Jumat, 22 Juni 2018

Kian sancang dan kian santang


Kian Santang Sering disamakan dengan Kian Sancang

Ilustrasi: akucintanusantaraku

"Kian Santang" dan "Kian Sancang" sering disamakan sebagai sosok yang sama. Gelar Kian berasal dari Rakeyan atau Rakian atau kalau dalam budaya Jawa disebut Raden (dari kara Rahadyan). Sebenarnya kedua nama tersebut adalah orang yang berbeda. Kesamaan keduanya memeluk agama Islam. Kemiripan keduanya adalah dari keluarga kerajaan Sunda. Namun berbeda zaman.

Rakeyan Santang, Kian Santang atau Kiansantang (ditulis menyatu) atau Raden Sangara atau Syeh Sunan Rohmat Suci, adalah Putra Prabu (Maharaja) Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja (1482 - 1521 M). Raja Pakuan Pajajaran dengan Nyi Subang Larang, Pernikahan Prabu Siliwangi dengan Nyi Subang Larang dinikahkan oleh Syekh Quro Karawang. Dari pernikahan Sri Baduga Maharaja dengan Nyi Subang Larang dikarunia 3 orang putra yaitu Walangsungsang (Pangeran Cakrabuana), Rara Santang (ibu Sunan Gunung Jati) dan Kian Santang.

Rakeyan Sancang (Kian Sancang) Pemeluk Islam Pertama Pasundan - Indonesia. Rakeyan Sancang (lahir tahun 591 M) putra Raja Kertawarman (Kerajaan Tarumanagara 561 – 618 M). Raja Suraliman Sakti (568 – 597 M ) Putra Manikmaya cucu Suryawarman Raja Kerajaan Kendan adalah saudara sepupu Rakeyan Sancang.

Rakeyan Sancang inilah yang sering dirancukan dengan Rakeyan Santang atau Raden Sangara putra Sri Baduga Maharaja Pajajaran (1482 - 1521 M), yang menurut Babad Godog di Garut terkenal dengan sebutan Prabu Kiansantang atau Sunan Rohmat Suci.

Waktu Kisah Kian Santang Berbeda dengan Kian Sancang

Kisah Kian Sancang (tahun 561-618 M) sering campur aduk dengan Kian Santang (1427 M) -Babad Cirebon. Kian Sancang zaman Kerajaan Tarumanegara, sedangkan Kian Santang zaman Kerajaan Pajajaran. Rentang waktu keduanya terpaut jauh, lebih kurang 800 tahun.

Prabu Siliwangi Dikejar Kiantang? atau 

Kian Sancang Mengejar Prabu Sudhawarman?

Di pesisir selatan wilayah Tarumanagara (Cilauteureun, Leuweung / Hutan Sancang dan Gunung Nagara) secara perlahan Islam diperkenalkan oleh Rakeyan Sancang yang ketika itu yang mau menerima Islam sedikit sekali. Upaya Rakeyan Sancang menyebarkan Islam terdengar oleh Prabu Sudhawarman, yang dinilai bisa mengganggu stabilitas pemerintahan, timbulah pertempuran yang ketika itu Senapati Brajagiri (anak angkat Sang Kertawarman) turut memimpin pasukan.

Rakeyan Sancang unggul, Prabu Sudhawarman sempat melarikan diri yang dikejar Rakeyan Sancang, tapi tusuk konde Rakeyan Sancang jatuh pertempuran terhenti kemudian mereka saling menceriterakan silsilah sehingga ada pengakuan Rakeyan Sancang anak Sang Kertawarman.

Peristiwa tersebut berkembang menjadi ceritera dari mulut ke mulut yang menyatakan Kean Santang/ Kian Santang/ Prabu Kiansantang mengejar bapaknya Prabu Siliwangi untuk di Islam-kan. 

Jadi yang mengejar Rajanya adakan kian Sancang terhadap Raja/Prabu Sudhawarman Tarumanegara. Bukan Kian Santang terhadap Prabu Siliwangi dari Pajajaran. Apakalagi dalam kisah lain dikatakan bahwa Prabu SIliwangi beragama Islam? Terlepas Islam-Tidaknya saat itu, Prabu Siliwangi menghadiri penobatan Raja Cirebon, anak pertamanya dari Nyimas Subanglarang yaitu Prabu Walangsungsang di Cirebon. Artinya Prabu (Maharaja) Siliwangi sama sekali TIDAK MEMUSUHI ISLAM. Berbeda dengan Prabu Sudhawarman yang MEMUSUHI ISLAM yang disebarkan Kian Sancang.

Mengenai siapa pemeluk Islam pertama di tataran Sunda, Pangeran dari Kerajaan Tarumanagara, yang bernama Rakeyan Sancang.Baca:Kian Santang, Kian Sancang dan Sayidina Ali RA

Pertemuan dengan Sayidina Ali ada Kian Sancang, bukan Kian Santang

Untuk kisa ini, silahkan baca: Rakeyan Sancang (Kian Sancang) Pemeluk Islam Pertama Pasundan - Indonesia

Rakeyan Sancang disebutkan hidup pada masa Imam Ali bin Abi Thalib. Sumber lainnya menyebutkan (640 M) Rakeyan Sancang tidak sempat berkelahi dengan Syaidina Ali bin Abi Thalib. namun menyatakan kalah akibat tidak mampu mencabut tongkat Syaidina Ali yang hanya menancap di tanah berpasir. Sejak itulah Rakeyan Sancang menyatakan dirinya masuk Islam kemudian meneruskan berguru kepada Syaidina Ali, Rakeyan Sancang diceritakan, turut serta membantu Imam Ali bin Abi Thalib dalam pertempuran menalukkan Cyprus, Tripoli dan Afrika Utara, serta ikut membangun kekuasaan Muslim di Iran, Afghanistan dan Sind (644-650 M) mendapatkan bantuan dari seorang tokoh asal Asia Timur Jauh.

Cerita rakyat turun menurun dari mulut ke mulut bahwa Kian Santang abad ke 15 yang bertemu dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib tahun 599-661 dan mengejar bapaknya Prabu Siliwangi untuk di Islam-kan. 

Hal ini terkait dengan siapa pemeluk Islam pertama di tataran Sunda, yakni dengan nama yang serupa dengan Pangeran dari Kerajaan Tarumanagara, yang bernama Rakeyan Sancang atau Kian Sancang (lahir 591 M) putra Raja Kertawarman (Raja Kerajaan Tarumanagara 561 – 618 M) saudara sebapak Raja Suraliman Sakti (568–597) Putra Manikmaya cucu Suryawarman Raja Kerajaan Kendan.

Catatan:

Hasil Pernikahan Prabu (Maharaja) Siliwangi dengan Nyimas Subanglarang tahun 1404 M dikaruniai 3 (tiga) orang anak yaitu:

Pangeran Walangsungsang (1423 M)Nyimas Ratu Rarasantang (1427 M)Pangeran Raja Sengara/Kian Santang (1429 M)

Tiga putra inilah kelak kemudian hari akan membabad/membangun pedukuhan Cirebon yang berlangsung pada tanggal 1 Syuro tahun 1445.  Pangeran Walangsungsang dilahirkan pada tahun 1423 M di keraton Pajajaran ayahnya bernama Prabu Siliwangi, raja ke-9. Sedangkan ibunya Ratu Subang Larang yang memeluk agama Islam di Pengguron Syekh Quro Kerawang, Jawa Barat.

Kamis, 07 Juni 2018

Filantropi

Filantropi

Filantropi (bahasa Yunaniphilein berarti cinta, dan anthropos berarti manusia) adalah tindakan seseorang yang mencintai sesama manusia serta nilai kemanusiaan, sehingga menyumbangkan waktu, uang, dan tenaganya untuk menolong orang lain. Istilah ini umumnya diberikan pada orang-orang yang memberikan banyak dana untuk amal. Biasanya, filantropi seorang kaya raya yang sering menyumbang untuk kaum miskin.

Seorang filantropis seringkali tidak mendapatkan dukungan menyeluruh terhadap tindakannya. Tuduhan yang sering diterima adalah masalah tujuan amal (seperti mendanai seni bukannya memerangi kelaparan dunia), atau memiliki tujuan terselubung seperti penghindaran pajakdengan efek samping popularitas.

Pembuktianmelalui induksi

Pembuktian melalui induksi

Untuk artikel lain, lihat 

Pembuktian induktif, kadang-kadang disebut logika induktif, adalah proses pembuktian di mana suatu argumen diduga mendukung kesimpulan tetapi tidak bersinambungandengannya; contoh: mereka tidak menjamin kebenaran itu. Induksi adalah bentuk pembuktian yang membuat generalisasi berdasarkan pendapat sesorang.[1] Digunakan untuk menjelaskan properti atau relasi tipeberdasarkan sebuah pengamatan (contohnya, pada jumlah pengamatan atau pengalaman); atau untuk membuat hukum berdasarkan pengamatan terbatas dalam mempelajari alur fenomena. induksi ditetapkan, contohnya, dalam menggunakan preposisi spesifik seperti:

Es ini dingin. (atau: Semua es yang pernah kusentuh dingin.)Bola biliar bergerak ketika didorong tongkat. (atau: Dari seratus bola biliar yang didorong tongkat, semuanya bergerak.)

...untuk membedakan preposisi umum seperti:

Semua es dingin.Semua bola biliar bergerak ketika didorong tongkat.

Contoh lainnya adalah:

3+5=8 dan delapan adalah angka genap. Sebuah angka ganjil yang ditambahkan dengan angka ganjil lain akan menghasilkan angka genap.

Perlu diingat bahwa induksi matematikabukanlah bentuk pembuktian induktif. Induksi matematika adalah bentuk dari pembuktian deduktif.


ContohSunting

Induksi kuat:

  • Semua burung gagak yang kulihat berwarna hitam.

Induksi lemah:

  • Aku selalu menggantung gambar dengan paku.
  • Banyak denda mengebut diberikan pada remaja.

Pembuktian melalui deduksi

Pembuktian melalui deduksi

Pembuktian melalui deduksi adalah sebuah jalan pemikiran yang menggunakan argumen-argumen deduktif untuk beralih dari premis-premis yang ada, yang dianggap benar, kepada kesimpulan-kesimpulan, yang mestinya benar apabila premis-premisnya benar.[1]

Contoh klasik dari penalaran deduktif, yang diberikan oleh Aristoteles, ialah

Semua manusia fana (pasti akan mati). (premis mayor)Sokrates adalah manusia. (premis minor)Sokrates pasti (akan) mati. (kesimpulan)

Untuk pembahasan deduktif secara terinci seperti yang dipahami dalam filsafat, lihat Logika. Untuk pembahasan teknis tentang deduksi seperti yang dipahami dalam matematika, lihat logika matematika.

Penalaran deduktif seringkali dikontraskan dengan penalaran induktif, yang menggunakan sejumlah besar contoh partikulir lalu mengambil kesimpulan umum.

Latar belakangSunting

Penalaran deduktif dikembangkan oleh AristotelesThalesPythagoras, dan para filsuf Yunani lainnya dari Periode Klasik (600-300 SM.). Aristoteles, misalnya, menceritakan bagaimana Thales menggunakan kecakapannya untuk mendeduksikan bahwa musim panen zaitun pada musim berikutnya akan sangat berlimpah. Karena itu ia membeli semua alat penggiling zaitun dan memperoleh keuntungan besar ketika panen zaitun yang melimpah itu benar-benar terjadi.[2]

Penalaran deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah mungkin akan membawa kita kepada hasil yang salah, dan premis yang tidak tepat juga akan menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat.[3]

Alternatif dari penalaran deduktif adalah penalaran induktif. Perbedaan dasar di antara keduanya dapat disimpulkan dari dinamika deduktif tengan progresi secara logis dari bukti-bukti umum kepada kebenaran atau kesimpulan yang khusus; sementara dengan induksi, dinamika logisnya justru sebaliknya. Penalaran induktif dimulai dengan pengamatan khusus yang diyakini sebagai model yang menunjukkan suatu kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat berlaku secara umum.

Penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umu. Dengan memikirakan fenomena bagaimana apel jatuh dan bagaimana planet-planet bergerak, Isaac Newton menyimpulkan teori daya tarik. Pada abad ke-19, Adams dan LeVerrier menerapkan teori Newton (prinsip umum) untuk mendeduksikan keberadaan, massa, posisi, dan orbit Neptunus (kesimpulan-kesimpulan khusus) tentang gangguan (perturbasi) dalam orbit Uranus yang diamati (data spesifik).

Logika deduktifSunting

Penalaran deduktif didukung oleh logika deduktif. Metode deduksi sifatnya pasti. Berikut ini adalah contoh logika deduksi:

Premis 1Semua manusia pasti matiPremis 2Socrates adalah manusiaKesimpulanSocrates pasti mati

"Socrates pasti mati" adalah kesimpulan atau konsekuensi dari dua premis sebelumnya. Jika premis 1 dan premis 2 benar, maka kesimpulannya juga benar.[4]

Deduksi alamiahSunting

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Deduksi alamiah

Penalaran deduktif harus dibedakan dari konsep yang terkait yaitu deduksi alamiah, sebuah pendekatan kepada teori pembuktian bahwa upaya-upaya untuk memberikan sebuah model penalaran logis yang formal sebagaimana ia terjadi "secara alamiah".

Rujukan budaya

Sherlock Holmesdetektif fiktif yang diciptakan oleh Sir Arthur Conan Doyle, terkenal karena rujukannya kepada penalaran deduktif dalam berbagai cerita Doyle. Namun kesimpulan- kesimpulannya yang paling terkenal jelas sekali adalah kasus-kasus abduksi.

Logika

Logika

Pengertian dasar logika dan algoritma

Le Penseur, atau "Sang Pemikir", oleh Auguste Rodin1902.

Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat.

Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (bahasa Latinlogica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur.[1]

Ilmu di sini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa diartikan dengan masuk akal.

Logika sebagai ilmu pengetahuanSunting

Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan di mana objek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan objek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya.

Logika sebagai cabang filsafatSunting

Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis di sini berarti logika dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk menaruh pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.

Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika. Logika tidak bisa dihindarkan dalam proses hidup mencari kebenaran.

Dasar-dasar LogikaSunting

Konsep bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa kesahihan(validitas) sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya. Dalam hal ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan antara kesimpulan dan bukti atau bukti-bukti yang diberikan (premis). Logika silogistik tradisional Aristoteles dan logika simbolik modern adalah contoh-contoh dari logika formal.

Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni deduktif dan induktif.

Penalaran deduktif

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pembuktian melalui deduksi

Penalaran deduktif, kadang disebut logika deduktif, adalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah. Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya.

Contoh argumen deduktif:

Setiap mamalia punya sebuah jantungSemua kuda adalah mamalia∴ Setiap kuda punya sebuah jantung

Penalaran induktif

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pembuktian melalui induksi

Penalaran induktif, kadang disebut logika induktif, adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum.

Contoh argumen induktif:

Kuda Sumba punya sebuah jantungKuda Australia punya sebuah jantungKuda Amerika punya sebuah jantungKuda Inggris punya sebuah jantung∴ Setiap kuda punya sebuah jantung

Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa ciri utama yang membedakan penalaran induktif dan deduktif.

DeduktifInduktifJika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar.Jika premis benar, kesimpulan mungkin benar, tetapi tak pasti benar.Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam premis.Kesimpulan memuat informasi yang tak ada, bahkan secara implisit, dalam premis.

Sejarah LogikaSunting

Masa Yunani KunoSunting

Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta.

Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif.

Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.

Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles disimpulkan dari:

Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusiaAir jugalah uapAir jugalah es

Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam semesta.

Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang ini.

Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.

Buku Aristoteles to Oraganon (alat) berjumlah enam, yaitu:

Categoriae menguraikan pengertian-pengertianDe interpretatione tentang keputusan-keputusanAnalytica Posteriora tentang pembuktian.Analytica Priora tentang Silogisme.Topica tentang argumentasi dan metode berdebat.De sohisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.

Pada 370 SM - 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangn logika.

Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium 334 SM - 226 SM pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi pada masa Galenus (130 M - 201 M) dan Sextus Empiricus 200 M, dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.

Porohyus (232 - 305) membuat suatu pengantar (eisagoge) pada Categoriae, salah satu buku Aristoteles.

Boethius (480-524) menerjemahkan EisagogePorphyrius ke dalam bahasa Latin dan menambahkan komentar- komentarnya.

St. Yohanes dari Damaskus (674 - 749) menerbitkan Fons Scienteae.

Abad pertengahan dan logika modernSunting

Pada abad 9 hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti De InterpretationeEisagoge oleh Porphyus dan karya Boethius masih digunakan.

St. Thomas Aquinas 1224-1274 dan kawan-kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika.[2]

Lahirlah logika modern dengan tokoh-tokoh seperti:

Petrus Hispanus (1210 - 1278)Roger Bacon (1214-1292)Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan metode logika baru yang dinamakan Ars Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian.William Ocham (1295 - 1349)

Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas Hobbes (1588 - 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam An Essay Concerning Human Understanding

Francis Bacon (1561 - 1626) mengembangkan logika induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum Scientiarum.

J.S. Mills (1806 - 1873) melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic

Lalu logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti:

Gottfried Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars Magna dari Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih mempertajam kepastian.George Boole (1815-1864)John Venn (1834-1923)Gottlob Frege (1848 - 1925)

Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah mengajar di Johns Hopkins University,melengkapi logika simbolik dengan karya-karya tulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce's Law) yang menafsirkan logika selaku teori umum mengenai tanda (general theory of signs)

Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970).

Logika simbolik lalu diteruskan oleh Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Rudolf Carnap(1891-1970), Kurt Godel (1906-1978), dan lain-lain.

Logika sebagai matematika murniSunting

Logika masuk ke dalam kategori matematika murni karena matematika adalah logika yang tersistematisasi. Matematika adalah pendekatan logika kepada metode ilmu ukur yang menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol matematik (logika simbolik). Logika tersistematisasi dikenalkan oleh dua orang dokter medis, Galenus (130-201 M) dan Sextus Empiricus (sekitar 200 M) yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.

Puncak logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel(1872 - 1970).

Kegunaan logikaSunting

Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematisMeningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir, kekeliruan, serta kesesatan.Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.Terhindar dari klenik, tahayul, atau kepercayaan turun-temurun (bahasa Jawa: gugon-tuhon)Apabila sudah mampu berpikir rasional, kritis, lurus, metodis dan analitis sebagaimana tersebut pada butir pertama maka akan meningkatkan citra diri seseorang.

Macam-macam logika

Logika alamiah

Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subjektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir. Logika ini bisa dipelajari dengan memberi contoh penerapan dalam kehidupan nyata.

Logika ilmiah

Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan asas-asas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah, dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi.

Penalaran

Penalaran

Berpikir

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera(pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.

Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis(antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).

Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.

Metode dalam menalarSunting

Ada dua jenis metode dalam menalar yaitu induktif dan deduktif.

Metode induktifSunting

Paragraf Induktif adalah paragraf yang diawali dengan menjelaskan permasalahan-permasalahan khusus (mengandung pembuktian dan contoh-contoh fakta) yang diakhiri dengan kesimpulan yang berupa pernyataan umum. Paragraf Induktis sendiri dikembangkan menjadi beberapa jenis. Pengembangan tersebut yakni paragraf generalisasi, paragraf analogi, paragraf sebab akibat bisa juga akibat sebab.

Contoh paragraf Induktif:

Pada saat ini remaja lebih menyukai tari-tarian dari barat seperti breakdance, Shuffle, salsa(dan Kripton), modern dance dan lain sebagainya. Begitupula dengan jenis musik umumnya mereka menyukai rock, blues, jazz, maupun reff tarian dan kesenian tradisional mulai ditinggalkan dan beralih mengikuti tren barat. Penerimaan terhadap bahaya luar yang masuk tidak disertai dengan pelestarian budaya sendiri. Kesenian dan budaya luar perlahan-lahan menggeser kesenian dan budaya tradisional.

Contoh generalisasi:

Jika ada udara, manusia akan hidup.Jika ada udara, hewan akan hidup.Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.

∴ Jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.

Metode deduktifSunting

Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.

Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.

Konsep dan simbol dalam penalaranSunting

Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.

Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.

Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisidan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.

Syarat-syarat kebenaran dalam penalaranSunting

Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.

Suatu penalaran bertolak dari pengetahuanyang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.

Silogisme

Silogisme

Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).

Jenis-jenis Silogisme

Berdasarkan bentuknya, silogisme terdiri dari;

Silogisme Kategorial

Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).

Contoh:

   Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor)   Akasia adalah tumbuhan (premis minor).∴ Akasia membutuhkan air (Konklusi)

Hukum-hukum Silogisme Katagorik.Sunting

Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.

Contoh:

   Semua yang halal dimakan menyehatkan (mayor).   Sebagian makanan tidak menyehatkan (minor).∴ Sebagian makanan tidak halal dimakan (konklusi).Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.

Contoh:

   Semua korupsi tidak disenangi (mayor).   Sebagian pejabat korupsi (minor).∴ Sebagian pejabat tidak disenangi (konklusi).Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.

Contoh:

   Beberapa politikus tidak jujur (premis 1).   Bambang adalah politikus (premis 2).

Kedua premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).

Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif.

Contoh:

   Kerbau bukan bunga mawar (premis 1).   Kucing bukan bunga mawar (premis 2).

Kedua premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan

Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh; semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang melata.Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.

Contoh:

   Kerbau adalah binatang.(premis 1)   Kambing bukan kerbau.(premis 2)∴ Kambing bukan binatang ?

Binatang pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif

Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.

Contoh:

   Bulan itu bersinar di langit.(mayor)   Januari adalah bulan.(minor)∴ Januari bersinar dilangit?Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklsinya.

Contoh:

   Kucing adalah binatang.(premis 1)   Domba adalah binatang.(premis 2)   Beringin adalah tumbuhan.(premis3)   Sawo adalah tumbuhan.(premis4)

Dari premis tersebut tidak dapat diturunkan kesimpulannya

Silogisme HipotetikSunting

Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:

Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent.

Contoh:

   Jika hujan saya naik becak.(mayor)   Sekarang hujan.(minor)∴ Saya naik becak (konklusi).Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.

Contoh:

   Jika hujan, bumi akan basah (mayor).    Sekarang bumi telah basah (minor).∴ Hujan telah turun (konklusi)Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.

Contoh:

   Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.   Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.∴ Kegelisahan tidak akan timbul.Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.

Contoh:

   Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.   Pihak penguasa tidak gelisah.∴ Mahasiswa tidak turun ke jalanan.

Hukum-hukum Silogisme Hipotetik Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar. Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum silogisme hipotetik adalah:

Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.

Silogisme AlternatifSunting

Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh:

   Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.   Nenek Sumi berada di Bandung.∴ Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

EntimenSunting

Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan. Contoh entimen:

Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.

Silogisme DisjungtifSunting

Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disyungtif sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya. Silogisme ini ada dua macam yaitu:

Silogisme disyungtif dalam arti sempit

Silogisme disjungtif dalam arti sempit berarti mayornya mempunyai alternatif kontradiktif. Contoh:

   Heri jujur atau berbohong.(premis1)   Ternyata Heri berbohong.(premis2)∴ Ia tidak jujur (konklusi).Silogisme disjungtif dalam arti luas

Silogisme disyungtif dalam arti luas berarti premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif. Contoh:

   Hasan di rumah atau di pasar.(premis1)   Ternyata tidak di rumah.(premis2)∴ Hasan di pasar (konklusi).

Hukum-hukum Silogisme Disjungtif

Silogisme disjungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid.

Contoh:

   Hasan berbaju putih atau tidak putih.   Ternyata Hasan berbaju putih.∴ Hasan bukan tidak berbaju putih.Silogisme disjungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya adalahBila premis minor mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah (benar).

Contoh:

   Budi menjadi guru atau pelaut.   Budi adalah guru.∴ Maka Budi bukan pelaut.Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif, maka konklusinya tidak sah (salah).

Contoh:

   Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogyakarta.   Ternyata tidak lari ke Yogyakarta∴ Dia lari ke Solo?

Konklusi yang salah karena bisa jadi dia lari ke kota lain.

Selasa, 05 Juni 2018

Arti sampurasun

Sampurasun, Lebih Dari Sekedar Sapaan Biasa



 

Sampurasun” ialah sapaan yang biasanya sangat akrab di telinga orang Sunda pada umumnya. Jika seseorang mengucapkan sampurasun maka akan dijawab dengan kata Rampes yang kemudian (umumnya) disertai ucapan Mugia Rahayu Sagung Dumadi. Hal tersebut menjadikan kata sampurasun dan rampes, dua hal yang tak terpisahkan.

Seperti yang sudah diketahui bahwa dalam setiap tingkah laku dan pola pikir masyarakat Sunda memiliki filosofis dan makna cukup mendalam. Begitu juga dengan sampurasun, lebih dari sekedar sapaan yang menghiasi acara pidato ataupun berbagai acara lainnya sampurasun tak pernah absen diucapkan tokoh-tokoh Sunda setelah salam. Seperti terselip pesan dan amanat yang baik bagi masyarakat Sunda maupun bagi khalayak umum.

Lantas seperti apakah makna Sampurasun?

Sampurasun, dari literatur sejarah sunda berasal dari kata sampura atau hampura yang memiliki makna “permohonan maaf” atau “Saya mohon dimaafkan”. Sedangkan “Rampes” adalah jawabannya, yang memiliki arti “dimaafkan”. Kemudian disusul ucapan “Mugia rahayu sagung dumadi” yang memiliki arti semoga selamat sejahtera semua.

Jadi, wasiat dari frasa “sampurasun-rampes” bukan hanya sekadar sapaan. Melainkan sebuah cermin bagi kita semua untuk bisa saling maaf-memaafkan dengan segala kerendahan hati. Sebuah frasa yang mengajarkan arti sejati welas-asih. Melintasi semua keyakinan, agama dan kebudayaan yang ada di muka bumi.

Adapun pengertian lain Sampurasun diambil dari kata “sampura ning ingsun” yang artinya sempurnakan diri Anda. Hal ini tentu makna positif dari sapaan khas Sunda yang bisa menjadi pengingat akan kebaikan yang juga bisa bermanfaat bagi orang yang berasal dari suku lain.


sumber foto: sebandung

Dalam adab dan tata-kramanya, ketika ucapan "sampurasun" disebutkan atau dikatakan harus disertai dengan merapatkan kedua telapak tangan sambil menghadap kepada orang yang disapa.

Jika secara umum yang disapa usianya lebih tua, menghaturkan sikap sembah dengan merapatkan kedua tangan di depan wajah sambil menundukan kepala. Sedangkan jika yang disapa usianya lebih muda maka caranya ialah merapatkan kedua telapak tangan di depan dada sambil menunduk sebagai sikap saling menghargai.

***

Sampurasun merupakan satu adat atau kebiasaan yang diturunkan oleh nenek moyang suku Sunda yang hingga kini masih digunakan. Tidak ada salahnya generasi muda untuk terus memperkenalkan budaya keadiluhungan adat sunda. Karena Seperti yang sudah banyak diketahui, adat Sunda ini mewarisi pandangan hidup dari nenek moyangnya yang menjunjung tinggi kearifan lokal dan tidak bertentangan dengan ajaran agama, terutama agama Islam.

dilansir dari sebandung.com

Senin, 04 Juni 2018

Ontologi

Ontologi

Ontologi merupakan salah satu kajian filsafatyang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti ThalesPlato, dan Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara penampakandengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri).

Hakikat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua macam sudut pandang:

kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak?Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum.

Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis.

Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni realismenaturalismeempirisme

Istilah istilah terpenting yang terkait dengan ontologi adalah:

yang-ada (being)kenyataan/realitas (reality)eksistensi (existence)esensi (essence)substansi (substance)perubahan (change)tunggal (one)jamak (many)

Ontologi ini pantas dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara menyeluruh tentang dunia ini dan berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris (misalnya antropologisosiologi, ilmu kedokteran, ilmu budayafisika, ilmu teknik dan sebagainya).

Sabtu, 02 Juni 2018

Kata HYANG

Hyang

Padmasana (singgasana) kosong tempat duduk Sang Hyang WidhiTuhan tunggal yang tak terlihat dalam Hinduisme Bali.

Hyang (dikenal dalam bahasa MelayuKawiJawaSunda, dan Bali) adalah suatu keberadaan spiritual tak kasat mata yang memiliki kekuatan supranatural. Keberadaan spritual ini dapat bersifat ilahiah atau rohleluhur. Kini dalam bahasa Indonesia istilah ini cenderung disamakan dengan DewaDewata, atau Tuhan. Tempat para hyang bersemayam disebut Kahyangan, yang kini disamakan dengan konsep surga.

Asal mulaSunting

Istilah "hyang" kini lebih sering dihubungkan dengan ajaran Hindu Dharma yang berkembang di Jawa kuno dan Bali, tetapi sesungguhnya kata ini memiliki akar yang lebih tua, yakni kepercayaan animisme dan dinamisme asli masyarakat Austronesia yang memuliakan roh nenek moyang dan roh kekuatan alam yang menghuni pohon, batu, hutan, gunung, atau tempat-tempat tertentu. Konsep "hyang" berasal dari sistem kepercayaan masyarakat Indonesia asli, bukan berasal dari konsep spiritual Hindu-Buddha India.

Masyarakat di kepulauan Nusantara sebelum masuknya ajaran Hindu, Buddha dan Islam, percaya akan keberadaan suatu entitas tak kasat mata yang memiliki kekuatan gaib yang dapat mengakibatkan hal baik maupun buruk dalam kehidupan manusia. Mereka juga percaya bahwa roh leluhur yang sudah meninggal tidak menghilang dan pergi begitu saja, tetapi turut berperan serta dan memengaruhi kehidupan keturunannya yang masih hidup. Leluhur yang sudah meninggal dianggap memiliki kekuatan supranatural yang mendekati kekuatan para dewa. Karena itulah pemuliaan terhadap leluhur menjadi unsur penting dalam kepercayaan masyarakat asli Indonesia, seperti ditemukan dalam sistem kepercayaan suku NiasDayakToraja, suku-suku di Papua, dan berbagai suku lainnya di Indonesia.

Pada masyarakat SundaJawa, dan Bali kuno, kekuatan alam tak kasat mata dan roh leluhur ini diidentifikasi sebagai "hyang". Roh leluhur ini menghuni tempat-tempat yang tinggi, seperti gunung dan bukit. Tempat-tempat ini disucikan dan dimuliakan sebagai tempat jiwaleluhur bersemayam.

IstilahSunting

Dalam bahasa Sunda istilah "nga-hyang"berarti "menghilang" atau "tak terlihat". Diduga kata ini memiliki kaitan kebahasaan dengan kata "hilang" dalam bahasa Melayu atau bahasa Indonesia. Pada perkembangannya istilah "hyang" menjadi akar kata beberapa nama, sebutan, dan istilah yang hingga kini masih dikenal di Indonesia:

Gelar. Jika disandingkan dengan kata panggil atau sebutan Sang-, Dang-, Ra-; menjadi kata Sanghyang, Danghyang, atau Rahyang, kata ini menjadi sebutan kehormatan untuk memuliakan dewa atau leluhur yang sudah meninggal. Sebagai contoh kata Sanghyang Sri Pohaci dan Sang Hyang Widhi merujuk kepada dewa-dewi, sedangkan gelaran Rahyang Dewa Niskala merujuk pada nama seorang raja Kerajaan Sunda yang telah meninggal. Disamping itu istilah Danghyang atau Danyang merujuk pada roh-roh penunggu tempat-tempat tertentu. Nama raja pendiri kemaharajaan Sriwijaya, Dapunta Hyang Sri Jayanasa, juga mengandung nama "hyang" yang menunjukkan bahwa ia memiliki kekuatan adikodrati.Tempat. Ranah tempat para hyang bersemayam disebut Kahyangan yang dibentuk dari susunan kata ka-hyang-an. Kini kahyangan diidentikkan dengan surga. Karena adanya kepercayaan bahwa hyang menghuni tempat-tempat yang tinggi, maka wilayah pegunungan kerap kali dianggap sebagai tempat hyang bersemayam. Nama tempat seperti Parahyangan merujuk pada jajaran pegunungan di Jawa Barat. Berasal dari gabungan kata para-hyang-anparamenunjukkan bentuk jamak, sedangkan akhiran -an menunjukkan tempat, jadi Parahyangan berarti tempat para hyang bersemayam. Kata parahyangan juga dikenal sebagai salah satu jenis pura Hindu Bali, pura parahyangan adalah pura yang terletak di pegunungan sebagai sandingan pura segara yang terletak di tepi laut. Pegunungan Dieng di Jawa Tengah juga memiliki akar kata di-hyang yang juga berarti "tempat hyang". Begitu pula Pegunungan Iyang-Argapura di Jawa Timur.Kerja. Kata sembahyang dalam bahasa Indonesia kini disamakan dengan kegiatan ibadah atau salat dalam agama Islam. Sesungguhnya istilah ini memiliki akar kata sembah-hyang yang berarti menyembah hyang. Tari Bali yang sakral SanghyangDedari menampilkan gadis muda yang kerasukan hyang.

Sunda wiwitan

Sunda Wiwitan

Sunda Wiwitan adalah agama atau kepercayaan pemujaan terhadap kekuatan alam dan arwah leluhur (animisme dan dinamisme) yang dianut oleh masyarakat tradisional Sunda.[1] Akan tetapi ada sementara pihak yang berpendapat bahwa Agama Sunda Wiwitan juga memiliki unsur monoteisme purba, yaitu di atas para dewatadan hyang dalam pantheonnya terdapat dewa tunggal tertinggi maha kuasa yang tak berwujud yang disebut Sang Hyang Kersa yang disamakan dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Penganut ajaran ini dapat ditemukan di beberapa desa di provinsi Banten dan Jawa Barat, seperti di KanekesLebakBanten; Ciptagelar Kasepuhan Banten Kidul, Cisolok, Sukabumi; Kampung NagaCirebon; dan Cigugur, Kuningan. Menurut penganutnya, Sunda Wiwitan merupakan kepercayaan yang dianut sejak lama oleh orang Sunda sebelum datangnya ajaran Hindu dan Islam.

Ajaran Sunda Wiwitan terkandung dalam kitab Sanghyang siksakanda ng karesian, sebuah kitab yang berasal dari zaman kerajaan Sunda yang berisi ajaran keagamaan dan tuntunan moral, aturan dan pelajaran budi pekerti. Kitab ini disebut Kropak 630 oleh Perpustakaan Nasional Indonesia. Berdasarkan keterangan kokolot (tetua) kampung Cikeusik, orang Kanekes bukanlah penganut Hindu atau Buddha, melainkan penganut animisme, yaitu kepercayaan yang memuja arwah nenek moyang. Hanya dalam perkembangannya kepercayaan orang Kanekes ini telah dimasuki oleh unsur-unsur ajaran Hindu, dan hingga batas tertentu, ajaran Islam.[2] Dalam Carita Parahyangan kepercayaan ini disebut sebagai ajaran "Jatisunda".

Mitologi dan sistem kepercayaanSunting

Kekuasaan tertinggi berada pada Sang HyangKersa (Yang Mahakuasa) atau Nu Ngersakeun(Yang Menghendaki). Dia juga disebut sebagai Batara Tunggal (Tuhan yang Mahaesa), Batara Jagat (Penguasa Alam), dan Batara Seda Niskala (Yang Gaib). Dia bersemayam di Buana Nyungcung. Semua dewa dalam konsep Hindu (Brahma, Wishnu, Shiwa, Indra, Yama, dan lain-lain) tunduk kepada Batara Seda Niskala.[3]

Ada tiga macam alam dalam kepercayaan Sunda Wiwitan seperti disebutkan dalam pantun mengenai mitologi orang Kanekes:

Buana Nyungcung: tempat bersemayam Sang Hyang Kersa, yang letaknya paling atasBuana Panca Tengah: tempat berdiam manusia dan makhluk lainnya, letaknya di tengahBuana Larang: neraka, letaknya paling bawah

Antara Buana Nyungcung dan Buana Panca Tengah terdapat 18 lapis alam yang tersusun dari atas ke bawah. Lapisan teratas bernama Bumi Suci Alam Padang atau menurut kropak 630 bernama Alam Kahyangan atau Mandala Hyang. Lapisan alam kedua tertinggi itu merupakan alam tempat tinggal Nyi Pohaci Sanghyang Asri dan Sunan Ambu.

Sang Hyang Kersa menurunkan tujuh batara di Sasaka Pusaka Buana. Salah satu dari tujuh batara itu adalah Batara Cikal, paling tua yang dianggap sebagai leluhur orang Kanekes. Keturunan lainnya merupakan batara-batara yang memerintah di berbagai wilayah lainnya di tanah Sunda. Pengertian nurunkeun(menurunkan) batara ini bukan melahirkan tetapi mengadakan atau menciptakan.

FilosofiSunting

Paham atau ajaran dari suatu agama senantiasa mengandung unsur-unsur yang tersurat dan yang tersirat. Unsur yang tersurat adalah apa yang secara jelas dinyatakan sebagai pola hidup yang harus dijalani, sedangkan yang tersirat adalah pemahaman yang komprehensif atas ajaran tersebut. Ajaran Sunda Wiwitan pada dasarnya berangkat dari dua prinsip, yaitu Cara Ciri Manusia dan Cara Ciri Bangsa.

Cara Ciri Manusia adalah unsur-unsur dasar yang ada di dalam kehidupan manusia. Ada lima unsur yang termasuk di dalamnya:

Welas asih: cinta kasihUndak usuk: tatanan dalam kekeluargaanTata krama: tatanan perilakuBudi bahasa dan budayaWiwaha yudha naradha: sifat dasar manusia yang selalu memerangi segala sesuatu sebelum melakukannya

Kalau satu saja cara ciri manusia yang lain tidak sesuai dengan hal tersebut maka manusia pasti tidak akan melakukannya.

Prinsip yang kedua adalah Cara Ciri Bangsa. Secara universal, semua manusia memang mempunyai kesamaan di dalam hal Cara Ciri Manusia. Namun, ada hal-hal tertentu yang membedakan antara manusia satu dengan yang lainnya. Dalam ajaran Sunda Wiwitan, perbedaan-perbedaan antarmanusia tersebut didasarkan pada Cara Ciri Bangsa yang terdiri dari:

RupaAdatBahasaAksaraBudaya

Kedua prinsip ini tidak secara pasti tersurat di dalam Kitab Sunda Wiwitan, yang bernama Siksa Kanda-ng karesian. Namun secara mendasar, manusia sebenarnya justru menjalani hidupnya dari apa yang tersirat. Apa yang tersurat akan selalu dapat dibaca dan dihafalkan. Hal tersebut tidak memberi jaminan bahwa manusia akan menjalani hidupnya dari apa yang tersurat itu. Justru, apa yang tersiratlah yang bisa menjadi penuntun manusia di dalam kehidupan.

Awalnya, Sunda Wiwitan tidak mengajarkan banyak tabu kepada para pemeluknya. Tabu utama yang diajarkan di dalam agama Sunda ini hanya ada dua.

Yang tidak disenangi orang lain dan yang membahayakan orang lainYang bisa membahayakan diri sendiri

Akan tetapi karena perkembangannya, untuk menghormati tempat suci dan keramat (Kabuyutan, yang disebut Sasaka Pusaka Buana dan Sasaka Domas) serta menaati serangkaian aturan mengenai tradisi bercocok tanam dan panen, maka ajaran Sunda Wiwitan mengenal banyak larangan dan tabu. Tabu(dalam bahasa orang Kanekes disebut "Buyut") paling banyak diamalkan oleh mereka yang tinggal di kawasan inti atau paling suci, mereka dikenal sebagai orang Baduy Dalam.

TradisiSunting

Dalam ajaran Sunda Wiwitan penyampaian doa dilakukan melalui nyanyian pantun dan kidung serta gerak tarian. Tradisi ini dapat dilihat dari upacara syukuran panen padi dan perayaan pergantian tahun yang berdasarkan pada penanggalan Sunda yang dikenal dengan nama Perayaan Seren Taun. Di berbagai tempat di Jawa Barat, Seren Taun selalu berlangsung meriah dan dihadiri oleh ribuan orang. Perayaan Seren Taun dapat ditemukan di beberapa desa seperti di KanekesLebakBanten; Ciptagelar Kasepuhan Banten Kidul, Cisolok, Sukabumi; Kampung Naga; dan Cigugur, Kuningan. Di Cigugur, Kuningan sendiri, satu daerah yang masih memegang teguh budaya Sunda, mereka yang ikut merayakan Seren Taun ini datang dari berbagai penjuru negeri.

Meskipun sudah terjadi inkulturasi dan banyak orang Sunda yang memeluk agama-agama di luar Sunda Wiwitan, paham dan adat yang telah diajarkan oleh agama ini masih tetap dijadikan penuntun di dalam kehidupan orang-orang Sunda. Secara budaya, orang Sunda belum meninggalkan agama Sunda ini.[4]

Tempat suci

Tempat suci atau tempat pemujaan yang dianggap sakral atau keramat dalam Agama Sunda Wiwitan adalah Pamunjungan atau disebut Kabuyutan. Pamunjungan merupakan punden berundak yang biasanya terdapat di bukit dan di Pamunjungan ini biasanya terdapat Menhir, Arca, Batu Cengkuk, Batu Mangkok, Batu Pipih dan lain-lain.

Pamunjungan atau Kabuyutan banyak sekali di Tatar Sunda seperti Balay Pamujan Genter Bumi, Situs Cengkuk, Gunung Padang, Kabuyutan Galunggung, Situs Kawali dll. Di Bogor sendiri sebagi Pusat Nagara Sunda dan Pajajaran dahulu terdapat Banyak Pamunjungan beberapa diantaranya adalah Pamunjungan Rancamaya nama dahulunya adalah Pamunjungan Sanghyang Padungkukan yang disebut Bukit Badigul namun sayang saat ini Pamunjungan tersebut sudah tidak ada lagi digantikan oleh Lapangan Golf.

Pada masanya Pamunjungan yang paling besar dan mewah adalah Pamunjungan Kihara Hyang yang berlokasi di Leuweung (hutan) Songgom, atau Balay Pamunjungan Mandala Parakan Jati yang saat ini lokasinya digunakan sebagai Kampung Budaya Sindang Barang.

Dengan banyaknya Pamunjungan atau Kabuyutan tersebut di Tatar Sunda membuktikan bahwa agama yang dianut atau agama mayoritas orang Sunda dahulu adalah Agama Jati Sunda atau Sunda Wiwitan, ini adalah jawaban kenapa di Sunda sangat jarang sekali diketemukan Candi. Namun begitu, Hindu dan Budha berkembang baik di Sunda bahkan Raja Salaka Nagara juga Tarumanagara adalah seorang Hindu yang taat. Candi Hindu yang ditemukan di Tatar Sunda adalah Candi Cangkuang yang merupakan candi Hindu pemujaan Siwa dan Percandian Batujaya di Karawang yang merupakan kompleks bangunan stupa Buddha.

TUHAN bangsa china

Tuhan dalam agama dan Kepercayaan Tionghoa

Tuhan dalam agama dan Kepercayaan Tionghoa adalah konsep ketuhanan dalam agama masyarakat Tionghoa.

Pengertian umum

Secara umum, orang Tionghoa biasa menyebut Tuhan Yang Maha Esa sebagai Thian Kong (Tian Gong) atau Thi Kong, ada pula yang menyebutnya sebagai Siang Te atau Shang Di (上帝). Sebenarnya pengertian ini rancu, sebab pengertian Thian Kong dan Shang Di maknanya agak berbeda. Istilah Thian (Tian) sebenarnya secara harafiah berarti ‘langit’, yang menunjukkan tempat kediaman dari Shang Di (Siang Te), sedangkan Shang Di sendiri berarti ‘yang termulia yang berada paling atas’.

Zaman Tiongkok purba

Dalam buku-buku Tiongkok kuno (sebelum era Laozi), orang Tiongkok sudah mempercayai adanya ‘sesuatu’ sebagai penguasa segala sesuatu di jagat raya ini. ‘Sesuatu’ ini umumnya disebut Shang Di atau Thian, sebab menurut mereka, ‘sesuatu’ penguasa kedudukannya pastilah di atas. Sejalan dengan pemujaan kepada Shang Di atau Thian, mereka juga mempercayai bahwa di tempat-tempat tertentu memiliki penguasa-penguasa sendiri (semacam penguasa lokal), sehingga timbul juga pemujaan kepada ‘penguasa-penguasa lokal’ tersebut (misalnya penguasa sungai, penguasa gunung, penguasa bumi, dan sebagainya).

Dalam Taoisme

Setelah era Laozi, pemujaan kepada Shang Di dan pemujaan kepada ‘penguasa-penguasa lokal’, sedikit demi sedikit mulai tertata bentuknya sehingga hierarki pemerintahan langit menjadi semakin jelas. Menurut buku ‘Myths and Legends of China’ karanganvWerner, orang Tionghoa percaya bahwa pemerintahan surga / langit / kayangan, termasuk para dewa dan malaikat, dipimpin oleh suatu sistem pemerintahan yang mirip dengan sistem pemerintahan yang ada di bumi. Dalam sastra Tionghoa disebutkan sebagai Tian Di Yi Li atau ‘Langit dan bumi punya tatanan yang sama’.

Pemimpin tertinggi dan berkuasa penuh atas jagat raya, dipegang oleh Siang Te (Shang Di), dan menteri-menterinya dijabat oleh para dewa, baik sipil maupun militer. Kaisar yang memerintah di daratan Tiongkok dipercayai sebagai utusan dari langit (utusan Siang Te) yang diberi mandat untuk memerintah di bumi (oleh sebab itu, Kaisar Tiongkok selalu disimbolkan sebagai naga – hewan perkasa dari langit. Jubah kebesaran Kaisar disebut jubah Naga. Selain Kaisar, tidak seorangpun boleh menggunakan attribut ataupun hiasan Naga. Bagi yang melanggar akan terkena hukuman pancung, sebab berarti dia men-sejajar-kan kedudukannya sama dengan kaisar). Upacara sembahyang kepada Siang Te hanya dilakukan oleh Kaisar dan keluarga kerajaan, rakyat tidak boleh mengikuti ataupun menghadirinya. Bagi rakyat, memuja Kaisar sebagai utusan Siang Te yang ada di dunia, sudah merupakan wujud pemujaan kepada Siang Te sendiri. Bila ada rakyat yang berani memuja kepada Siang Te secara langsung, berarti men-sejajar-kan dirinya dengan kaisar dan dapat dikenai hukuman mati.

Karena rakyat tidak mempunyai hak untuk memuja Shang Di secara langsung, maka ketika mereka mempunyai seorang Kaisar yang lalim dan penindas kaum lemah, rakyat mulai mencari objek pengaduan agar penderitaan mereka berubah menjadi baik. Rakyat kemudian mempersonifikasikan dan melakukan pemujaan kepada Thian (Tian), yang sebenarnya hanyalah tempat kediaman Siang Te. (Mungkin mirip dengan zaman sekarang, dimana apabila ada kepala pemerintahan yang korupsi, maka rakyat lalu berbondong-bondong datang dan berunjuk-rasa di gedung kepala pemerintahan tersebut). Pemujaan kepada Thian tidak dilarang oleh Kaisar, bahkan Kaisar juga kadang-kadang ikut memujanya (di Beijing ada ‘Tian Tan’ – altar pemujaan kerajaan), sedangkan rakyat biasanya melakukan pemujaan di depan pintu rumah masing-masing.

Dengan adanya pengaruh Taoisme, maka kemudian bermunculan tokoh-tokoh yang dianggap sebagai Shang Di. Dalam buku-buku kuno, tokoh Shang Di memiliki beberapa sebutan, antara lain: Ming Ming Shang Di, Tang Tang Shang Di, Wei Huang Shang Di, Yuan Shi Tian Zun, Yu Huang Shang Di, dan lain-lain.

Konfusianisme

Setelah munculnya pengaruh Konfusianisme, mulailah upacara sembahyang kepada Shang Di tertata lebih jelas. Dalam ajaran Konfusius, dikenalkan adanya tiga unsur dalam alam semesta, yaitu unsur Tian Huang (Penguasa Langit), Di Huang (Penguasa Bumi) dan Ren Huang (Penguasa Manusia). Penguasa tertinggi terletak pada Tian Huang atau Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut sebagai Huang Tian Shang Di. Pemujaan kepada Huang Tian Shang Di, banyak dilakukan oleh kaisar-kaisar dari zaman dinasti Ming dan Qing. Hal ini disimpulkan karena pada Altar ‘Tian Tan’ terdapat sebilah papan suci yang bertuliskan Huang Tian Shang Di.

Buddhisme

Dengan masuknya pengaruh Buddhisme, kemudian muncul suatu aliran yang disebut Thian Tao (Tian Dao), yang merangkum ketiga ajaran yaitu Taoisme, Konfusianisme dan Buddhisme. Aliran ini mempertegas nama dan kedudukan Siang Te. Menurut mereka, alam semesta ini terdiri dari tiga tingkat, yaitu Li Tian (Nirwana), Qi Tian (Kayangan) dan Xiang Tian (Bumi). Tuhan Yang Maha Esa disebut sebagai Bing Bing Siang Te (Ming Ming Shang Di) dan berkedudukan di Li Tian / Nirwana. Bing Bing Siang Te mengeluarkan firmannya yang disebut Tao, yang merupakan sumber kebenaran dan sumber kehidupan semua makhluk. Sebagai pelaksana pemerintahan alam semesta dijabat oleh Yu Huang Shang Di dengan dibantu para dewa-dewi dan malaikat sebagai menteri-menterinya, yang berkedudukan di Qi Tian / Kahyangan. Kedudukan Yu Huang Shang Di dijabat secara berganti-ganti dan mempunyai batasan waktu. Sedangkan sebagai pelaksana pemerintahan di bumi, dijabat oleh para Huang Di (kaisar atau raja).

Sembahyang King Thi Kong

Setelah zaman dinasti Song (tahun 960 – 1280), pengertian Thian dan Siang Te menjadi kabur, apalagi Kaisar sudah tidak begitu keras memberikan larangan pemujaan kepada Siang Te. Kemudian pada zaman dinasti Qing, bangsa Manchuria menjajah bangsa Han, akibatnya banyak para tokoh bangsa Han yang harus melarikan diri dari kejaran pasukan Manchuria. Mereka banyak yang bersembunyi di kebun tebu, sehingga pasukan Manchuria tidak bisa melihatnya. Setelah aman, mereka kembali ke rumah masing-masing dan mensyukuri keselamatan mereka itu dengan mengadakan sembahyang King Thi Kong (Jing Tian Gong). Sembahyang King Thi Kong ini biasanya dilakukan pada tanggal 8 malam tanggal 9 bulan 1 Imlek, tepat jam 12 tengah malam. Tradisi ini turun temurun hingga sekarang.

DEWA MATAHARI

Dewa matahari

Mozaik pada abad ke-2 Dewa Apollo di El Djem, Tunisia.

Dewa Matahari adalah dewa atau dewi dalam mitologi yang mewakili Matahari, atau aspek dari matahari, biasanya kekuatan yang dirasakan dan kekuatan. Dewa dan penyembahan Matahari dapat ditemukan di sebagian besar sejarah yang tercatat dalam berbagai bentuk.

Matahari yang menghilangSunting

Amaterasu akhirnya muncul dari gua

Hilangnya matahari adalah tema dalam banyak mitologi, kadang-kadang termasuk tema-tema penjarapengasingan, atau kematian. Kehilangan matahari sering digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena alam, termasuk hilangnya matahari di malam hari, hari lebih pendek selama musim dingin, dan gerhana matahari.

Pada akhir mitologi MesirRa melewati Duat(dunia bawah) setiap malam. Apep harus dikalahkan dalam kegelapan jam untuk Ra dan tongkang surya untuk muncul di timur setiap pagi.

Dalam mitologi Jepang, dewi matahari Amaterasu yang terkejut oleh perilaku kakaknya Susanoo dan bersembunyi di gua, menyeret dunia dalam kegelapan sampai ia bersedia untuk muncul.

Dalam mitologi Norse, para dewa Odin dan Tyr keduanya memiliki atribut langit, dan mereka ditakdirkan untuk dimakan oleh serigala Fenrisulfr dan Garmr, masing-masing pada RagnarokSol, dewi matahari Norse, akan dimakan oleh serigala Skoll.

Alat angkut matahariSunting

Ra di kapalnya

"Tongkang matahari" adalah wujud mitologis matahari yang diangkut pada perahu.

Contoh:

Banyak Dewi Mesir awal dikaitkan dengan dewa matahari ,kemudian Ra dan Horusdigambarkan naik tongkang. Dalam mitos akhirat Mesir, wahana Ra di saluran bawah tanah dari barat ke timur setiap malam sehingga ia dapat naik di timur keesokan paginya.

"Kereta tempur matahari" adalah wujud mitologis dari matahari yang naik di kereta. Konsep ini lebih awal dibandingkan dengan tongkang surya, dan biasanya digunakan bangsa-bangsa Indo-Eropa, sesuai dengan perluasan Indo-Eropa setelah penemuan dari kereta di milenium 2 SM.

Contoh:

Dalam mitologi Norse, Sól, menaiki kereta tempur yang ditarik oleh Arvak dan Alsvid.Dlam mitologi Yunani, Helios menaiki kereta tempur,[1] (lihat juga Phaëton)[2]Dalam mitologi Hindu, Surya menaiki kereta tempur yang ditarik oleh Aruna.

Daftar dewa-dewi matahariSunting

Mitologi AfrikaSunting

Anyanwu, dewa matahari dalam Suku Igboyang tinggal di bawah sinar matahariMagec, dewa matahari dan cahaya dalam Suku TenerifeMawu, dewi matahari dan cahaya dalam Suku DahomeyNgai, dewa matahari dalam suku KambaKikuyu dan Maasai

Mitologi AboriginSunting

Gnowee, dewi yang mencari anaknya yang hilang, dan cahaya obornya adalah matahariWala, dewi matahariWuriupranili, dewi yang obornya adalah matahariYhi, dewi matahari, cahaya ,dan pencipta dalam suku Karraur

Mitologi AinuSunting

Chup Kamui, dewi bulan yang beralih tempat dengan kakaknya menjadi dewi matahari

Mitologi ArabSunting

Malakbel

Mitologi AztekSunting

Huitzilopochtli, dewa matahari dan perangNanauatzin, dewa matahariTeoyaomicqui, dewa matahari, pencabut nyawa, dan enam jam dalam sehariTonatiuh, dewa matahari dan penguasa surgaXiuhtecuhtli, dewa api, siang, dan panasgod of fire, day and heat

Mitologi BaltikSunting

Saulė, dewi matahari dan kesuburan

Mitologi BasqueSunting

Ekhi, dewi matahari dan pelindung umat manusia

Mitologi BrazilSunting

Merifolk hero and god of the sun

Mitologi KanaanSunting

Shapash, dewi matahari

Mitologi KeltikSunting

Áine, dewi cinta, musim panas, dan kedaulatan, yang berhubungan dengan matahari dan musim panas dalam mitologi IrlandiaAlaunus, dewa matahari, penyembuhan, dan peramalan dalam mitologi GaulBelenos, dewa matahari dalam mitologi GaulÉtaín, dewi matahari dalam mitologi IrlandiaGrannus, dewa yang diasosiasikan dengan spa, penyembuhan mata air panas dan mineral, dan matahariLugh, Dewa Irlandia kadang-kadang dianggap sebagai dewa matahariMug Ruith, dewa badai dan matahari dalam mitologi Irlandia

Mitologi MesirSunting

Bast, dewa kucing yang diasosiasikan dengan matahariHorus, dewa langit yang mata kanannya adalah matahari dan mata kirinya adalah bulanAmun, dewa pencipta yang diidentifikasi dengan matahariAtum, dewa yang mewakili matahari terbenamAten, dewa matahariKhepri,dewa kelahiran kembali dan matahari terbitNefertem, dewa kesembuhan dan kecantikan, yang mewakili sinar matahari pertamaRa, dewa matahariSekhmet, dewi perang, matahari, dan pencipta padang pasirSopdu, dewa perang dan panas terik matahari musim panasPtah, dewa penciptaan, seni, kesuburan, kadang-kadang mewakili matahari di malam hari

Mitologi EtruskaSunting

Albina, dewi fajar dan pelindung cintaThesan, dewi fajar, dikaitkan dengan kehidupan baru

Mitologi YunaniSunting

Apollo, dewa Olympia cahaya, matahari, ramalan, kesembuhan, wabah, memanah, musik dan puisiHelios, titan matahariHyperion, titan cahayaAlectrona, dewi matahari, pagi ,dan bangun pagiEos, titan fajar

Surya

Mitologi HinduSunting

Agni, dewa api, dikaitkan dengan matahariAryaman, dewa matahariMitra, dewa kejujuran, persahabatan, pertemuan dan sinar matahari pagiSaranyu, dewi fajar dan awanSawitri, dewa matahari ketika terbit dan terbenamSurya, dewa matahari

Mitologi HittitSunting

Arinna, dewi matahariIstanu, dewa matahari dan hukum

Mitologi InkaSunting

Inti, dewa matahari Kekaisaran Inka

Mitologi InuitSunting

Akycha, dewa matahari di Alaska
Malina, dewi matahari di Greenland

Mitologi JepangSunting

Amaterasu, dewi matahariMarishi-Ten, dewi matahari, surga dan cahaya

Mitologi LusitaniaSunting

Endovelicus, dewa kesehatan, keselamatan, dan matahariNeto, dewa matahari dan perang

Mitologi MaoriSunting

Ao, dewa siang hariTamanuitera, dewa matahari

Mitologi MayaSunting

Ah Kin, dewa matahari, dan pelindung terhadap kejahatan yang terkait dengan kegelapanKinich Ahau, dewa matahari
Hunahpu, salah satu Pahlawan Kembar Maya ia berubah menjadi matahari sementara saudaranya berubah menjadi bulan
Tohil, dewa guntur, petir, dan matahari terbit

Mitologi MesopotamiaSunting

Shamash, dewa matahari dan keadilan dalam Akkadia
Utu, dewa matahari dan keadilan dalam Sumeria

Mitologi AmerikaSunting

Wi, dewa matahari dalam mitologi Lakota

Mitologi NorseSunting

Baldr, dewa yang diasosiasikan dengan terang, kecantikan, cinta, dan kesenangan
Dagr, dewa siang hari
Freyr, dewa kesuburan, seksualitas, kedamaian, dan terang matahari

Mitologi PersiaSunting

Nahundi, dewa matahari dan hukum

Mitologi PolinesiaSunting

Atanua, dewi fajar di Kepulauan MarquesaAtarapa, dewi fajar

Mitologi SamiSunting

Beiwe, dewi musim semi ,kesuburan, dan matahari.

Mitologi SlaviaSunting

Belobog, dewa matahari
Dažbog, dewa matahari
Hors, dewa matahari
Radegast, dewa perhotelan, kesuburan dan tanaman, terkait dengan perang dan matahari.
Zorya, dua putri DažbogZorya Utrennyaya, bintang pagi, yang membuka gerbang istana setiap fajar untuk keberangkatan kereta matahariZorya Vechernyaya, bintang senja, yang menutup gerbang istana setiap senja untuk kepulangan kereta matahari

Mitologi TurkiSunting

Koyash, dewa matahari