Rabu, 26 Juli 2017

Sajarah Batu Kuda di Puncak Gunung Haruman


Bismillaahirrohmaanirrohiim
di antara keunggulan yang ada di Gunung Haruman, yaitu patilasan Eyang Wali. buktinya yaitu Batu Kuda. walaupun yang tersisa cuma pecahannya. Batu Kuda merupakan jelmaan dari kuda tunggangan Eyang Wali ketika Beliau berangkat ziarah ke Tanah Suci Mekkah, atau berangkat dakwah. sejarah Batu Kuda yang tinggal pecahannya itu, dahulu batu kuda masih utuh, kepalanya ada di sebelah utara mengarah ke daerah limbangan, perut serta kakinya mengarah ke timur ke daerah cibiuk, leuwigoong dan cibatu. sedangkan punggung dan ekornya mengarah ke arah barat dan selatan ke daerah Kadungora dan Leles.
dari keadaan batu kdua tersebut, bisa dijadikan ciri. Kepala menandakan penuh dengan kecerdasan, makanya tidak sedikit orang Limbangan yang menjadi pejabat publik, salah satunya Bapak Umar Wirahadi Kusuma yang pernah menjabat sebagai Wakil Presiden di zaman Soeharto. perut dan kakinya menandakan suka berkelana dan merantau, makanya tidak sedikit orang cibiuk, leuwigoong sareng cibatu merantau ke perkotaan atau ke daerah lainnya untuk usaha. sedangkan ekor dan punggung menandakan bagus perawakannya. makanya tidak sedikit orang ayang ada di daerah kadungora, Leles dan sekitarnya, yang cantik dan tampan serta perempuannya berambut panjang. Hal-hal semacam ini, masih ada sampai sekarang.
Sedangkan sejarah batu kuda yang hanya tinggal pecahannya, dulu kuda jelmaan dari batu kuda biasa diikat di pohon waru. setelah tidak ada Eyang Wali, batu kuda tetap aya disamping pohon waru tersebut. Suatu saat, ada empat orang yang naik ke puncak gunung dan bermaksud menebang pohon waru yang dipakai untuk mengikat kuda tadi.
ceritanya begitu pohon waru ditebang, tumbangnya menimpa pada batu kuda, maka pecahlah batu kuda tersebut, samapai banyak batu-batu pecahannya terpental dari tempatnya. dari pecahan batu yang terpental tersebut ada yang mengikuti kemanapun orang yang menebangnya lari. tiga orang meninggal di gunung, sedangkan yang seorang lagi meninggalnya sudah sampai di pemukiman warga. yang ada sekarang di Puncak Gunung Haruman, hanya tersisa bagian dari punggung ke tengkuk, itu pun tidak banyak atau tidak utuh, hanya sebagian kecilnya saja.
namun walaupun yang menjadi sebab hancurnya batu kuda tersebut dengan cara tertimpa tebangan pohon waru yang ditebang oleh empat orang tadi, namun Hakikatnya Eyang Wali tidak mau manusia berubah tekad dan keimanannya, sebab tidak sedikit orang yang sengaja datang ke puncak gunung haruman, hanya untuk melakukan pesugihan.
Cukup sekian saja riwayat yang ada kaitannya dengan Gunung Haruman, mudah-mudahan ada manfaatnya untuk yang membaca postingan ini. kurang lebihnya maohon maaf.
Walloohul Muwaffiq Ilaa Aqwamit Thorieq

Tidak ada komentar:

Posting Komentar