wanakusuma, gunung
Winduraja
Wiru

Kakawin Nagarakretagama

Kakawin Nagarakretagama
Kakawin Nagarakretagama (Nāgarakṛtâgama ) (aksara Bali:
) atau juga disebut dengan nama
kakawin Desawarnana (Deśawarṇana) (aksara Bali:
) bisa dikatakan merupakan kakawin Jawa Kuna karya Empu Prapañca yang paling termasyhur. Kakawin ini adalah yang paling banyak diteliti pula. Kakawin yang ditulis tahun 1365ini, pertama kali ditemukan kembali pada tahun 1894oleh J.L.A. Brandes, seorang ilmuwan Belanda yang mengiringi ekspedisi KNIL di Lombok. Ia menyelamatkan isi perpustakaan Raja Lombok di Cakranagarasebelum istana sang raja akan dibakar oleh tentara KNIL.
Isi
Kakawin ini menguraikan keadaan di
keraton Majapahit dalam masa
pemerintahan Prabu Hayam Wuruk,
raja agung di tanah Jawa dan juga
Nusantara. Ia bertakhta dari tahun
1350sampai 1389Masehi, pada masa puncak kerajaan Majapahit, salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di
Nusantara. Bagian terpenting teks ini tentu saja menguraikan daerah-daerah "wilayah" kerajaan Majapahit yang harus menghaturkan upeti. Naskah kakawin ini terdiri dari 98 pupuh.[1] Dilihat dari sudut isinya pembagian pupuh-pupuh ini sudah dilakukan dengan sangat rapi. Pupuh 1 sampai dengan pupuh 7 menguraikan raja dan keluarganya. Pupuh 8 sampai 16 menguraikan tentang kota dan wilayah Majapahit. Pupuh 17 sampai 39 menguraikan perjalanan keliling ke Lumajang. Pupuh 40 sampai 49 menguraikan silsilah Raja Hayam Wuruk, dengan rincian lebih detailnya pupuh 40 sampai 44 tentang sejarah raja-raja Singasari, pupuh 45 sampai 49 tentang sejarah raja-raja Majapahit dari Kertarajasa Jayawardhana sampai
Hayam Wuruk. Pupuh 1 - 49 merupakan bagian pertama dari naskah ini.[1]
Bagian kedua dari naskah kakawin ini yang juga terdiri dari 49 pupuh, terbagi dalam uraian sebagai berikut: Pupuh 50 sampai 54 menguraikan kisah raja Hayam Wuruk yang sedang berburu di hutan Nandawa. Pupuh 55 sampai 59 menguraikan kisah perjalanan pulang ke Majapahit. Pupuh 60 menguraikan oleh-oleh yang dibawa pulang dari pelbagai daerah yang dikunjungi. Pupuh 61 sampai 70 menguraikan perhatian Raja Hayam Wuruk kepada leluhurnya berupa pesta srada dan ziarah ke makam candi. Pupuh 71 sampai 72 menguraikan tentang berita kematian Patih Gadjah Mada. Pupuh 73 sampai 82 menguraikan tentang bangunan suci yang terdapat di Jawa dan Bali. Pupuh 83 sampai 91 menguraikan tentang upacara berkala yang berulang kembali setiap tahun di Majapahit, yakni musyawarah, kirap, dan pesta tahunan. Pupuh 92 sampai 94 tentang pujian para pujangga termasuk prapanca kepada Raja Hayam Wuruk. Sedangkan pupuh ke 95 sampai 98 khusus menguraikan tentang pujangga prapanca yang menulis naskah tersebut.[1]
Kakawin ini bersifat pujasastra, artinya karya sastra menyanjung dan mengagung-agungkan Raja Majapahit
Hayam Wuruk, serta kewibawaan kerajaan Majapahit. Akan tetapi karya ini bukanlah disusun atas perintah Hayam Wuruk sendiri dengan tujuan untuk politik pencitraan diri ataupun legitimasi kekuasaan. Melainkan murni kehendak sang pujangga Mpu Prapanca yang ingin menghaturkan bhakti kepada sang mahkota, serta berharap agar sang Raja ingat sang pujangga yang dulu pernah berbakti di keraton Majapahit. Artinya naskah ini disusun setelah Prapanca pensiun dan mengundurkan diri dari istana. Nama Prapanca sendiri merupakan nama pena, nama samaran untuk menyembunyikan identitas sebenarnya dari penulis sastra ini. Karena bersifat pujasastra, hanya hal-hal yang baik yang dituliskan, hal-hal yang kurang memberikan sumbangan bagi kewibawaan Majapahit, meskipun mungkin diketahui oleh sang pujangga, dilewatkan begitu saja. Karena hal inilah peristiwa Pasunda Bubat tidak disebutkan dalam Negarakretagama, meskipun itu adalah peristiwa bersejarah, karena insiden itu menyakiti hati Hayam Wuruk. Karena sifat pujasastra inilah oleh sementara pihak Negarakretagama dikritik kurang netral dan cenderung membesar-besarkan kewibawaan Hayam Wuruk dan Majapahit, akan tetapi terlepas dari itu, Negarakretagama dianggap sangat berharga karena memberikan catatan dan laporan langsung mengenai kehidupan di Majapahit.[1]
Arti judul
Judul kakawin ini, Nagarakretagama artinya adalah "Negara dengan Tradisi (Agama) yang suci". Nama Nagarakretagama itu sendiri tidak terdapat dalam kakawin Nagarakretagama. Pada pupuh 94/2, Prapanca menyebut ciptaannya
Deçawarnana atau uraian tentang desa-desa. Namun, nama yang diberikan oleh pengarangnya tersebut terbukti telah dilupakan oleh umum. Kakawin itu hingga sekarang biasa disebut sebagai Nagarakretagama. Nama Nagarakretagama tercantum pada
kolofon terbitan Dr. J.L.A. Brandes: Iti Nagarakretagama Samapta. Rupanya, nama Nagarakretagama adalah tambahan penyalin Arthapamasah pada bulan Kartikatahun saka 1662 (20 Oktober 1740 Masehi). Nagarakretagama disalin dengan huruf Bali di Kancana.
Penulis
Naskah ini selesai ditulis pada bulan Aswina tahun Saka 1287(September – Oktober 1365 Masehi), penulisnya menggunakan nama samaran Prapanca, berdasarkan hasil analisis kesejarahan yang telah dilakukan diketahui bahwa penulis naskah ini adalah Dang Acarya Nadendra , bekas pembesar urusan agama Buddha di istana Majapahit. Dia adalah putera dari seorang pejabat istana di Majapahit dengan pangkat jabatan Dharmadyaksa Kasogatan. Penulis naskah ini menyelesaikan naskah kakawin Negarakretagama diusia senja dalam pertapaan di lereng gunung di sebuah desa bernama Kamalasana. [1] Hingga sekarang umumnya diketahui bahwa pujangga "Mpu Prapanca" adalah penulis Nagarakretagama.

Kidung sunda

Kidung Sunda adalah sebuah karya sastra dalam bahasa Jawa Pertengahan berbentuk tembang (syair) dan naskahnya ditemukan di Bali. Dalam kidung ini dikisahkan prabu
Hayam Wuruk dari Majapahit yang ingin mencari seorang permaisuri, kemudian dia menginginkan putri Sunda yang dalam cerita ini tidak disebutkan namanya. Namun patih
Gajah Mada tidak suka karena orang Sunda dianggapnya harus tunduk kepada orang Majapahit. Kemudian terjadi pertempuran yang tidak seimbang antara rombongan pengantin Sunda dengan prajurit Majapahit di pelabuhan tempat berlabuhnya rombongan Sunda. Dalam pertempuran yang tidak seimbang ini rombongan Kerajaan Sunda dibantai dan putri Sunda yang merasa pilu akhirnya bunuh diri.
Versi kidung Sunda
Seorang pakar Belanda bernama Prof Dr. f, menemukan beberapa versi KS. Dua di antaranya pernah dibicarakan dan diterbitkannya:
1. Kidung Sunda
2. Kidung Sundâyana (Perjalanan (orang) Sunda)
Kidung Sunda yang pertama disebut di atas, lebih panjang daripada Kidung Sundâyana dan mutu kesusastraannya lebih tinggi dan versi iniliah yang dibahas dalam artikel ini.
Ringkasan
Di bawah ini disajikan ringkasan dari Kidung Sunda. Ringkasan dibagi per pupuh.
Hayam Wuruk, raja Majapahit ingin mencari seorang permaisuri untuk dinikahi. Maka dia mengirim utusan-utusan ke seluruh penjuru Nusantara untuk mencarikan seorang putri yang sesuai. Mereka membawa lukisan-lukisan kembali, namun tak ada yang menarik hatinya. Maka prabu Hayam Wuruk mendengar bahwa putri Sunda cantik dan dia mengirim seorang juru lukis ke sana. Setelah ia kembali maka diserahkan lukisannya. Saat itu kebetulan dua orang paman prabu Hayam Wuruk, raja Kahuripan dan raja
Daha berada di sana hendak menyatakan rasa keprihatinan mereka bahwa keponakan mereka belum menikah.
Maka Sri Baginda Hayam Wuruk tertarik dengan lukisan putri Sunda. Kemudian prabu Hayam Wuruk menyuruh Madhu, seorang mantri ke tanah Sunda untuk melamarnya.
Madhu tiba di tanah Sunda setelah berlayar selama enam hari kemudian menghadap raja Sunda. Sang raja senang, putrinya dipilih raja Majapahit yang ternama tersebut. Tetapi putri Sunda sendiri tidak banyak berkomentar.
Maka Madhu kembali ke Majapahit membawa surat balasan raja Sunda dan memberi tahu kedatangan mereka. Tak lama kemudian mereka bertolak dari Sunda disertai banyak sekali iringan. Ada dua ratus kapal kecil dan jumlah totalnya adalah 2.000 kapal, berikut kapal-kapal kecil.
Kapal jung. Ada kemungkinan rombongan orang Sunda menaiki kapal semacam ini.
Namun ketika mereka naik kapal, terlihatlah pratanda buruk. Kapal yang dinaiki Raja, Ratu dan Putri Sunda adalah sebuah “ jung Tatar (Mongolia/
Cina ) seperti banyak dipakai semenjak perang Wijaya .” (bait 1. 43a.)
Sementara di Majapahit sendiri mereka sibuk mempersiapkan kedatangan para tamu. Maka sepuluh hari kemudian kepala desa Bubat datang melapor bahwa rombongan orang Sunda telah datang. Prabu Hayam Wuruk beserta kedua pamannya siap menyongsong mereka. Tetapi patih Gajah Mada tidak setuju. Ia berkata bahwa tidaklah seyogyanya seorang maharaja Majapahit menyongsong Raja Sunda yang seharusnya menjadi raja bawahan. Siapa tahu dia seorang musuh yang menyamar.
Maka prabu Hayam Wuruk tidak jadi pergi ke Bubat menuruti saran patih Gajah Mada. Para abdi dalem keraton dan para pejabat lainnya, terperanjat mendengar hal ini, namun mereka tidak berani melawan.
Sedangkan di Bubat sendiri, mereka sudah mendengar kabar burung tentang perkembangan terkini di Majapahit. Maka raja Sunda pun mengirimkan utusannya, patih Anepakěn, untuk pergi ke Majapahit. Ia disertai tiga pejabat lainnya dan 300 serdadu. Mereka langsung datang ke rumah patih Gajah Mada. Di sana dia menyatakan bahwa Raja Sunda akan bertolak pulang dan mengira prabu Hayam Wuruk ingkar janji. Mereka bertengkar hebat karena Gajah Mada menginginkan supaya orang-orang Sunda bersikap seperti layaknya vazal-vazal Nusantara Majapahit. Hampir saja terjadi pertempuran di kepatihan kalau tidak ditengahi oleh Smaranata, seorang pandita kerajaan. Maka berpulanglah utusan raja Sunda setelah diberi tahu bahwa keputusan terakhir raja Sunda akan disampaikan dalam tempo dua hari.
Sementara raja Sunda setelah mendengar kabar ini tidak bersedia menjadi negara bawahan Majapahit. Maka dia berkata memberi tahukan keputusannya untuk gugur seperti seorang ksatria. Demi membela kehormatan, lebih baik gugur daripada hidup tetapi dihina orang Majapahit. Para bawahannya berseru mereka akan mengikutinya dan membelanya.
Kemudian raja Sunda menemui istri dan anaknya dan menyatakan niatnya dan menyuruh mereka pulang. Tetapi mereka menolak dan bersikeras ingin tetap menemani sang raja.
Maka semua sudah siap siaga. Utusan dikirim ke perkemahan orang Sunda dengan membawa surat yang berisikan syarat-syarat Majapahit. Orang Sunda pun menolaknya dengan marah dan pertempuran tidak dapat dihindarkan.
Tentara Majapahit terdiri dari prajurit-prajurit biasa di depan, kemudian para pejabat keraton, Gajah Mada dan akhirnya prabu Hayam Wuruk dan kedua pamannya.
Pertempuran dahsyat berkecamuk, pasukan Majapahit banyak yang gugur. Tetapi karena kalah jumlahnya, akhirnya hampir semua orang Sunda dibantai habisan-habisan oleh orang Majapahit. Anepakěn dikalahkan oleh Gajah Mada sedangkan raja Sunda ditewaskan oleh besannya sendiri, raja Kahuripan dan Daha. Pitar adalah satu-satunya perwira Sunda yang masih hidup karena pura-pura mati di antara mayat-mayat serdadu Sunda. Kemudian ia lolos dan melaporkan keadaan kepada ratu dan putri Sunda. Mereka bersedih hati dan kemudian sesuai ajaranHindu mereka melakukan belapati (bunuh diri). Semua istri para perwira Sunda pergi ke medan perang dan melakukan bunuh diri massal di atas jenazah-jenazah suami mereka.
Prabu Hayam Wuruk merasa cemas setelah menyaksikan peperangan ini. Ia kemudian menuju ke pesanggaran putri Sunda. Tetapi putri Sunda sudah tewas. Maka prabu Hayam Wurukpun meratapinya ingin dipersatukan dengan wanita idamannya ini.
Setelah itu, upacara untuk menyembahyangkan dan mendoakan para arwah dilaksanakan. Tidak selang lama, maka mangkatlah pula prabu Hayam Wuruk yang merana.
Setelah dia diperabukan dan semua upacara keagamaan selesai, maka berundinglah kedua pamannya. Mereka menyalahkan Gajah Mada atas malapetaka ini. Maka mereka ingin menangkapnya dan membunuhnya. Kemudian bergegaslah mereka datang ke kepatihan. Saat itu patih Gajah Mada sadar bahwa waktunya telah tiba. Maka dia mengenakan segala upakara (perlengkapan) upacara dan melakukan yoga samadi. Setelah itu dia menghilang (moksa) tak terlihat menuju ketiadaan (niskala).
Maka raja Kahuripan dan raja Daha, yang mirip "Siwa dan Buddha" berpulang ke negara mereka karena Majapahit mengingatkan mereka akan peristiwa memilukan yang terjadi.
Analisis
Kidung Sunda harus dianggap sebagai karya sastra, dan bukan sebuah kronik sejarah yang akurat, meski kemungkinan besar tentunya bisa berdasarkan kejadian faktual.
Secara garis besar bisa dikatakan bahwa cerita yang dikisahkan di sini, gaya bahasanya lugas dan lancar. Tidak berbelit-belit seperti karya sastra sejenis. Kisahnya memadukan unsur-unsur romantis dan dramatis yang memikat. Dengan penggunaan gaya bahasa yang hidup, para protagonis cerita ini bisa hidup. Misalkan adegan
orang-orang Sunda yang memaki-maki patih Gajah Mada bisa dilukiskan secara hidup, meski kasar. Lalu Prabu Hayam Wuruk yang meratapi Putri Sunda bisa dilukiskan secara indah yang membuat para pembaca terharu.
Kemudian cerita yang dikisahkan dalam Kidung Sunda juga bisa dikatakan logis dan masuk akal. Semuanya bisa saja terjadi, kecuali mungkin moksanya patih Gajah Mada. Hal ini juga bertentangan dengan sumber-sumber lainnya, seperti
kakawin Nagarakretagama , lihat pula bawah ini.
Perlu dikemukakan bahwa sang penulis cerita ini lebih berpihak pada orang Sunda dan seperti sudah dikemukakan, seringkali bertentangan dengan sumber-sumber lainnya. Seperti tentang wafat prabu Hayam Wuruk dan patih Gajah Mada, penulisannya berbeda dengan kakawin Nagarakretagama.
Kemudian ada sebuah hal yang menarik, nampaknya dalam kidung Sunda, nama raja, ratu dan putri Sunda tidak disebut. Putri Sunda dalam sumber lain sering disebut bernamakan Dyah Pitaloka.
Satu hal yang menarik lagi ialah bahwa dalam teks dibedakan pengertian antaraNusantara dan tanah Sunda. Orang-orang Sunda dianggap bukan orang Nusantara, kecuali oleh patih Gajah Mada. Sedangkan yang disebut sebagai orang-orang Nusantara adalah: orang Palembang, orang
Tumasik (Singapura), Madura, Bali, Koci (?), Wandan (Banda, Maluku Tengah), Tanjungpura (Kabupaten Ketapang) dan Sawakung (Pulau Sebuku?) (contoh bait 1. 54 b.) . Hal ini juga sesuai dengan kakawin Nagarakretagama di mana tanah Sunda tak disebut sebagai wilayah Majapahit di mana mereka harus membayar upeti. Tapi di Nagarakretagama, Madura juga tak disebut.
Penulisan
Semua naskah kidung Sunda yang dibicarakan di artikel ini, berasal dari Bali. Tetapi tidak jelas apakah teks ini ditulis di Jawa atau di Bali.
Kemudian nama penulis tidaklah diketahui pula. Masa penulisan juga tidak diketahui dengan pasti. Di dalam teks disebut-sebut tentang senjata api, tetapi ini tidak bisa digunakan untuk menetapkan usia teks. Sebab orang Indonesia sudah mengenal senjata api minimal sejak datangnya
bangsa Portugis di Nusantara, yaitu pada tahun 1511 . Kemungkinan besar orang Indonesia sudah mengenalnya lebih awal, dari bangsa Tionghoa. Sebab sewaktu orang Portugis mendarat di Maluku, mereka disambut dengan tembakan kehormatan.
Beberapa cuplikan teks
Di bawah ini disajikan beberapa cuplikan teks dalam bahasa Jawa dengan alihbahasa dalam bahasa Indonesia. Teks diambil dari edisi C.C. Berg (1927 ) dan ejaan disesuaikan.
Ih angapa, Gajah Mada, agung wuwusmu i kami, ngong iki mangkw angaturana sira sang rajaputri, adulurana bakti, mangkana rakwa karěpmu, pada lan Nusantara dede Sunda iki, durung-durung ngong iki andap ring yuda.
Abasa lali po kita nguni duk kita aněkani jurit, amrang pradesa ring gunung, ěnti ramening yuda, wong Sunda kagingsir, wong Jipang amburu, praptâpatih Sunda apulih, rusak wadwamu gingsir.
Mantrimu kalih tinigas anama Lěs Beleteng angěmasi, bubar wadwamu malayu, anânibani jurang, amurug-murug rwi, lwir patining lutung, uwak setan pating burěngik, padâmalakw ing urip.
Mangke agung kokohanmu, uwabmu lwir ntuting gasir, kaya purisya tinilar ing asu, mengkene kaharěpta, tan pracura juti, ndi sasana tinutmu gurwaning dustârusuh, dadi angapusi sang sadubudi, patitânêng niraya atmamu těmbe yen antu.
Alihbahasa:
“Wahai Gajah Mada, apa maksudnya engkau bermulut besar terhadap kami? Kita ini sekarang ingin membawa Tuan Putri, sementara engkau menginginkan kami harus membawa bakti? Sama seperti dari Nusantara. Kita lain, kita orang Sunda, belum pernah kami kalah berperang.
Seakan-akan lupa engkau dahulu kala, ketika engkau berperang, bertempur di daerah-daerah pegunungan. Sungguh dahsyat peperangannya, diburu orang Jipang. Kemudian patih Sunda datang kembali dan bala tentaramu mundur.
Kedua mantrimu yang bernama Lěs dan Beleteng diparang dan mati. Pasukanmu bubar dan melarikan diri. Ada yang jatuh di jurang dan terkena duri-duri. Mereka mati bagaikan kera, siamang dan setan. Di mana-mana mereka merengek-rengek minta tetap hidup.
Sekarang, besar juga kata-katamu. Bau mulutmu seperti kentut jangkrik, seperti tahi anjing. Sekarang maumu itu tidak sopan dan berkhianat. Ajaran apa yang kau ikuti selain engkau ingin menjadi guru yang berdusta dan berbuat buruk. Menipu orang berbudi syahdu. Jiwamu akan jatuh ke neraka, jika mati!”
[...], yan kitâwĕdîng pati, lah age marĕka, i jĕng sri naranata, aturana jiwa bakti, wangining sĕmbah, sira sang nataputri.
Wahu karungu denira sri narendra, bangun runtik ing ati, ah kita potusan, warahĕn tuhanira, nora ngong marĕka malih, angatĕrana, iki sang rajaputri.
Mong kari sasisih bahune wong Sunda, rĕmpak kang kanan keri, norengsun ahulap, rinĕbateng paprangan, srĕngĕn si rakryan apatih, kaya siniwak, karnasula angapi.
Alihbahasa:
[...], jika engkau takut mati, datanglah segera menghadap Sri Baginda (Hayam Wuruk) dan haturkan bukti kesetianmu, keharuman sembahmu dengan menghaturkan dia sang Tuan Putri.
Maka ini terdengar oleh Sri Raja <Sunda> dan dia menjadi murka: “Wahai kalian para duta! Laporkan kepada tuanmu bahwa kami tidak akan menghadap lagi menghantarkan Tuan Putri!”
“Meskipun orang-orang Sunda tinggal satu tangannya, atau hancur sebelah kanan dan kiri, tiada akan ‘silau’ beta!”. Sang Tuan Patih juga marah, seakan-akan robek telinganya mendengarkan (kata-kata pedas orang Majapahit).
Sireñanira tinañan, unggwani sang rajaputri, tinuduhakěn aneng made sira wontěn aguling, mara sri narapati, katěmu sira akukub, perěmas natar ijo, ingungkabakěn tumuli, kagyat sang nata dadi atěmah laywan.
Wěněsning muka angraras, netra duměling sadidik, kang lati angrawit katon, kengisning waja amanis, anrang rumning srigading, kadi anapa pukulun, ngke pangeran marěka, tinghal kamanda punyaningsun pukulun, mangke prapta angajawa.
Sang tan sah aneng swacita, ning rama rena inisti, marmaning parěng prapta kongang mangkw atěmah kayêki, yan si prapta kang wingi, bangiwen pangeraningsun, pilih kari agěsang, kawula mangke pinanggih, lah palalun, pangdaning Widy angawasa.
Palar-palarěn ing jěmah, pangeran sida kapanggih, asisihan eng paturon, tan kalangan ing duskrěti, sida kâptining rawit, mwang rena kalih katuju, lwir mangkana panapanira sang uwus alalis, sang sinambrama lěnglěng amrati cita.
Sangsaya lara kagagat, pětěng rasanikang ati, kapati sira sang katong, kang tangis mangkin gumirih, lwir guruh ing katrini, matag paněděng ing santun, awor swaraning kumbang, tangising wong lanang istri, arěrěb-rěrěb pawraning gělung lukar.
Alihbahasa:
Maka ditanyalah dayang-dayang di manakah gerangan tempat Tuan Putri. Diberilah tahu berada di tengah ia, tidur. Maka datanglah Sri Baginda, dan melihatnya tertutup kain berwarna hijau keemasan di atas tanah. Setelah dibuka, terkejutlah sang Prabu karena sudah menjadi mayat.
Pucat mukanya mempesona, matanya sedikit membuka, bibirnya indah dilihat, gigi-giginya yang tak tertutup terlihat manis, seakan menyaingi keindahan sri gading. Seakan-akan ia menyapa: “Sri Paduka, datanglah ke mari. Lihatlah kekasihnda (?), berbakti, Sri Baginda, datang ke tanah Jawa.
Yang senantiasa berada di pikiran ayah dan ibu, yang sangat mendambakannya, itulah alasannya mereka ikut datang. Sekarang jadinya malah seperti ini. Jika datang kemarin dulu, wahai Rajaku, mungkin <hamba> masih hidup dan sekarang dinikahkan. Aduh sungguh kejamlah kuasa Tuhan!
Mari kita harap wahai Raja, supaya berhasil menikah, berdampingan di atas ranjang tanpa dihalang-halangi niat buruk. Berhasillah kemauan bapak dan ibu, keduanya.” Seakan-akan begitulah ia yang telah tewas menyapanya. Sedangkan yang disapa menjadi bingung dan merana.
Semakin lama semakin sakit rasa penderitaannya. Hatinya terasa gelap, dia sang Raja semakin merana. Tangisnya semakin keras, bagaikan guruh di bulan Ketiga*, yang membuka kelopak bunga untuk mekar, bercampur dengan suara kumbang. Begitulah tangis para pria dan wanita, rambut-rambut yang lepas terurai bagaikan kabut.
*Bulan Ketiga kurang lebih jatuh pada bulan September, yang masih merupakan musim kemarau. Jadi suara guruh pada bulan ini merupakan suatu hal yang tidak lazim.

Serat pararaton

Serat Pararaton, atau Pararaton saja (bahasa Kawi: "Kitab Raja-Raja"), adalah sebuah kitab naskah Sastra Jawa Pertengahan yang digubah dalam bahasa Jawa Kawi.Naskah ini cukup singkat, berupa 32 halaman seukuran folio yang terdiri dari 1126 baris. Isinya adalah sejarah raja-raja
Singhasari dan Majapahit di Jawa Timur. Kitab ini juga dikenal dengan nama "Pustaka Raja", yang dalam
bahasa Sanskerta juga berarti "kitab raja-raja". Tidak terdapat catatan yang menunjukkan siapa penulis Pararaton.
Pararaton diawali dengan cerita mengenai inkarnasi Ken Arok, yaitu tokoh pendiri kerajaan Singhasari (1222–1292).Selanjutnya hampir setengah kitab membahas bagaimana Ken Arok meniti perjalanan hidupnya, sampai ia menjadi raja pada tahun 1222.Penggambaran pada naskah bagian ini cenderung bersifat
mitologis. Cerita kemudian dilanjutkan dengan bagian-bagian naratif pendek, yang diatur dalam urutan kronologis. Banyak kejadian yang tercatat di sini diberikan penanggalan. Mendekati bagian akhir, penjelasan mengenai sejarah menjadi semakin pendek dan bercampur dengan informasi mengenai silsilah berbagai anggota keluarga kerajaan Majapahit.
Penekanan atas pentingnya kisah Ken Arok bukan saja dinyatakan melalui panjangnya cerita, melainkan juga melalui judul alternatif yang ditawarkan dalam naskah ini, yaitu:
"Serat Pararaton atawaKatuturanira Ken Angrok", atau "Kitab Raja-Raja atau Cerita Mengenai Ken Angrok". Mengingat tarikh yang tertua yang terdapat pada lembaran-lembaran
naskah adalah 1522 Saka(atau 1600 Masehi), diperkirakan bahwa bagian terakhir dari teks naskah telah dituliskan antara tahun 1481 dan 1600, dimana kemungkinan besar lebih mendekati tahun pertama daripada tahun kedua.