Minggu, 16 April 2017

SUNDA itu adalah SU-NA-DA

SUNDA itu adalah SU-NA-DA

Kalimat “Sunda” dari kitab “Sastrajendra Hayuningrat” dibentuk oleh tiga suku kata yaitu SU-NA-DA yang artinya adalah “matahari", yang mengandung arti “Sejati-Api-Besar” atau “Api Besar yang Sejati atau bisa juga berarti Api Agung yang Abadi”.
SU-NA-DA
- SU = Sejati/ Abadi
- NA = Api
- DA = Besar/ Gede/ Luas/ Agung
Maksud dan maknanya adalah matahari atau “Sang Surya” ( Panon Poe/ Mata Poe/ Sang Hyang Manon ). Sedangkan kata “Sastrajendra Hayuningrat” (Su-Astra-Ajian-Ra-Hayu-ning-Ratu) memiliki arti sebagai berikut;
- Su = Sejati/ Abadi
- Astra = Sinar/ Penerang
- Ajian = Ajaran
- Ra = Matahari ( Sunda ), ( Greek ) Mesir
- Hayu = Selamat/ Baik/ Indah
- ning = dari
- Ratu = Penguasa (Maharaja)
Dengan demikian “Sastrajendra Hayuningrat” jika diartikan secara bebas adalah “Sinar Sejati Ajaran Matahari - Kebaikan dari Sang Ratu” atau “Penerang yang Abadi Ajaran Matahari - Kebaikan dari Sang Maharaja” atau boleh jadi maksudnya adalah “Sinar Ajaran Matahari Abadi atas Kebaikan dari Sang Penguasa/ Ratu/ Maharaja Nusantara”.
“Sunda” menurut saya sama sekali mungkin bukan nama etnis/ ras/ suku yang tinggal di pulau Jawa bagian barat dan bukan juga nama daerah, karena sesungguhnya “Sunda” adalah nama ajaran atau kepercayaan / kebudayaan tertua ( Ancient ), yang keberadaannya jauh sebelum ada jenis kepercayaan apapun yang dikenal sekarang, terpikir dari cerita cerita mitos atau legenda pewayangan yang dipelosok dunia ini saya yakin hampir mirip. Cerita Zeus , Barata Yuda, sampai dengan mitos The Lost Atlantis.
"Sunda” merupakan cikal-bakal ajaran tentang “cara hidup sebagai manusia beradab hingga mencapai puncak kemanusiaan yang tertinggi ( adi-luhung ). Selain itu Sunda juga yang mengawali lahirnya sistem pemerintahan dengan pola karatuan ( kerajaan ) yang pertama di dunia, terkenal dengan konsep SITUMANG ( Rasi-Ratu-Rama-Hyang ) dengan perlambangan “anjing” ( tanda kesetiaan ).
Ajaran/ kepercayaan Sunda (Matahari) pada mulanya disampaikan oleh Sang Sri Rama Mahaguru Ratu Rasi Prabhu Shindu La-Hyang / Sang Hyang Tamblegmeneng ( bapak dari Da Hyang Su-Umbi = Dayang Sumbi ) putra dari Sang Hyang Watu Gunung Ratu Agung Manikmaya yang lebih dikenal sebagai Aji Tirem ( Aki Tirem ) atau Aji Saka Purwawisesa. Inti ajaran Prabhu Sindhu atau Sintho (di Jepang) dan di India menjadi HINDU (Hindus) adalah ajaran 'budhi-pekerti' dan ketata-negaraan yang disebut sebagai La-Hyang Salaka Domasdan La-Hyang Salaka Nagara. ( sumber wiki )
Ajaran Sunda lebih dikenal dengan sebutan Sundayana (yana = way of life, aliran, ajaran, agama) artinya adalah “ajaran Sunda atau kepercayaan Matahari” yang dianut oleh bangsa Galuh, khususnya di Jawa Barat.
Sundayana disampaikan secara turun-temurun dan menyebar ke seluruh dunia melalui para Guru Agung ( Guru Besar/ Batara Guru ), masyarakat Jawa-Barat lebih mengenalnya dengan sebutan Sang Guru Hyang atau dengan sebutan “Guriang” yang artinya “Guru Hyang” juga, dari cerita itu ada sambung menyambung dengan Salaka Domas, Salaka Nagara Kalimasada ( 2 kalimat shadat ), dst... heheh masi di cari juga belon ada di wiki euy.. yu sama sama cari sejarahnya.
Inti dari ajaran Sunda adalah “welas-asih” atau cinta-kasih, dalam bahasa Arab-nya disebut “rahman-rahim”, sebab adanya rasa welas-asih ini yang menjadikan seseorang layak disebut sebagai manusia. Artinya, dalam pandangan kepercayaan Sunda ( bangsa Galuh ) jika seseorang tidak memiliki rasa welas-asih maka ia tidak layak untuk disebut manusia, lebih tepatnya sering disebut sebagai Duruwiksa ( Buta ) mahluk biadab.
Sundayana terbagi dalam tiga bidang ajaran dalam satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisah ( Kemanunggalan ) yaitu;
1. Tata-Salira / Kemanunggalan Diri; berisi tentang pembentukan kualitas manusia yaitu, meleburkan diri dalam “ketunggalan” agar menjadi “diri sendiri” (si Swa) yang beradab, merdeka dan berdaulat atau menjadi seseorang yang tidak tergantung kepada apapun dan siapapun selain kepada diri sendiri.
2. Tata-Naga-Ra / Kemanunggalan Negeri; yaitu memanunggalkan masyarakat/ bangsa (negara) dalam berkehidupan di Bumi secara beradab, merdeka dan berdaulat. Pembangunan negara yang mandiri, tidak menjajah dan tidak dijajah.
3. Tata-Buana / Kemanunggalan Bumi; ialah kebijakan universal ( kesemestaan ) untuk memanunggalkan Bumi dengan segala isinya dalam semesta kehidupan agar tercipta kedamaian hidup di Buana.
Sesuai dengan bentuk dan dasar pemikiran ajaran kepercayaan Matahari sebagai sumber cahaya maka tata perlambangan wilayah di sekitar Jawa-Barat banyak yang mempergunakan sebutan “Ci” yang artinya “Cahaya”, dalam bahasa India disebut sebagai deva/ dewa ( cahaya ) yaitu pancaran ( gelombang ) proton yang lahir dari Matahari berupa warna-warna. Terdapat lima warna cahaya utama ( Pancawarna ) yang menjadi landasan filosofi kehidupan bangsa Galuh penganut ajaran Sunda :
1. Cahaya Putih di timur disebut Purwa, tempat Hyang Iswara.
2. Cahaya Merah di selatan disebut Daksina, tempat Hyang Brahma.
3. Cahaya Kunin g di barat disebut Pasima, tempat Hyang Mahadewa.
4. Cahaya Hitam di utara disebut Utara, tempat Hyang Wisnu.
5. Segala Warna Cahaya di pusat disebut Madya, tempat Hyang Siwa.
Lima kualitas “Cahaya” tersebut sesungguhnya merupakan nilai “waktu” dalam hitungan “wuku”. Kelima wuku (wuku lima) tidak ada yang buruk dan semuanya baik, namun selama ini Sang Hyang Siwa (pelebur segala cahaya/ warna) telah disalah-artikan menjadi “dewa perusak”, padahal arti kata “pelebur” itu adalah “pemersatu” atau yang meleburkan atau memanunggalkan. Jadi, sama sekali tidak terdapat ‘dewa’ yang bersifat merusak dan menghancurkan. Mungkin
nyambung ga ya dari sini juga adanya perintah Shalat 5 Waktu... mengapa harus 5 ?? ( jangan 100% percaya teliti ajah sendiri ... ini hanya pendapat saya doang ).
“Ajaran Sunda” dalam cerita pewayangan dilambangkan dengan Jamparing Panah Chakra, yaitu ‘raja segala senjata’ milik Sang Hyang Wisnu yang dapat mengalahkan sifat jahat dan angkara-murka, tidak ada yang dapat lolos dari bidikan Jamparing Panah Chakra.
- Jamparing = Jampe Kuring
- Panah = Manah = Hati (Rasa Welas-Asih)
- Chakra atau Cakra = Titik Pusaran yang bersinar / Roda Penggerak Kehidupan (‘matahari’).
- Secara simbolik gendewa (gondewa) merupakan bentuk bibir yang sedang tersenyum.
Panah Chakra di Jawa Barat biasa disebut sebagai “Jamparing Asih” maksudnya adalah “Ajian Manah nu Welas Asih” ( ajian hati yang lembut penuh dengan cinta-kasih ). Maksud utama dari Jamparing Panah Chakra atau Jamparing Asih itu ialah “ucapan yang keluar dari hati yang welas asih dapat menggerakan roda kehidupan yang bersinar”. Keberadaan Panca Dewa kelak disilib-silokakan ( dilambangkan ) ke dalam kisah “pewayangan” dengan tokoh-tokoh baru melalui kisah Ramayana ( Ajaran Rama ) serta kisah Mahabharata pada tahun +/-1500 SM.
Yudis-ti-Ra, Bi-Ma, Ra-ju-Na, Na-ku-La, dan Sa-Dewa. Kelima cahaya itu kelak dikenal dengan sebutan “Pandawa” singkatan dari “Panca Dewa” ( Lima Cahaya ) yang merupakan perlambangan atas sifat-sifat kesatria negara. Istilah “wayang” itu sendiri memiliki arti “bayang-bayang”, maksudnya adalah perumpamaan dari kelima cahaya tersebut.
Selama ini cerita wayang selalu dianggap ciptaan bangsa India, hal tersebut mungkin “benar” tetapi boleh jadi “salah”. Artinya kemungkinan terbesar adalah bangsa India telah berjasa melakukan pencatatan tentang kejadian besar yang pernah ada di Bumi Nusantara melalui kisah pewayangan dalam cerita mitos Ramayana dan Mahabharata. Simple logik nya India dikenal sebagai bangsa Chandra ( Chandra Gupta ) yang berarti Bulan
sedangkan Nusantara dikenal sebagai bangsa
Matahari ( Ra -Hyang ), dalam hal ini tentu Matahari lebih unggul dan lebih utama ketimbang Bulan. India diterangi atau dipengaruhi oleh ajaran dan kebudayaan Nusantara. Namun demikian tidak dapat disangkal bahwa bukti ( jejak ) peninggalan di Bumi Nusantara telah banyak dilupakan, diselewengkan hingga dimusnahkan oleh bangsa Indonesia sendiri sehingga pada saat ini kita sulit untuk membuktikannya melalui “kebenaran ilmiah”.
Berkaitan dengan persoalan “Pancawarna”, bagi orang-orang yang lupa kepada “jati diri” ( sebagai bangsa Matahari ) di masyarakat Jawa-Barat dikenal peribahasa “teu inget ka Purwa Daksina…!” artinya adalah “lupa kepada Merah-Putih” ( lupa akan kebangsaan/ tidak tahu diri/ tidak ingat kepada jati diri sebagai bangsa Galuh penganut ajaran Sunda ).
Banyak orang Jawa Barat mengaku dirinya sebagai orang “Sunda”, mereka mengagungkan “Sunda” sebagai genetika biologis dan budayanya yang membanggakan, bahkan secara nyata perilaku diri mereka yang lembut telah menunjukan kesundaannya ( sopan-santun dan berbudhi ).
Sebagaian Masyarakat Jawa Barat tidak menyadari ( tidak mengetahui ) bahwa perilaku lembut penuh tata-krama sopan-santun dan berbudhi itu terjadi akibat adanya “ajaran” ( kepercayaan Sunda ) yang mengalir di dalam darah mereka dan bergerak tanpa disadari. Untuk mengatakan kejadian tersebut para leluhur menyebutnya,
“nyumput buni di nu caang” ( tersembunyi ditempat yang terang ) artinya adalah mentalitas, pikiran, perilaku, seni, kebudayaan, filosofi yang mereka lakukan sesungguhnya adalah hasil didikan kepercayaan Sunda tetapi si pelaku sendiri tidak mengetahuinya.
Inti pola dasar ajaran Sunda adalah “berbuat baik dan benar yang dilandasi oleh kelembutan rasa welas-asih”. Pola dasar tersebut diterapkan melalui Tri-Dharma ( Tiga Kebaikan ) yaitu sebagai pemandu ‘ukuran’ nilai atas keagungan diri seseorang/ derajat manusia diukur berdasarkan dharma ( kebaikan ).
1. Dharma Bakti , ialah seseorang yang telah menjalankan budhi kebaikan terhadap diri, keluarga serta di lingkungan kecil tempat ia hidup, manusianya bergelar “Manusia Utama”.
2. Dharma Suci , ialah seseorang yang telah menjalankan budhi kebaikan terhadap bangsa dan negara, manusianya bergelar “Manusia Unggul Paripurna” ( menjadi idola ).
3. Dharma Agung , ialah seseorang yang telah menjalankan budhi kebaikan terhadap segala peri kehidupan baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat, yang tercium, yang tersentuh dan tidak tersentuh, segala kebaikan yang tidak terbatasi oleh ruang dan waktu, manusianya bergelar “Manusia Adi Luhung” ( Batara Guru ).
Dalam agama Islam bisa jadi arti ini adalah tingkatan dari Syariat, Tarikat, Hakikat yang jika semua sudah tercapai menjadi Ma'rifat.
Nilai-nilai yang terkandung di dalam Tri-Dharma ini kelak menjadi pokok ajaran “Budhi-Dharma” ( Buddha ) yang mengutamakan budhi kebaikan sebagai bukti dan bakti rasa welas-asih terhadap segala kehidupan untuk mencapai kebahagiaan, atau pembebasan diri dari kesengsaraan.
Ajaran ini kelak dilanjutkan dan dikembangkan oleh salah seorang tokoh Mahaguru Rasi Shakyamuni – Sidharta Gautama ( ‘Sang Budha’ ), seorang putra mahkota kerajaan Kapilawastu di Nepal – India.
Pembentukan Tri-Dharma Sunda dilakukan melalui tahapan yang berbeda sesuai dengan tingkatan umurnya yaitu :
Dharma Rasa, ialah mendidik diri untuk dapat memahami “rasa” ( kelembutan ) di dalam segala hal, sehingga mampu menghadirkan keadaan “ngarasa jeung rumasa” ( menyadari rasa dan memahami perasaan ) / Empaty. Dengan demikian dalam diri seseorang kelak muncul sifat menghormati, menghargai, dan kepedulian terhadap sesama serta kemampuan merasakan yang dirasakan oleh orang lain ( pihak lain ), hal ini merupakan pola dasar pembentukan sifat “welas-asih” dan manusianya kelak disebut “Dewa-Sa”.
Dharma Raga, adalah mendidik diri dalam bakti nyata ( bukti ) atau mempraktekan sifat rasa di dalam hidup sehari-hari ( *bukan teori ) sehingga kelak keberadaan/ kehadiran diri dapat diterima dengan senang hati ( bahagia ) oleh semua pihak dalam keadaan “ngaraga jeung ngawaruga” ( menjelma dan menghadirkan ). Hal ini merupakan pola dasar pembentukan perilaku manusia yang dilandasi oleh kesadaran rasa dan pikiran. Seseorang yang telah mencapai tingkatan ini disebut “Dewa-Ta”.
Dharma Raja, adalah mendidik diri untuk menghadirkan “Jati Diri” sebagai manusia “welas-asih” yang seutuhnya dalam segala perilaku kehidupan “memberi tanpa diberi” atau memberi tanpa menerima ( tidak ada pamrih ). Tingkatan ini merupakan pencapaian derajat manusia paling terhormat yang patut dijadikan suri-teladan bagi semua pihak serta layak disebut ( dijadikan ) pemimpin.
Ajaran Sunda berlandas kepada sifat bijak-bajik Matahari yang menerangi dan membagikan cahaya terhadap segala mahluk di penjuru Bumi tanpa pilih kasih dan tanpa membeda-bedakan. Matahari telah menjadi sumber utama yang mengawali kehidupan penuh suka cita, dan tanpa Matahari segalanya hanyalah kegelapan. Oleh sebab itulah para penganut ajaran Sunda berkiblat kepada Matahari ( Sang Hyang Tunggal ) sebagai simbol ketunggalan dan kemanunggalan yang ada di langit.
( Disini adalah benang merah yang kurang cocok dengan Ajaran Islam dimana kepercayaan Sunda berkesan menyembah Matahari ). Mungkin karena itu Allah menurunkan Rasul Rasul Nya setelah adanya Kepercayaan Sunda.
Sundayana menyebar ke seluruh dunia, terutama di wilayah Asia, Eropa, Amerika dan Afrika, sedangkan di Australia tidak terlalu menampak. Oleh masyarakat Barat melalui masing-masing kecerdasan kode berbahasa mereka ajaran Matahari ini diabadikan dalam sebutan SUNDAY ( hari Matahari ), berasal dari kata “Sundayana” dan bangsa Indonesia lebih mengenal Sunday itu sebagai hari Minggu.
Di wilayah Amerika kebudayaan suku Indian, Maya dan Aztec pun tidak terlepas dari pemujaan kepada Matahari, demikian pula di wilayah Afrika dan Asia, singkatnya hampir seluruh bangsa di dunia mengikuti ajaran leluhur bangsa Galuh Agung ( Nusantara ) yang berlandaskan kepada tata-perilaku berbudhi dengan rasa “welas-asih” ( cinta-kasih ).
Oleh bangsa Barat ( Eropa dan Amerika ) istilah Sundayana ‘diubah’ menjadi Sunday ( hari matahari ) sedangkan di Nusantara dikenal dengan sebutan “Surya” yang berasal dari tiga suku kata yaitu Su-Ra-Yana, bangsa Nusantara memperingatinya dalam upacara “Sura” ( Suro ) yang intinya bertujuan untuk mengungkapkan rasa menerima-kasih serta ungkapan rasa syukur atas “kesuburan” negara yang telah memberikan kehidupan dalam segala bentuk yang menghidupkan baik berupa makanan, udara, air, api ( kehangatan ), tanah.
Pengertian Surayana pada hakikatnya sama saja dengan Sundayana sebab mengandung maksud dan makna yang sama.
- SU = Sejati
- RA = Sinar/ Maha Cahaya/ Matahari
- YANA = way of life/ ajaran/ ageman/ agama
Maka arti “Surayana” adalah sama dengan “Kepercayaan Matahari yang Sejati” dan dikemudian hari bangsa Indonesia mengenal dan mengabadikannya dengan sebutan “Sang Surya” untuk mengganti istilah “Matahari”.
5000 tahun sebelum penanggalan Masehi di Asia dalam sejarah peradaban bangsa Mesir kuno menerangkan ( menggambarkan ) tentang keberadaan ajaran Matahari dari bangsa Galuh, mereka menyebutnya sebagai “RA” yang artinya adalah Sinar/ Astra/ Matahari/ Sunda.
“RA” digambarkan dalam bentuk “mata” dan diposisikan sebagai “Penguasa Tertinggi” dari seluruh ‘dewa-dewa’ bangsa Mesir kuno yang lainnya, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bangsa Mesir kuno-pun menganut dan mengakui Sundayana ( Kepercayaan Matahari ) yang dibawa dan diajarkan oleh leluhur bangsa Galuh.
Disisi lain bangsa Indonesia saat ini mengenal bentuk dan istilah “mata” ( eye ) yang mirip dengan gambaran “AMON-RA” bangsa Mesir kuno, sebutan “amon” mengingatkan kita kepada istilah “panon” yang berarti “mata” yang terdapat pada kata “Sang Hyang Manon” yaitu penamaan lain bagi Matahari di masyarakat Jawa Barat jaman dahulu ( *apakah kata Amon dan Manon memiliki makna yang sama ? )
Selain di Asia ( Mesir ) bangsa Indian di Amerika-pun sangat memuja Matahari ( sebagai simbol leluhur, dan mereka menyebut dirinya sebagai bangsa “kulit merah” ) bahkan masyarakat Inca, Aztec dan Maya di daerah Amerika latin membangun kuil pemujaan yang khusus ditujukan bagi Matahari, hingga mereka menggunakan pola penghitungan waktu yang berlandas pada peredaran Matahari, mirip dengan di Nusantara ( pola penanggalan Saka = Pilar Utama = Inti / Pusat Peredaran = Matahari ).
Masyarakat suku Inca di Peru ( Amerika Latin ) membangun tempat pemujaan kepada Matahari di puncak bukit yang disebut Machu Picchu. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa secara umum konsep “meninggikan dengan pondasi yang kokoh” dalam kaitannya dengan “keagungan“ ( tinggi, luhur, puncak, maha ) merupakan landas berpikir yang utama kepercayaan Sunda.
Secara filosofis, pola bentuk ‘bangunan’ menuju puncak meruncing ( gunungan ) itu merupakan perlambangan para Hyang yang ditinggikan atau diluhurkan, hal inipun merupakan silib-siloka tentang perjalanan manusia dari “ada” menuju “tiada” ( langit ), dari jelma menjadi manusia utama hingga kelak menuju puncak kualitas manusia adiluhung ( maha agung ).
Demikian pula yang dilakukan oleh suku Maya di Mexico pada jaman dahulu, mereka secara khusus membangun tempat pemujaan ( kuil/pura ) kepada Matahari ( Sang Hyang Tunggal ).
Pada jaman dahulu hampir seluruh bangsa di benua Amerika ( penduduk asli ) memuja kepada Matahari, dan hebatnya hampir semua bangsa menunjukan hasil kebudayaan yang tinggi. Kemajuan peradaban dalam bidang arsitektur, cara berpakaian, sistem komunikasi ( baik bentuk lisan, tulisan, gaya bahasa, serta gambar ), adab upacara, dll. Kemajuan dalam bidang pertanian dan peternakan tentu saja yang menjadi yang paling utama, sebab hal tersebut menunjukan kemakmuran masyarakat, artinya mereka dapat hidup sejahtera tentram dan damai dalam kebersamaan hingga kelak mampu melahirkan keindahan dan keagungan dalam berkehidupan ( berbudaya ).
Sekitar abad ke XV kebudayaan agung bangsa Amerika latin mengalami keruntuhan setelah datangnya para missionaris Barat yang membawa misi Gold, Glory dan Gospel. Tujuan utamanya tentu saja Gold (emas/ kekayaan) dan Glory (kejayaan/ kemenangan) sedangkan Gospel (agama) hanya dijadikan sebagai kedok politik agar seolah-olah mereka bertujuan untuk “memberadabkan” sebuah bangsa.
Propaganda yang mereka beritakan tentang perilaku biadab kepercayaan Matahari dan kelak dipercaya oleh masyarakat dunia adalah bahwa, “suku terasing penyembah matahari itu pemakan manusia”, hal ini mirip dengan yang terjadi di Sumatra Utara serta wilayah lainnya di Indonesia. Dibalik propaganda tersebut maksud sesungguhnya kedatangan para ‘penyebar agama’ itu adalah perampokan kekayaan alam dan perluasan wilayah jajahan ( imperialisme ), sebab mustahil bangsa yang sudah “beragama” harus ‘diagamakan’ kembali dengan ajaran yang tidak berlandas kepada nilai-nilai kebijakan dan kearifan lokalnya.
Dalam pandangan penganut kepercayaan Sunda ( bangsa Galuh ) yang dimaksud dengan “peradaban sebuah bangsa ( negara )” tidak diukur berdasarkan nilai-nilai material yang semu dan dibuat-buat oleh manusia seperti bangunan megah, emas serta batu permata dan lain sebagainya, melainkan terciptanya keselarasan hidup bersama alam ( keabadian ).
Prinsip tersebut tentu saja sangat bertolak-belakang dengan negara-negara lain yang kualitas geografisnya tidak sebaik milik bangsa beriklim tropis seperti di Nusantara dan negara tropis lainnya. Leluhur Galuh mengajarkan tentang prinsip kejayaan dan kekayaan sebuah negara sebagai berikut :
“Gunung kudu pageuh, leuweung kudu hejo, walungan kudu herang, taneuh kudu subur, maka bagja rahayu sakabeh rahayatna”
(Gunung harus kokoh, hutan harus hijau, sungai harus jernih, tanah harus subur, maka tentram damai sentausa semua rakyatnya)
“Gunung teu meunang dirempag, leuweung teu meunang dirusak”
(Gunung tidak boleh dihancurkan, hutan tidak boleh dirusak)
Kuil ( tempat peribadatan ) pemujaan Matahari hampir seluruhnya dibangun berdasarkan pola bentuk “gunungan” dengan landasan segi empat yang memuncak menuju satu titik. Boleh jadi hal tersebut berkaitan erat dengan salah satu pokok ajaran Sunda dalam mencapai puncak kualitas bangsa ( negara ) seperti Matahari yang bersinar terang, atau sering disebut sebagai “Opat Ka Lima Pancer” yaitu, empat unsur inti alam ( Api, Udara, Air, Tanah ) yang memancar menjadi “gunung” sebagai sumber kehidupan mahluk.
Menilik bentuk-bentuk simbolik serta orientasi pemujaannya maka dapat dipastikan bahwa piramida di wilayah Mesir-pun sesungguhnya merupakan kuil Matahari ( Sundapura ). Walaupun sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa piramid itu adalah kuburan para raja namun perlu dipahami bahwa raja-raja Mesir kuno dipercaya sebagai Keturunan Matahari/ Utusan Matahari/ Titisan Matahari/ ataupun Putra Matahari, dengan demikian mereka setara dengan “Putra Sunda” ( Utusan Sang Hyang Tunggal ).
Untuk sementara istilah “Putra Sunda” bagi para raja Mesir kuno dan yang lainnya tentu masih terdengar janggal dan aneh sebab selama ini sebutan “Sunda” selalu dianggap sebagai suku, ras maupun wilayah kecil yang ada di pulo Jawa bagian barat saja, istilah “Sunda” seolah tidak pernah terpahami oleh bangsa Indonesia pun oleh masyarakat Jawa Barat sendiri.
Tidak diketahui waktunya secara tepat, Sang Narayana Galuh Hyang Agung ( Galunggung ) mengembangkan dan mengokohkan ajaran Sunda di Jepang, dengan demikian RA atau Matahari begitu kental dengan kehidupan masyarakat Jepang, mereka membangun tempat pemujaan bagi Matahari yang disebut sebagai Kuil Nara ( Na-Ra / Api-Matahari ) dan masyarakat Jepang dikenal sebagai pemuja Dewi Amate-Ra-Su Omikami yang digambarkan sebagai wanita bersinar ( Astra / Aster / Astro / Astral / Austra ).
( Huehueuhe disambung sambung Australia -> Austra Mulia ) ????
Tidak hanya itu, penguasa tertinggi “Kaisar Jepang” pun dipercaya sebagai titisan Matahari atau Putra Matahari ( Tenno ) dengan kata lain para kaisar Jepang-pun bisa disebut sebagai “Putra Sunda” ( Anak/ Utusan/ Titisan Matahari ) dan hingga saat ini mereka mempergunakan Matahari sebagai lambang kebangsaan dan kenegaraan yang dihormati oleh masyarakat dunia.
Dikemudian hari Jepang dikenal sebagai negeri “Matahari Terbit” hal ini disebabkan karena Jepang mengikuti jejak ajaran leluhur bangsa Nusantara, hingga pada tahun 1945 ketika pasukan Jepang masuk ke Indonesia dengan misi “Cahaya Asia” mereka menyebut Indonesia sebagai “Saudara Tua” untuk kedok politiknya.
Secara mendasar ajaran para leluhur bangsa Galuh dapat diterima di seluruh bangsa ( negara ) karena mengandung tiga pokok ajaran yang bersifat universal ( logis dan realistis ), tanpa tekanan dan paksaan yaitu :
Pembentukan nilai-nilai pribadi manusia (seseorang) sebagai landasan pokok pembangunan kualitas keberadaban sebuah bangsa ( masyarakat ) yang didasari oleh nilai-nilai welas-asih ( cinta-kasih ).
Pembangunan kualitas sebuah bangsa menuju kehidupan bernegara yang adil-makmur-sejahtera dan beradab melalui segala sumber daya bumi ( alam / lingkungan ) di wilayah masing-masing yang dikelola secara bijaksana sesuai dengan kebutuhan hidup sehari-hari.
Pemeliharaan kualitas alam secara selaras yang kelak menjadi pokok kekayaan atau sumber daya utama bagi kehidupan yang akan datang pada sebuah bangsa, dan kelak berlangsung dari generasi ke generasi ( berkelanjutan ).
Demikian ajaran Sunda ( Sundayana / Surayana / Agama Matahari ) menyebar ke seluruh penjuru Bumi dibawa oleh para Guru Hyang memberikan warna dalam peradaban masyarakat dunia yang diserap dan diungkapkan ( diterjemahkan ) melalui berbagai bentuk tanda berdasarkan pola kecerdasan masing-masing bangsanya.
Ajaran Sunda menyesuaikan diri dengan letak geografis dan watak masyarakatnya secara selaras ( harmonis ) maka itu sebabnya bentuk bangunan suci ( tempat pemujaan ) tidak menunjukan kesamaan disetiap negara, tergantung kepada potensi alamnya. Namun demikian pola dasar bangunan dan filosofinya memiliki kandungan makna yang sama, merujuk kepada bentuk gunungan.
Di Indonesia sendiri simbol “RA” (Matahari/ Sunda) sebagai ‘penguasa’ tertinggi pada jaman dahulu secara nyata teraplikasikan pada berbagai sisi kehidupan dalam berbangsa dan bernegara. Hal itu diungkapkan dalam bentuk ( rupa ) serta penamaan yang berkaitan dengan istilah “RA” ( Matahari ) sebagai sesuatu yang sifat agung maupun baik, seperti :
Konsep wilayah disebut “ Naga-Ra / Nega-Ra ”
Lambang negara disebut “ Bende-Ra ”
Maharaja Nusantara bergelar “ Ra-Hyang ”
Keluarga Kerajaan bergelar “ Ra-Keyan dan Ra-Ha-Dian ( Raden ) ”.
Konsep ketata-negaraan disebut “ Ra-si, Ra-tu, Ra-ma ”
Penduduknya disebut “ Ra-Hayat ” (rakyat).
Nama wilayah disebut “ Dirganta-Ra, Swarganta-Ra, Dwipanta-Ra, Nusanta-Ra, Indonesia (?) ”
dan masih banyak lagi, silahkan riset sendiri ya :)
Kemaharajaan ( Keratuan / Keraton ) Nusantara yang terakhir, “Majapahit” kependekan dari Maharaja-Pura-Hita ( Tempat Suci Maharaja yang Makmur-Sejahtera ) dikenal sebagai pusat pemerintahan “Naga-Ra” yang terletak di Kediri - Jawa Timur sekitar abad XIII ( 13 ) masih mempergunakan bentuk lambang Matahari, sedangkan dalam panji-panji kenegaraan lainnya mereka mempergunakan warna “merah dan putih” ( Purwa-Daksina ) yang serupa dengan pataka (‘bendera’) Indonesia saat ini.
Tidak terlepas dari keberadaan ajaran Sunda ( Matahari ) dimasa lalu yang kini masih melekat diberbagai bangsa sebagai lambang kenegaraan ataupun hal-hal lainnya yang telah ber-ubah menjadi legenda dan mitos, tampaknya bukti terkuat tentang cikal-bakal ( awal ) keberadaan ajaran Matahari atau kepercayaan “Sunda” itu masih tersisa dengan langgeng di Bumi Nusantara yang kini telah beralih nama menjadi Indonesia.
Di Jawa Kulon ( Barat ) sebagai wilayah suci tertua ( Mandala Hyang ) tempat bersemayamnya Leluhur Bangsa Matahari ( Pa-Ra-Hyang ) dikenal dengan kata Parahyangan hingga saat ini masih menyisakan penandanya sebagai pusat ajaran Sunda ( Matahari ), yaitu dengan ditetapkannya kata “Tji” ( Ci ) yang artinya CAHAYA di berbagai wilayah seperti Ci Beureum ( Cahaya Merah ), Ci Hideung ( Cahaya Hitam ), Ci Bodas ( Cahaya Putih ), Ci Mandiri ( Cahaya Mandiri ), dan lain sebagainya.
Namun sayang banyak ilmuwan Nusantara khususnya dari Jawa Barat malah menyatakan bahwa “Ci” adalah “cai” yang diartikan sebagai “air”, padahal jelas-jelas untuk benda cair itu masyarakat Jawa Barat jaman dulu secara khusus menyebutnya sebagai “Banyu” dan sebagian lagi menyebutnya sebagai “Tirta”
(*belum diketahui perbedaan diantara keduanya). Mari kita riset bersama... sejarah itu emang perlu diketahui biar ga ilang kepada keturunan keturunan kita kelak.
Sebutan “Ci” yang kelak diartikan sebagai “air” ( cai / nyai ) sesungguhnya berarti “cahaya / kemilau” yang terpantul di permukaan banyu ( tirta ) akibat pancaran “sinar” ( kemilau ). Masalah “penamaan / sebutan” seperti ini oleh banyak orang sering dianggap sepele, namun secara prinsip berdampak besar terhadap “penghapusan” jejak perjalanan sejarah para leluhur bangsa Galuh Agung pendiri kepercayaan Sunda ( Matahari ). Nah ini dia salah satu case yang dinamakan Distorsi SEJARAH.
Percaya Atau tidak.. ini artikel hanyalah penapsiran sepihak, selebihnya tergantung si pembaca, ingin tidak nya mempelajari arti pengetahuan dari sejarah.
Artikel ini semata mata tidak untuk mengajak kita mempercayai dan menyembah matahari. Simple logic, kepercayaan ini sudah di revisi melalui Utusan Allah Swt dengan baragam pesan pesan wahyu yang turun ke Dunia melalui Rasul Rasul Nya.
Maka dari itu apakah kita masih berpaling dari sebuah kebenaran dengan adanya distorsi sejarah kepercayaan / Religi umat manusia di dunia ???
Saya yakin dan mutlak, Agama yang terakhir diturunkan oleh Sang Khaliq adalah agama Islam, yang dalam Kitab nya ( Al-Quran ) Allah berjanji untuk melindungi / memelihara Ayat ayat Al-Quran tanpa adanya distorsi sejarah. ( QS:15:9 )
Dari sini mengapa harus 9 -> ini adalah sebuah angka bilangan terakhir bukan ? .. coba artikulasi 15 = 6, dibalik 9 juga,..
Alam semesta diciptakan dalam 6 masa, biar pembaca buka qur'an coba liat deh yah, sengaja saya tidak tulis surat nya di sini, daripada baca blog ini yang belum tentu 100% benar, okey lumayan ada usaha ibadah yah :
- QS : 25:59 ( Al Furqaan )
- QS : 7:54 ( Al A'raff ) tempat yang tinggi bisakah artikulasi 7 langit ??
- QS : 32:4 ( As Sajdah )
- QS : 50:38 ( Qaaf )
lalu saya bilang YES masuk akal kan ?!
- Al Hijr Ayat 9 -
innaa nahnu nazzalnaa aldzdzikra wa-innaa lahu lahaafizhuuna
Artinya :
9. Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya
--
Surah Al-Hijr (bahasa Arab: ﺍﻟﺤﺠﺮ, al-Hijr, "Al-Hijr") adalah surah ke-15 dalam al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 99 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah. Al-Hijr adalah nama sebuah daerah pegunungan yang didiami oleh kaum Tsamud pada zaman dahulu yang terletak di pinggir jalan antara Madinah dan Syam ( Syria ). Nama surah ini diambil dari nama daerah pegunungan itu, berhubung nasib penduduknya yaitu kaum Tsamud diceritakan pada ayat 80 sampai dengan 84, mereka telah dimusnahkan Allah, karena mendustakan Nabi Shaleh dan berpaling dari ayat-ayat Allah. Dalam surah ini terdapat juga kisah-kisah kaum yang lain yang telah dibinasakan oleh Allah seperti kaum Luth dan kaum Syu'aib . Surah ini juga mengandung pesan bahwa orang-orang yang menentang ajaran rasul-rasul akan mengalami kehancuran.
Nah sepertinya pembaca yang pemikirannya belum sampai akan mengkritik bahkan menghujat pemikiran saya ini, dari SUNDA malah NYAMBUNG ke AGAMA katanya, mungkin ini akan menjadi sensitif konten, Bagi pembaca yang masih mempunyai hati yang sehat dan open minded , pasti bisa menghormati hasil pemikiran orang lain, dengan kritikan yang membangun dan sama sama memberi masukan yang sehat.
Untuk banyak pembaca yang menanyakan sumber sumber nya nanti saya coba cantumkan yah, saya belum sempat input link sumber sumbernya, jika Anda penasaran coba Google aja yah terutama dari wikipedia,
WassaLLam,

Rabu, 12 April 2017

Primbon Sunda Kedutan

Primbon Sunda Kedutan
1. Kedutan dina Sirah = Meunang kahade'an
2. Kedutan dina embun-embunan = meunang pangkat
3. Kedutan dina tarang = Meunang kahormatan
4. Kedutan dina halis katuhu = nampa duit
5. Kedutan dina halis ke'nca = Meunang kabungah
6. Kedutan dina biwir panon katuhu = bakal ceurik
7. Kedutan dina biwir panon kenca = meunang kabungahan
8. Kedutan dina ceuli katuhu = aya beja hade'
9. Kedutan dina ceuli kenca = meunang kabungahan
10. Kedutan dina pipi katuhu = bakal gering
11. Kedutan dina pipi kenca = meunang kasusahan
12. Kedutan dina biwir luhur = bakal pase'a
13. Kedutan dina biwir handap = bakal ngomong
14. Kedutan dina gado = meunang kahadean
15. Kedutan dina letah = bakal cilaka
16. Kedutan dina beheung = meunang kahadean
17. Kedutan dina taktak katuhu = meunang duit
18. Kedutan dina taktak kenca = aya nu nga'hina
19. Kedutan dina siku katuhu = boga duit
20. Kedutan dina siku kenca = aya nu asih
21. Kedutan dina puhu kengeun katuhu = papanggih jeung baraya
22. Kedutan dina puhu lengeun kenca = kagadean
23. Kedutan dina dampal lengeun katuhu = meunang barang
24. Kedutan dina dampal lengeun kenca = miceun (ngaluarkeun duit)
25. Kedutan dina irung beulah kenca = nampa surat
26. Kedutan dina irung beulah katuhu = meunang teugeunah
27. Kedutan dina dada katuhu = papanggih jeung baraya
28. Kedutan dina dada kenca = meunang kabungahan
29. Kedutan dina susu katuhu = rek boga milik
30. Kedutan dina susu kenca = meunang milik
31. Kedutan dina beteung = Bakal meunang kabungahan
32. Kedutan dina tonggong = bagja
33. Kedutan dina cangkeng katuhu = meunang milik
34. Kedutan dina cankeng kenca = susah
35. Kedutan dina walikat katuhu = teugeunah
36. Kedutan dina walikat kenca = terkabul pamaksudan
37. Kedutan dina bujal = bakal meunang milik
38. Kedutan dina pingping katuhu = papanggih jeung sobat
39. Kedutan dina pingping kenca = kahadean
40. Kedutan dina tu'ur katuhu = cilaka
41. Kedutan dina tu'ur kenca = bungah
42. Kedutan dina bitis katuhu = halangan
43. Kedutan dina bitis kenca = untung
44. Kedutan dina dampal suku katuhu = indit jauh
45. Kedutan dina dampal suku kenca = susah
46. Kedutan dina ugel-ugel suku katuhu = cilaka
47. Kedutan dina ugel-ugel suku kenca = kahadean
48. Kedutan dina tonggong suku katuhu = kahadean
49. Kedutan dina tonggong suku kenca = gering
50. Kedutan dina keuneung katuhu = meunang bagja
51. Kedutan dina keuneung katuhu = papanggih jeung baraya

WEDAL UNTUK PERNIKAHAN

WEDAL UNTUK PERNIKAHAN
Menurut kepercayaan Jawa, arti dari suatu peristiwa (dan karakter dari seseorang yang lahir dalam hari tertentu) dapat ditentukan dengan menelaah saat terjadinya peristiwa tersebut menurut berbagai macam perputaran kalender tradisional. Salah satu penggunaan yang umum dari metode ramalan ini dapat ditemukan dalam sistem hari kelahiran Jawa yang disebut wetonan.
Weton anda merupakan gabungan dari tujuh hari dalam seminggu (Senin, Selasa, dll.) dengan lima hari pasaran Jawa (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon). Perputaran ini berulang setiap 35 (7 x 5) hari, sehingga menurut perhitungan Jawa hari kelahiran anda berulang setiap lima minggu dimulai dari hari kelahiran anda.
Berdasarkan weton tersebut watak/karakter seseorang dapat dibaca, begitupun juga dengan
watak/karakter perkawinan, 2 orang yang berjodoh, membawa weton masing-masing.Berdasarkan kepercayaan orang Jawa, watak/karakter perorang yang menjadi satu dalam perkawinan juga dapat diketahui kemana arah perkawinan tersebut.
Ada 3 macam yang harus dilihat sebelum menikah berdasarkan weton;
1. Berdasarkan hari kelahiran
2. Berdasarkan Jumlah weton dibagi 9 ada sisa berapa
3. Berdasarkan waktu resepsi perkawinan
dan ada juga watak seseorang berdasarkan hari kelahiran
1. Berdasarkan hari kelahiran
Perkawinan dilihat dari Weton berdasarkan Hari Kelahiran
MINGGU KETEMU MINGGU : SERING SAKIT
MINGGU KETEMU SENEN : KAYA DENGAN PENYAKIT
MINGGU KETEMU SELASA : MELARAT/MISKIN
MINGGU KETEMU RABU : TENTREM
MINGGU KETEMU KAMIS : SERING BERTENGKAR
MINGGU KETEMU JUMAT : TENTREM
MINGGU KETEMU SABTU : MELARAT/MISKIN
SENEN KETEMU SENEN : OLO, SUSAH
SENEN KETEMU SELASA : AYEM/TENTREM/BAHAGIA
SENEN KETEMU RABU : BANYAK ANAK,ANAKNYA CEWEK
SENEN KETEMU KAMIS : SERING BIKIN MALU ORANG
SENEN KETEMU JUMAT : BAIK/BAGUS
SENEN KETEMU SABTU : BERKAH
SELASA KETEMU SELASA : OLO, SUSAH
SELASA KETEMU RABU : KAYA
SELASA KETEMU KAMIS : KAYA
SELASA KETEMU JUMAT : CERAI
SELASA KETEMU SABTU : SERING BERTENGKAR
RABU KETEMU RABU : OLO, SUSAH
RABU KETEMU KAMIS : AYEM/TENTREM/BAHAGIA
RABU KETEMU JUMAT : TENTREM
RABU KETEMU SABTU : BAIK/BAGUS
KAMIS KETEMU KAMIS : TENTREM
KAMIS KETEMU JUMAT : AYEM AYEM/TENTREM/BAHAGIA
KAMIS KETEMU SABTU : CERAI
JUMAT KETEMU JUMAT : MELARAT
JUMAT KETEMU SABTU : CELAKA
SABTU KETEMU SABTU : BAYAK SUSAHNYA
2.Berdasarkan Jumlah weton dibagi 9 ada sisa berapa
1 KETEMU 1 : BAGUS PENGASIHNYA
1 KETEMU 2 : BAGUS /BAIK
1 KETEMU 3 : KUAT, JAUH REJEKINYA
1 KETEMU 4 : AKEH BELAHINE
1 KETEMU 5 : SERING BERTENGKAR, CERAI
1 KETEMU 6 : JAUH DARI REJEKI SANDANG PANGAN
1 KETEMU 7 : BANYAK MUSUH
1 KETEMU 8 : KESURANG – SURANG
1 KETEMU 9 : DADI PANGAUBAN
2 KETEMU 2 : SELAMAT, BANYAK REJEKI
2 KETEMU 3 : MATI SALAH SATU
2 KETEMU4 : BANYAK GODAAN
2 KETEMU 5 : AKEH BELAINE
2 KETEMU 6 : CEPAT KAYA
2 KETEMU 7 : ANAKNYA BANAYAK YANG MATI
2 KETEMU 8 : REJEKINYA SEDIKIT
2 KETEMU 9 : BANYAK REJEKINYA
3 KETEMU 3 : MISKIN
3 KETEMU 4 : AKEH BELAINE
3 KETEMU 5 : CEPAT CERAI
3 KETEMU 6 : DAPAT ANUGRAH
3 KETEMU 7 : AKEH BELAINE
3 KETEMU 8 : SALAH SATU CEPAT MENINGGAL
3 KETEMU 9 : MUDAH MENDAPAT REJEKI
4 KETEMU 4 : SERING SAKIT
4 KETEMU 5 : BANYAK RENCANA
4 KETEMU 6 : BANYAK REJEKINYA
4 KETEMU 7 : MELARAT/MISKIN
4 KETEMU 8 : BANYAK HALANGANNYA
4 KETEMU 9: SALAH SATU KALAH
5 KETEMU 5 : LANCAR/MUDAH MENCARI REJEKI
5 KETEMU 6 : REJEKINYA SEDIKIT/SUSAH
5 KETEMU 7 : MUDAH SANDANG PANGANE
5 KETEMU 8 : BANYAK GODAAN
5 KETEMU 9 : REJEKINYA SEDIKIT/SUSAH
6 KETEMU 6 : GEDHE BELAINE
6 KETEMU 7 : RUKUN
6 KETEMU 8 : BANYAK MUSUH
6 KETEMU 9 : KESURAN SURANG
7 KETEMU 7 : TIDAK ADA YANG MAU MENGALAH
7 KETEMU 8 : BELAINE SOKO AWAK’E
7 KETEMU 9 : TULUS POLO KRAMANE
8 KETEMU 8 : KASIHAN TERHADAP SEMUA ORANG
8 KETEMU 9 : AKEH BELAINE
9 KETEMU 9 : MUDAH MENCARI REJEKI
3.Bagus tidaknya Tanggal-Bulan buat Ijab Pengantin
7 SURO : TUKAR PADU, NEMU KERUSAKAN, OJO DI TERAK
*SERING BERTENGKAR,BANYAK KERUSAKAN, JANGAN DILAKSANAKAN*
2 SAPAR : KEKURANGAN, SUGIH UTANG, KENO DI TERAK
*SERBA KURANG,BANYAK HUTANG,BISA DILAKSANAKAN*
3 MULUD : MATI SALAH SIJI
*MENINGGAL SALAH SATUNYA*
5 BAGDO MULUD : DADI OMONGAN, NEMU UJAR SOLO
*MENJADI PERBINCANGAN*
6 JUMADIL AWAL : KEREP KEKETEMUGAN, SUGIH SATRU, KENO DI TERAK
*BANYAK MUSUH,BISA DILAKSANAKAN*
1 JUMADIL AKHIR : SUGIH MAS SELOKO
*KAYA*
2 REJEB : SUGIH ANAK KETEMU SLAMET
*BANYAK ANAK AKHIRNYA SELAMAT*
4 RUWAH : RAHAYU ING SAKABEHE
*TENTRAM SEMUANYA/BAHAGIA SEMUA*
5 POSO : CILOKO GEDHE
*BANYAK CELAKANYA*
7 SAWAL : KEKURANGAN, SUGIH UTANG, KENO DI TERAK
*SERBA KURANG, BAYAK HUTANG,BISA DILAKSANAKAN*
1 SELO : GERING, KEREP PASULAYAN KETEMU MITRO, OJO*
3 BESAR : SUGIH, NEMU SENENG LAHIR BATIN
*KAYA,SENANG LAHIR BATIN*
WATAK/SIFAT BERDASARKAN HARI KELAHIRAN
01. SELASA KLIWON 3 , 8 : BAIK, PINTER
02. RABU LEGI 7 , 5 : CEROBOH, SEMBRONO
03. KAMIS PAHING 8 , 9 : TUJUANNYA TERCAPAI
04. JUMAT PON 6 , 7 : REJEKINYA MUDAH
05. SABTU WAGE 9 , 4 : BESARREJEKI, BOROS
06. MINGGU KLIWON 5 , 8 : SUSAH HATI
07. SENEN LEGI 4 , 5 : PINTER MENCARI BUTUH
08. SELASA PAHING 3 , 9 : PINTER MERINCI
09. RABU PON 7 , 7 : MENJADI PELINDUNG
10. KAMIS WAGE 8 , 4 : KAKU, BESAR EMOSI
11. JUMAT KLIWON 6 , 8 : DAPAT DIPERCAYA
12. SABTU LEGI 9 , 5 : SERING KEKETEMUGAN
13. MINGGU PAHING 5 , 9 : MENEMUKAN REJEKI
14. SENEN PON 4 , 7 : RAJIN, PINTER
15. SELASA WAGE 3 , 4 : HEMAT, SABAR
16. RABU KLIWON 7 , 8 : KANUGRAHAN, SLAMET
17. KAMIS LEGI 8 , 5 : SUSAH DIATUR
18. JUMAT PAHING 6 , 9 : RAME, AJANG
19. SABTU PON 9 , 7 : PINTER, TIDAK BISA NYIMPAN
20. MINGGU WAGE 5 , 4 : OMONGANNYA MENYAKITKAN
21. SENEN KLIWON 4 , 8 : TIDAK PUNYA SAKIT HATI
22. SELASA LEGI 3 , 5 : PINTER MENYIMPAN
23. RABU PAHING 7 , 9 : SUGIH NANGING ELA – ELU
24. KAMIS PON 8 , 7 : SUGIH, MUSUH
25. JUMAT WAGE 6 , 4 : GEDHE PIKIRE (BANYAK ANGAN-ANGAN)
26. SABTU KLIWON 9 , 8 : BISA JADI PENGHULU
27. MINGGU LEGI 5 , 5 : TENANG, TIDAK MAU BERUSAHA
28. SENEN PAHING 4 , 9 : BANYAK AKAL, REJEKI MUDAH
29. SELASA PON 3 , 7 : PENDIAM (PINTER NYIMPAN RAHASIA)
30. RABU WAGE 7 , 4 : BANYAK MAUNYA, TIDAK TERCAPAI
31. KAMIS KLIWON 8 , 8 : CEREWET
32. JUMAT LEGI 6 , 5 : GEDHE SAWERANE, ORA KUAT NGGOWO SISIK
33. SABTU PAHING 9 , 9 : PENUNGGUL, PUNYA KEKUATAN
34. SABTU PON 5 , 7 : PINTER MASAK
35. SENEN WAGE 4 , 4 : SENANG BOHONG TAPI DISUKAI ORANG
36. SELASA KLIWON 3 , 8 : ANGGORO KASIH

primbon sunda


Primbon berasal dari kata dalam bahasa Jawa, yaitu bon ( mbon atau
mpon) yang berarti induk. Kemudian kata tersebut mendapat awalan pri atau peri yang berfungsi meluaskan kata dasar.Jadi, primbon dapat diartikan sebagai induk dari kumpulan-kumpulan catatan.Catatan-catatan yang memuat pengetahuan penting itu lalu dikumpulkan menjadi sebuah buku primbon sehingga catatan itu sampai sekarang bisa dipelajari dengan mudah.
Banyak hal yang dapat diramalkan melalui primbon sunda, mulai dari watak, rezeki, mimpi, ilmu pengobatan, jodoh, bahkan ramalan mengenai lama hidup seseorang bisa diprediksi dengan perhitungan yang berpedoman pada aturan buku primbon tersebut.
Dewasa ini, kita harus mampu membedakan hal-hal yang bersifat ramalan dengan hal-hal yang bersifat realistis karena tidak sepenuhnya ramalan sesuai dengan fakta yang ada. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa mempelajari primbon sunda akan mendatangkan manfaat bagi siapa saja yang mempelajarinya.
Seperti telah disebutkan diatas bahwa primbon sunda dapat meramalkan jodoh seseorang.Hal tersebut pun saya kaji karena primbon sunda dapat dipelajari secara rasional sesuai dengan ilmu pengetahuan yang ada, yakni ilmu matematika.
Ramalan jodoh pasangan ditentukan berdasarkan hari lahir dan namanya.Namun, untuk megetahuinya diperlukan beberapa kode perhitungan.
A. Kode babasan
Kode babasan merupakan kode yang nomor urutnya sangat berpengaruh. Kode ini digunakan setelah hasil perhitungan dibagi 7 dan sisanya dicocokan dengan no urut pada kode ini, sehingga akan diketahui baik buruknya pasangan tersebut apabila bersama.
1. Pisang punggel = kurang baik
2. Lumbung gumilang = kurang baik
3. Tunggak kasemi = kurang baik
4. Satria lalaku = baik
5. Sangga waringin = baik
6. Paparingan kebek = baik
7. Ratu sabdaning pandita = baik
B. Kode huruf
Kode huruf merupakan kode dimana setiap huruf memiliki pasangan angkanya masing-masing.Adapun pasangan-pasangan tersebut telah diatur dan disusun dalam aturan aksara jawa yang tidak dapat diatur atau dirubah kembali.Berikut merupakan pasangan-pasangan angka sesuai aturan aksara jawa.
Ha = 1
Na = 2
Ca = 3
Ra = 4
Ka = 5
Da = 6
Ta = 7
Sa = 8
Wa = 9
La = 10
Pa = 11
Dha = 12
Ja = 13
Ya = 14
Nya =15
Ma = 16
Ga = 17
Ba = 18
Tha = 19
Nga = 20
Adapun kode huruf tersebut diambil dari aksara jawa yang dapat dilihat sesuai gambar dibawah ini.
Gambar 2. Aksara Jawa
“Namun, untuk huruf vocal, karena tidak terdapat dalam aksara jawa tersebut, maka untuk semua huruf vocal ( A, I, U, E, O) mempunyai nilai 0 dan untuk huruf konsonan yang tidak terdapat dalam aksara jawa yaitu huruf F, Q, V, X dan Z
maka nilainya sama seperti dengan huruf yang ada dalam aksara jawa tersebut yang mempunyai bunyi pengucapan yang mirip”, tutur Bapak Yanto, seorang ahli primbon.
Seperti huruf F dan V mempunyai bunyi pengucapan yang sama dengan huruf P (Pa) yang artinya bahwa nilai dari F dan V sama dengan P yaitu 11. Begitupun dengan huruf yang lainnya. Huruf Z sama dengan huruf J. huruf Q dan X sama dengan huruf K.
C. Kode hari
Kode hari merupakan kode dimana setiap hari kelahiran mempunyai pasangan angka masing-masing.
1. Minggu = 5
2. Senin = 4
3. Selasa = 3
4. Rabu = 7
5. Kamis = 8
6. Jumat = 6
7. Sabtu = 9
D. Cara perhitungan
1. Hitung nama laki-laki berdasarkan kode huruf
2. Hitung nama perempuan berdasarkan kode huruf
3. Jumlahkan hasil dari poin satu dan dua kemudian bagi 7 dan ambil sisanya. Cocokan dengan no urut pada kode babasan dan apabila tidak bersisa atau sisanya 0, cocokan dengan no urut 7
4. Jumlahkan hari lahir perempuan dan laki-laki berdasarkan kode hari
5. Jumlahkan poin tiga dan empat kemudian bagi 7 dan ambil sisanya kemudian cocokan dengan kode babasan
6. Hitung tempat tinggal darikeduanya berdasarkan kode huruf kemudian tambah denganjumlah hari lahir dan jumlah nama, selanjutnya bagi 7 dan ambil sisanya. Cocokan dengan kode babasan.
7. Apabila semua hasilnya baik, maka baik pula bagi keduanya. Namun, apabila ada satu yang kurang baik, maka kurang baik pula bagi keduanya.
Contoh :
Seorang laki-laki bernama Wikarta yang lahir pada hari Sabtu akan menikahi seorang perempuan bernama Cuminah yang lahir pada hari Selasa. Mereka tinggal di Kampung Ciparay.
Perhitungannya adalah sebagai berikut :
wi+kar+ta = 9+5+7 = 21
cu+mi+nah= 3+16+2= 21
jumlah = 21+21= 42
42/7=6sisa 0 berarti apabila dicocokan pada kode babasan sesuai dengan no urut 7 yaitu Ratu Sabdaning Pandita yang artinya baik.
Hari lahir keduanya
Sabtu = 9
Selasa = 3
Jumlah hari lahir ditambah jumlah nama
12 + 42 = 54
54/7 = 7 sisa 5
5 = Sangga Waringin yang artinya baik
Tempat tinggal keduanya
Ci+pa+ray= 3+11+4 = 18
18+54 = 72
72/7 = 10 sisa 2
2 = Lumbung Gumilang yang berarti kurang baik.
Jadi, kesimpulannya kurang baik karena tempat tinggal mereka.
Analisis Penulis
Untuk dapat menggunakan sistem ini, pemain harus pandai dalam matematika terutama dalam operasi penjumlahan dan pembagian, karena tanpa menguasainya sistem ini tidak dapat digunakan. Selain itu, kode hari dan kode huruf pun harus diketahui, karena dari sana kita akan medapatkan nilai untuk dioperasikan. Kemudian, kode babasan menjadi acuan terakhir untuk mengetahui makna dari hasil pengoperasian sebelumnya. Pada intinya, system ini tidak akan berjalan jika salah satusyarat diatas tidak terpenuhi karena syarat-syarat tersebut saling berkaitan.
Pandangan Penulis
Penulis memandang bahwa hasil dari sistem ini tidak dapat diyakini secara teori, karena hasil tersebut hanya sebuah perkiraan yang didasarkan pada adat, kebiasaan dan peristiwa yang pernah terjadi sehingga sebagian masyarakat percaya bahwa hasilnya akan sama sesuai dengan ciri-ciri pada peristiwa yang pernah terjadi tersebut. Kode-kode yang terdapat dalam sistem ini pun tidak diketahui bagaimana asal usulnya.Sehingga tidak dapat dipastikan bahwa kode tersebut sesuai dengan suatu teori yang dapat diyakini kebenarannya.
Namun, pada sistem pengoperasian perhitungan, penulis meyakini kebenarannya.Pada sistem ini digunakan pengoperasian berdasarkan modulo 7.Operasi modulus adalah sebuah operasi yang menghasilkan sisa pembagian dari suatu bilangan terhadap bilangan lainnya.Modulo 7 adalah sebuah operasi yang menghasilkan sisa pembagian dari suatu bilangan terhadap bilangan 7.Jadi, sistem pengoperasiannya berdasarkan pada salah satu sistem operasi di matematika, yaitu sistem operasi modulo 7.
Kekurangan Sistem Primbon Sunda
Pada sistem ini, pengoperasiannya cukup mudah dimengerti, namun terdapat beberapa kekurangannya.
Bagi pemula, dia tidak akan mengetahui bagaimana cara menghitung nilai dari sebuah nama yang diawali dengan huruf vokal atau nama yang didalmnya terdapat huruf F, Q, V, X dan Z, karena kode huruf diambil dari aksara jawa yang berbeda dengan huruf alfabet.
Kode yang digunakan tidak diketahui asal mulanya, seperti kode hari dan kode babasan sehingga tidak dapat diketahui kebenarannya.
Namun, terlepas dari kekurangan diatas, sistem ini masih diyakini oleh sebagian orang karena sistem ini merupakan warisan budaya.Jadi, pada dasarnya bahwa Matematika merupakan sebuah budaya.
Laporan Observasi
Pada awalnya penulis menemukan sistem ini terinspirasi dari seorang teman yang akan membuat sebuah esai tentang Primbon Jawa. Selain itu, penulis merasa tertarik dengan sistem operasi menghitungnya.
Penulis mencari sumber tentang Primbon Sunda di Internet dan buku.Namun, pada buku maupun internet tidak dijelaskan secara detail tentang kode huruf untuk menghitung nilai dari suatu nama. Maka dari itu, penulis mencari tahu siapa orang yang mengerti akan Primbon Sunda. Setelah bertanya terhadap beberapa kenalan orangtua, akhirnya penulis mendapat informasi tentang Bapak Yanto yang mengetahui tentang Primbon.
Pada akhirnya, penulis dapat bertemu dan mewawancarai Bapak Yanto.Setibanya disana, penulis disambut hangat oleh beliau dan penulis langsung memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud tujuan kedatangannya.
Setelah itu beliau menjelaskan kepada penulis tentang Primbon terutama tentang menghitung nilai dari suatu nama.
Penulis mengambil sumber ini dari sebuah buku yang sudah tua. Namun, pada buku tersebut sudah tidak terdapat jilidnya, sehingga judul buku, pengarang buku dan penerbitnya pun tidak dapat diketahui. Berikut foto buku tersebut.
Gambar 3. Buku Primbon Sunda
Kesimpulan
Ilmu matematika diaplikasikan dalam berbagai hal.Salah satunya dalam perhitungan kecocokan pasangan. Dalam menghitung kecocokan pasangan, sistem operasi pertambahan dan pembagian harus dikuasai oleh sang pemain. Kode dalam sistem ini pun harus diketahui agar perhitungannya dapat dilakukan.
Sistem ini sudah ada sejak zaman dahulu, karena sistem ini merupakan warisan budaya.Di dalam sistem ini menggunakan operasi hitung matematika, yang artinya bahwa matematika merupakan suatu budaya.
Beberapa manfaat dari esai ini adalah sebagai berikut :
1. Mendapat pengetahuan bahwa Suku Sunda merupakan suku yang kaya akan budaya. Salah satunya dalam perhitungan kecocokan pasangan.
2. Untuk mengetahui kecocokan pasangan, kita sebagai manusia hanya berikhtiar dengan mencoba menghitungnya.

sifat wedal lahir urang sunda

menurut perhitungan Sunda Kuno, dimana ada istilah wedal kelahiran. Wedal bisa juga disebut sebagai hari kelahiran yang memiliki makna khusus terutama pada sifat-sifat orang tersebut.
Berikut adalah sifat atau Kepribadian Seseorang Berdasarkan Wedal atau hari lahir:

Senen = Kembang (Senin = Bunga)

“Mentingkeun tetembongan diri, sok rapih. Loba dipikaresep ku jalma, berehan. Tapi, sok ‘asa aing, yeuh aing’, keukeuh peuteukeuh.”
Terjemahan:
Selalu mengutamakan penampilan dan selalu terlihat rapi. Banyak disukai orang dan suka memberi (dermawan).
Tapi memiliki sifat sombong dan keras kepala.
Pembawaan bunga terhadap wedal dengan memiliki sifat:
narsis dan posesif
selalu ceria atau periang
selalu membuat kesan humoris pada orang-orang di sekitarnya
mempunyai daya pikat yang luar biasa, karena memiliki aura kuat seperti lambangnya = bunga.
selalu menjadi pusat perhatian dan orang-orang akan segera menyukaiinya.
cocok berkarier di dunia seni hiburan, host adalah profesi yang baik manusia Senin

Salasa = Seuneu (Selasa = Api)

“Hade jiwa sosialna. Resep nulungan teu ningali sahana. Satia jeung hese beger deui. Tong wawanianan nipu jeung ngahianat ka manehna sabab gede tur goreng ambek jeung resep ngagede-gede masalah.”
Terjemahan:
Memiliki jiwa sosial yang tinggi. Suka menolong tanpa pamrih terhadap siapa saja. Dalam hal asmara, ia setia dan tidak genit. Jangan sekali-kali berani berbohong, menipu dan menghianatinya, karena ia mudah sekali untuk marah, sensitif dan suka membesar-besarkan masalah.
Pembawaan api terhadap wedal dengan memiliki sifat:
kuat dan hidup.
kharismatik.
Disegani karena berjiwa pemimpin.
mempunyai rasa percaya diri yang tinggi bukannya hanya dalam penampilan tetapi juga kemampuan.
jika dia laki-laki banyak yang bertubuh tegap, jika dia perempuan banyak yang terlihat angun dan elegan.
cocok berkarier di bidang politik atau sebagai orator karena sikap bawaannya dan kata-katanya dapat dipercaya.
bisa juga berkarier di bidang perdagangan atau benjadi pebisnis yang handal.

Rebo = Daun (Rabu = Daun)

“Cicingeun, kalem, ngawibawa, oge hade basa jeung laku. Lamun geus kenal deukeut, kanyaohan dirina teh sok ngabungahkeun. Mikanyaah ka kulawarga. Tapi, babari kabawa arus, gampil percaya kana omongan anu can tangtu bener. Paling anti dititah.”
Terjemahan:
Pendiam, kalem, berwibawa dan baik dalam bertutur kata dan berperilaku. JIka sudah kenal dekat, ia orang yang menyenangkan dalam bergaul. Cinta keluarga. Tapi mudah terbawa arus, mudah percaya pada kabar yang belum tentu kebenarannya. Paling anti disuruh/diperintah.
Pembawaan daun terhadap wedal dengan memiliki sifat:
mempunyai daya empati yang sangat kuat dan mudah jatuh cinta.
tidak bersikap tegas adalah salah satu sifat buruknya.
merasa kasihan pada orang lain meskipun kadang rasa kasihnya itu merugikan dirinya sendiri.
kariernya yang terbaik adalah guru atau dokter karena profesi ini sangat cocok untuk menunjang kariernya yang membutuhkan rasa kemanusian dan belas kasih yang tinggi.

Kemis = Angin (Kamis = Angin)

“Teu gampil putus harepan, sumanget gawena hade, tekun, giat latihan. Sok teu betahan di imah. Kadang sok “ciga kacang poho kulitna”, loba omong, curigaan. Hadena tara ngadendam.”
Terjemahan:
Tidak mudah putus asa, memiliki semangat kerja yang tinggi, tekun, giat berlatih. Tidak betah dirumah. Terkadang “seperti kacang lupa akan kulitnya”, banyak bicara, mudah curiga. Tapi tidak pernah dendam.
Pembawaan angin terhadap wedal dengan memiliki sifat:
tidak pernah tinggal diam dalam hidupnya.
malas adalah musuh terbesarnya.
senang bekerja keras untuk mengembangkan kreativitasnya.
sangat bertangung jawab terhadap pekerjaannya juga terhadap keluarganya.
sering kali anak yang lahir di hari kamis selalu menjadi tulang punggung keluarga.
Karier terbaik pelaut, pekerjaan yang menguras tenaga, bisnisman karena bisa mengembangakan usahanya dengan baik.

Juma’ah = Cai (Jumat = Air)

“Tenang, nyegerkeun, tapi oge sok ciga ombak, ngamuk. Cicingeun, tapi prinsipna “leuwih hade cicing daripada ngomong nu teu aya mangpaatna.” Wibawana tingkat luhur jadi loba dipika kagum ku jalma. Tapi egois, keukeuh kumaha manehna, sok “asa aing, yeuh aing!” jeung sagala kahayangna kudu dicumponan.” >>> “Apa Sudah Tahu Yang Dibawah Ini?”
Terjemahan:
Tenang, Menyegarkan, tapi terkadang seperti ombak, marah. Pendiam, tapi prinsipnya “lebih baik diam daripada membicarakan yang tidak ada manfaatnya”. Wibawanya tingkat tinggi, jadi banyak dikagumi orang lain. Tapi egois, keras kepala semaunya, suka merasa bahwa dirinya adalah paling hebat! dan segala kemauannya harus dituruti.
Pembawaan air terhadap wedal dengan memiliki sifat:
diam-diam menghanyutkan.
mempunyai sifat yang tenang dan dingin
tapi juga pemurung dan selalu sedih, karena setiap persoalan sekecil apa pun mereka masukan kedalam hati.
seorang yang bijaksana yang luar biasa,
cenderung suka mengalah daripada harus bertikai.
mencintai ketenangan.
Karier yang cocok penulis, sastrawan, seniman, jurnalis, dan hakim karena sikapnya yang tenang dan bijaksana sangat menunjang terhadap karier mereka.

Sabtu = Taneuh/Bumi (Sabtu = Tanah/Bumi)

“Pisikna kuat, pendirianna oge, kokoh jeung kuat hate. Cita-citana luhur jeung berehan. Moal asa-asa mere anu dipikaboga asalkeun bisa nulungan batur. Gorengna, sok hayang nguasaan jeung ngabogaan naon bae anu dipikaresep, rada egois, jeung sombong. Tapi teu gancang putus asa jeung leukeunan ikhtiar.”
Terjemahan:
Fisiknya kuat, pendirianya kokoh dan kuat hati. cita-citanya tinggi dan suka berbagi. Tidak tanggung-tanggung untuk memberikan apa yang ia miliki asalkan bisa menolong orang lain. Buruknya, suka ingin menguasai dan memiliki apa saja yang ia suka, sedikit egois dan sombong. Tapi tidak mudah putus asa dan ulet dalam berikhtiar.
Pembawaan tanah/bumi terhadap wedal dengan memiliki sifat:
mempunyai jiwa petualang yang tinggi.
pemberani yang punya sifat ulet dan tidak mudah menyerah.
menikmati kegagalan sebagai kesuksesan yang tertunda.
karier yang cocok untuk mereka adalah duta besar, antropogi, atau ahli sejarah.

Ahad = Mega/Langit (Minggu = Mega/Langit)

“Loba babaturannana. Pergaulanna luas saluas mega. Hade basa jeung laku ka sasaha. Pinuh sumanget gawe. Kurangna sok kamalinaan kana kasedih, sagala kahayangna kudu dicumponan, lamun henteu? Manehna bakal ngusahakeun ku cara naon bae. Lamun soal cinta, manehna satia jeung lain tipe gampangan.”
Terjemahan:
Memiliki banyak teman. Pergaulannya luas seluas mega/langit. baik dalam bertutur kata dan berperilaku terhadap sesama. Memiliki semangat kerja tinggi. Kekurangannya suka berlebihan ketika bersedih, segala keinginannya harus dipenuhi, jika tidak? Ia akan berusaha dengan cara apa saja. Soal cinta, ia setia dan bukan tipe orang yang gampangan.
Pembawaan mega/langit terhadap wedal dengan memiliki sifat:
selalu berwawasan luas dan mempunyai pandangan jauh ke depan
optimis, namun cenderung sombong dan ingin menang sendiri.
merasa paling cerdas,
selalu bahagia jarang bersedih.
kegagalan dalam kehidupan mereka diangap sebagai riak-riak kecil dalam bahtera hidupnya.
kariernya adalah presiden, pilot, alhi pidato, dan model.

Kala Sunda dalam “Ijtihad” Bah Ali

Kala Sunda dalam “Ijtihad” Bah Ali

@dedeyusuf_1 : ‘Undur waktu, datang wayah, mapag jaman anyar. Wilujeng Taun Baru Sunda… Warsa Caka 1948 Bulan Kartika 1 suklapaksa paro caang dina sukra pon waktu warigagung’.

Demikian tweet yang ditulis oleh Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf, Kamis (3/11) lalu. Mungkin tak banyak orang yang tahu bahwa Hari Jumat (4/11) merupakan Tahun Baru Sunda. Setidaknya, begitulah menurut “ijtihad” Ali Sastraamidjaja (meninggal dunia pada 25 September 2009). Ia memperkenalkan kembali sistem penganggalan Sunda secara luas kepada khalayak, enam tahun lalu, bertepatan dengan memontum Tahun Baru 1941 Caka Sunda. “Ini hasil penelitian saya selama sembilan tahun. Selama itu, saya telah ‘menghabisan’ sembilan komputer,” ujarnya, saat bertemu “PR”, Selasa (18/1/2005).
Saat itu, Bah Ali –demikian ia akrab disapa—dengan bangga memperkenalkan hasil kerja kerasnya. Soalnya, selama lebih dari lima ratus yahun, sistem penanggalan Sunda tak lagi akrab dengan masyarakat Sunda sendiri. Padalah. Hingga kini, praktik “hitung-menghitung hari baik” masih dilakukan oleh orang Sunda yang “pandai”. Malah, orang Sunda sendiri –meski tak semuanya- merasa belum afdal jika hajat mereka (seperti pernikahan, membangun rumah, dan sebagainya) tak “dihitung” terlebih dahulu. “Padahal, itu bukan berdasarkan sistem penanggalan Sunda, melainkan Jawa yang sebenarmya pengaruh dari sistem penanggalan India,” katanya.
Menurut dia, tahun-tahun peristiwa sejarah Sunda telah dipersepsi secara salah. Soalnya, tahun-tahun yang termuat di prasasti ataupun astefak selalu dianggap sebagai Tuhan Saka India. Dengan demikian, jika dialihkan ke Masehi, tinggal ditambah 78 tahun. “Soalnya, 1 Saka sama dengan 78 Masehi. Semua itu tak lepas dari pengaruh budaya Mataram Jawa yang juga memasukkan sistem pananggalannya,” tuturnya.
Padahal, sistem penanggalan Jawa (Mataram) –yang disebut Kala Pranata Mangsa—jauh berbeda dengan sistem Sunda. Sistem itu pun mencampurkan sistem aka Sunda, Saka Sunda, dan Hijriah. Menurut Bah Ali, kelahiran sistem penanggalan itu dibidani oleh Sultan Agung pada 1633 Masehi. “Berdasarkan bukti tertulis, pemberlakuan sistem itu bertepatan dengan pendirian Kerajaan Mataram. Namun, tidak diawali dengan Tahun 1, tetapi langsung 1555,” katanya.
Saat itu, Bah Ali mengungkapkan salah satu contoh, yakni tanggal berdirinya Kota Bogor. Berdasarkan perkataan Prabu Terusbawa, Bogor berdiri pada Radite Pon, 09 Suklapaksa, bulan Yista (08), taun 591 Caka Sunda (=31 Oktober 695 Masehi Julian). Ternyata, di media massa, Hari Jadi Kota Bogor justru pada tanggal 3 Juni. Selain itu, menurut Saleh Danasasmita, berdirinya Kerajaan Padjadjaran pada 12 Suklapaksa, bulan Sitra (6), taun 1404 Caka Sunda (= 13 Maret – 11 April 1428 Masehi Julian). Padahalm berdasarkan perhitungan Bah Ali, tanggal itu bertepatan dengan 14 Juni 1484 Masehi Julian.
Bah Ali berani memastikan bahwa sebelum Islam masuk ke pulau Jawa, catatan sejarah Indonesia yang menggunakan angka tahun pastilah menggunakan Caka Sunda. Soalnya, dalam pandangan dia, penanggalan Sunda merupakan satu-satunya sistem yang digunakan dalam mencatatkan peristiwa sejarah. Akan tetapi, celakanya, oleh para ahli sejarah, sistem itu dianggap sama dengan penanggalan India. “Di sinilah letak kesalahannya. Padahal, sistem penanggalan Sunda merupakan Kala Candra bukan Surya. Buktinya, dikenal istilah Suklapaksa (paro caang bulan) dan Kresnapaksa (paro poek bulan). Jadi, tidak ditambah 78 tahun,” ucapnya.
**
Lantas, bagaimana sistem penaggalan Sunda hasil “ijtihad” Bah Ali? Berikut ini, “PR” sajika kembali hasil obrolan dengan Bah Ali, enam tahun lalu. Sistem penanggalan Sunda mengenal dua macam tahun, yakni Tahun Surya dan Tahun Candra. Masing-masing tahun juga mengenal tahun pendek (Surya 365 hari; Candra 354 hari) dan tahun panjang (366 hari; Candra 355 hari). Kala Surya Saka Sunda (Tahun Surya) mengenal aturan, “tiga tahun pendek, keempatnya tahun panjang. Akan tetapi, setiap tahun habis dibagi 128, dijadikan tahun pendek . akhir tahun Surya adalah ketika matahari berada di titik paling selatan”. Sementara, aturan mengenai Kala Candra Caka Sunda (Tahun Candra) adalah dalam sewindu (delapan tahun), tahun ke-2, ke-5, dan ke-8 adalah tahun panjang, sisanya tahun pendek. Setiap tahun ke-120, dijadikan tahun pendek. Setiap tahun ylang habis dibagi 2.400 dijadikan tahun panjang”.
Kala Candra pun memiliki keistimewaan tersendiri, yakni ciples. Artinya, jika awal windu (biasanya disebut indung poe ) Senen Manis, akhirnya adalah Ahad Kaliwon. Keistimewaan lainnya, indung poe baru berganti setelah 120 tahun, mulai dari Senen Manis, Ahad Kliwon, Saptu Wage, Jumaah Pon, Kemis Pahing, Rebo Manis, Salasa Kliwon, hingga terakhir Rebo Pahing. Jika dihitung, “kejadian” itu berlangsung dalam waktu 84.000 tahun. Artinya, pada tahun ke-84.001, indung poe kembali ke Senen Manis. Dalam perjalanan 84.000 tahun itu, sistem penanggalan Sunda juga mengenal “Dewa Taun”, yakni hari pertama dan terakhir setiap kurun waktu 2.400 tahun.
Satu hal yang dibanggakan Bah Ali adalah soal ketepatan Kala Candra Caka Sunda yang dapat diuji secara ilmiah. Hitunganya begini, dalam sewindu, sistem penanggalan Sunda mengenal 5 tahun pendek dan 3 tahun panjang. Dengan demikian, hitungannya menjadi (5 x 354) + (3 x 355) sama dengan 2.835 hari per windu. Selanjutnya, 120 tahun sama dengan 15 windu. Dengan demikian, [(2.835 x 15)-1] sama dengan 42.524 hari per 120 tahun.
Lalu, perolean angkan tersebut dibandingkan dengan perhitungan secara ilmiah. Berdasarkan ilmu astronomi, perhitungan jumlah hari dalam 120 tahun adalah 12 x 29,53059 x 120 sama dengan 4.2524.0496. Artinya, terdapat selisih 0,0004133 hari per tahun. Jika dikalikan 2.420, angka selisih tersebut sama dengan 1. Itu berarti, dalam kurun waktu 2.420 tahun, terjadi selisih 1 hari.
Untuk mempertahankan aturan yangbaku, Nah Ali tidak menambah 1 hari setiap 2.420 tahun, tetapi 2.400. Jadi, hitungannya, pada 2.400 tahun pertama, 0,0004133 x 2.400 sama dengan 0,99192 hari per 2.400 tahun. Lantaran dibularkan menjadi 1 hari, maka terdapat kelebihan 0,00808 hari per 2.400 tahun. Selanjutnya, pada 2.400 tahun kedua, (0,0004133 x 2.400) + 0,00808 sama dengan 1 hari per 2.400 tahun (kedua). Kesimpulannya, setiap 2.400 kedua, angka selisih itu menjadi ciples 1. Soalnya, di dalam aturannya, sistem penanggalan Sunda menetapkan setiap tahun ke-2.400 sebagai tahun panjang. Artinya, selisih 1 hari antara perhitungan Sunda dan Astronomi tak lagi terjadi (lunas). Untuk 2.400 tahun seterusnya, sistem perhitungan kembali ke awal.
Lalu, Bermaknakah Informasi Tahun Baru?
Polemik segera muncul ketika sistem penanggalan Sunda diperkenalkan (kembali) oleh Ali Sastraamidjaja, enam tahun lalu. Berbagai kritik terhadap “ijtihad” Bah Ali berseliweran, terutama di media massa. Salah saru kritik itu datang dari Irfan Anshory melalui artikel berjudul “Mengenal Kalemde Hijriah” (“PR”, 28/1/2006). Menurut dia, Kala Sunda memiliki sejumlah kejanggalan.
Dalam penentuan awal bulan, misalnya Kala Sunda justru menetepkan tanggal 1 ketika bulan sudah berwujud setengah lingkaran. Padahal, Kala Sunda mengadopsi istilah Sansekerta, yakni suklapaksa (paro caang ), yang arti sesungguhnya “separuh bulan ( half-moon ) sebelum purnama”.
Bahkan, di dalam artikel itu, ia menilai bahwa Kala Sunda itu merupakan kalender modern yang ditamu dari berbagai sistem kalender lain, lalu dimodifikasi agar kelihatan berbeda dengan kalender-kalender sebelumnya. Intinya, Kala Sunda merupakan kalender baru ciiiptaan Bah Ali yang patut dihargai. “Namun, janganlah kita gegabah mengatakannya sebagai warisan leluhur Ki Sunda sebab belum pernah ada kalender seperti itu”, katanya.
Menurut Irfan, Kala Sunda persis sama dengan sistem kalender Jawa, bahkan, bak pinang dibelah dua. Dalam sewindu, terdapat tiga tahun kabisat. Saru hari dihilangkan setiap 120 tahun sehinggal jika misalnya awal windu ( indung poe ) Senen Manis, awal windu selanjutnya Senen Manis juga. “Jadi, sama sekali tidak ada kelebihan Kala Sunda dari kalender karya Sultan Agung yang selama ini dipakai oleh masyarakat Sunda. Semua meniru kalender Saka, kecuali nama hari Tumper (Sabtu) yang entah dari mana diambil”, tuturnya.
**
Beberapa hari kemudian (“PR”, 2/2/2006), Irfan
dirempug oleh dua orang sekalugus, yakni Nandang Rusnandar (melalui artikel “Kala Sunda dan Orang Awam”) dan Roza Rahmadjasa Mintaredja (artikel “Matematika Dalam Kala Sunda”). Menurut Nandang, Bah Ali bukanlah seorang pencipta, melainkan sosok yang menemukan kembali titinggal karuhun Sunda. Soalnya, Kala Sunda sudah dipergunakan ratusan –bahkan ribuan—tahun yang lampau. Salah satunya ada di Prasasti Batu Tulis di Bogor (Prasasti Sri Jayabhupati): “//O// Swasti cakawarsita 952 kartika-masa tithi dwadaci cuklapaksa. Ha. Ka. Ra. Wara tambir… (Selamat. Dalam tahun Saka 952 Bukan Kartika tanggal 12 bagian terang hari hari yang Kaliwon-Ahad-Wuku Tambir…)”. “Tanggal 12s Kartika 952 C, bertepatan dengan tanggal 7 Juli 1405 M,” tulis Nandang.
“Serangan” tak kalah sengit dilancarkan Roza Mintaredja. Menurut dia, tak banyak orang yang paham bahwa indung poe aboge (Sunda Mataram,
taun alip rebo wage ) telah berubah menjadi alapon (Sunda Mataram, taun alip salasa pon ). Di dalam Kala Sunda, alapon adalah ketukal (taun kebo tumpek [Saptu] Kaliwon). Itulah sebabnya, orang Sunda yang masih menggunakan indung poe aboge, hanya sebagai pengguna tanpa mengetahui asal-usul. Dengan demikian, dasar perhitungannya menjadi salah karena tanpa perubahan.
Ia mengatakan bahwa setiap satu tunggul taun (15 windu = 120 tahun), terjadi perubahan indung poe (khuruf). Tunggul taun ke-3 (Sunda Mataram)
indung poe -nya adalah aboge (taun Alip Rebo Wage) yang berlaku dari tahun 1866 M hingga 1982 M. hal itu hampir bersamaan dengan
tunggul taun ke-16 di Kala Sunda yang indung poe -nya adalah keradnis (taun Kebo Radite/Minggu Manis) berlaku dari 1869 M hingga 1985 Masehi. “Dengan demikian, tunggul taun ke-17 dalam Kala Sunda, indung poe -nya ketukal (taun Kebo Tumpek Sabtu/Kaliwon) yang berlaku dari 1985 M hingga 2102 M”, katanya.
**
Thomas Djamaluddin, pakar Astronomi dan Astrofisika di Lapan Bandung, pun tergerak untuk
ulubiung dalam persoalan ini. Ia melihat adanya sejumlah persoalan pokok di dalam Kala Sunda yang mesti dijawab. Persoalan pertama, penentuan awal bulan pada saat bulan separuh (tanggal 7 atau 8 qamariyah, penanggalan berdasarkan bulan). Soalnya, secara astronomis, hal itu janggal. Pada sistem kalender qamariyah (lunar; candra), umumnya, awal bulan ditandai dengan bulan baru atau hilal (sabib pertama) atau bulan mati (saat sama sekali tidak ada cahaya pada bulan).
Selain itu, Kala Candra Caka Sunda mendefinisikan suklapaksa sebagai paro caang (bulan separuh terang), dari bulan setengah lingkaran, dengan melewati masa terang purnama. Sementara kresnapaksa didefinisikan sebagai paro poek (bulan separuh gelap), tetapi melewati bulan mati atau bulan baru. Bagaimanapun, dua istilah itu tak terlepas dari tradisi Hindu (bahasa Sansekerta), yakni sukla (terang) dan paksha (bulan setengah) serta krishna (gelap) dan paksha. Shuklapaksha berarti rentang lima belas hari pertama pada saat bulan purnama. Sementara krishnapaksha adalah setengah bulan berikutnya, saat bulan makin gelap, dari pernama hingga bulan mati.
Menurut dia, secara astronomis pun, akurasi sekian ribu tahun tidak bermakna keunggulan, terutama bila dibandingkan dengan realitas bulanan yang bisa menyimpang satu hari dari fenomena bulan separuh atau bulan sabir. Jika mau, kalender Masehi pun bisa menggunakan koreksi setiap 128 tahun. Apalagi, scara sistematis, mudah dihitung koreksi berapa tahun yang harus dilakukan untuk mendapatkan tingkat akurasi tertentu. Lantas, apakah angka 128 merupakan aturan Kala Surya Saka Sunda yang asli dari dokumen sejarah atau hasil hitungan matematikan abad ke-20? (tulisan selengkapnya bisa dilihat di
www.tdjamaluddin2.wordpress.com ).
Sistem tahun kabisat, hisab urfi yang berganti 29 dan 30 hari, dan cara koreksi sejenisnya memang memberikan angka akurasi jangka panjang. Semakin banyak koreksinay akan semakin akurat. Namun, perlu dipertanyakan, siapa ang berwenang menjaganya untuk jangka panjang? Dulu, kalender Masehi dikoreksi oleh Paus berdasarkan saran astronom, tetapi saat in dikontrol oleh lembaga-lembaga astronomi. Kalender Sakan Jawa ditentukan oleh sultan berdasarkan perhitungan para ahli kalender keraton.
Sementara kalender Hijriah, dulu, dikeluarkan oleh khalifah, taja, atau sultan. Namun, kini, sudah banyak ahli hisab yang dapat membuatnya, dengan panduan kriteria yang disepakati secara internal organisasi Islan, nasional, ataupun regional. Kalender hijriah modern tak lagi mengggunakan aturan hisab urfi, tetapi selalu disesuaikan dengan kreteria hisab rukyat. Pervedan yang terjadi bukanlah karena akurasi yang rendah, melainkan belum adanya kreiteria yang disepakati.
Lantas, bagaimana dengan Kala Sunda? Akurasi sekian ribu tahun takkan berarti apa-apa jika, pada realitasnya, tidak ada otoritas yang menjaganya. Salah sarunya, memberikan koreksi setiap 128 tahun (Kala Surya) atau setiap 120 tahun (Kala Candra).
Selain merekonstruksi sejatah, kajian kalender juga berfungsi untuk membantu masyarakat dalam mengadakan kegiatan atau ritus tertentu. Oleh karena itu, kalender yang hidup hingga kini hanyalah kalender yang digunakan oleh masyarakatnya secara luas. Kalender Masehi terus digunakan secara sifat globalnya dan katerkaitannya dengan musim. Kalender Hijriah terpelihara karena diperlukan untuk mementukan waktu pelaksanaan ibadah umat Islam. Begitu pula dengan kalender Saka Jawa, lesteri karena terkait dengan penyelenggaraan berbagai tradisi Jawa. Lalu, apa peran Kala Sunda di masyarakatnya? “Hingga saat ini, belum ada kegiatan atau ritus di masyarakat Sunda yang bergantungn kepada sistem penanggalan Sunda. Dengan demikian, informasi mengenaiTahun Baru Caka Sunda pun menjadi tidak bermakna”, tulis Thomas. (Hazmirullah/”PR”)***

nama Hari dalam Bahasa Sunda

Nama-nama Hari dalam Bahasa Sunda

Dalam Bahasa Sunda terdapat saptawara, yaitu tujuh hari. Nama-nama hari tersebut:

Radite/dite
(artinya panonpoe/matahari) = Ahad/Minggu

Soma
(artinya bulan) = Senen/Senin

Anggara
(artinya mars) = Salasa/Selasa

Buda
(artinya merkuri) = Rebo/Rabu

Respati/wrehaspati
(artinya Jupiter) = Kemis/Kamis

Sukra
(artinya Venus) = Juma'ah/Jum'at

Tumpek
(artinya saturnus) = Saptu/Sabtu

NAMA BULAN HIJRIAH VERSI ORANG SUNDA

NAMA-NAMA BULAN HIJRIAH VERSI ORANG SUNDA
Seperti halnya bulan Masehi, bulan Hijriah terdiri dari 12 bulan. Namun, yang berbeda adalah segi perhitungannya. Bulan Masehi didasarkan atas perputaran bumi terhadap matahari, sedangkan bulan Hijriah didasarkan atas perputaran bulan terhadap bumi. Di masyarakat sunda seringkali bulan hijriah memiliki penamaan yang berbeda, seperti berikut ini:
1. Sura/Muharam ( ﻣﺤﺮّﻡ )
2. Sapar/Safar ( ﺻﻔﺮ )
3. Mulud/Rabiulawal ( ﺭﺑﻴﻊ ﺍﻷﻭﻝ )
4. Silih Mulud/Rabiulakhir ( ﺭﺑﻴﻊ ﺍﻷﺧﻴﺮ )
5. Jumadilawal/Jamadilawal ( ﺟﻤﺍﺪ ﺍﻷﻭﻝ )
6. Jumadilakhir/Jamadilakhir (ﺟﻤﺍﺪ ﺍﻷﺧﻴﺭ )
7. Rajab/Rajab (ﺭﺟﺐ )
8. Rewah/Sya’ban (ﺷﻌﺒﺍﻦ )
9. Puasa/Ramadhan ( ﺭﻣﻀﺍﻦ)
10. Sawal/Syawal ( ﺷﻮﺍﻝ)
11. Hapit/Zulkaedah ( ﺫﻭ ﺍﻟﻘﻌﺪﺓ )
12. Rayagung/Zulhijah ( ﺫﻭ ﺍﻟﺤﺠﺓ )

Perhitungan Kalender Kala Sunda

Perhitungan Kalender Kala Sunda
Aksara sunda merupakan aksara yang berkembang di jawa barat pada abad XIV-XVIII yang pada awalnya untuk menuliskan bahasa sunda kuno,aksara sunda kuna merupakan perkembangan dari aksara pallawa yang mencapai taraf modifikasi bentuk khasnya.
Aksara sunda kuno,dapat dipakai sebagai sarana perhitungan bagi masarakat dari jaman dulu hingga kini aksara tersebut bisa di gunakan sebagai sarana dalam mencari :
1.jodo
2.pekerjaan
3.bertani
4,dan lain-lain

Di bawah ini adalah sedikit contoh :
Alpabet
1.HA 11.PA
2.NA 12.DA
3.CA 13.JA
4.RA 14.YA
5.KA 15.NYA
6.DA 16.MA
7.TA 17.GA
8.SA 18.BA
9.WA 19.TA
10.LA 20.NGA
1.A , I , U , E , O

keterangan :
huruf-huruf telah di tentukan poinnya seperti HA adalah satu,NA adalah dua,dan sebagainya.bagi huruf pokal seperti a,i,u,e,o di beri point 1

NAFTU HARI
MINGGU = 5
SENIN = 4
SELASA = 3
RABU = 7
KAMIS = 8
JUMAT = 6
SABTU = 9

keterangan :
angka tersebut adalah point untuk menyocokan hari

NAFTU TGL
Tgl 1 point 5
2 point 9
3 point 7
4 point 4
5 point 8

keterangan :
untuk tgl 6 sampai 30 berputar ke atas point nya seperti tgl 1 dan 6 point nya sama 1

NAFTU JAM
Minggu = jam 8/10 = arah Utara,Timur
Senin = jam 6/9 = arah Selatan,Barat
Selasa = jam 8/12 = arah Utara,Barat
Rabu = jam 6/9 = arah Selatan,Barat
Kamis = jam 8/12 = arah Utara
Jumat = jam 8/12 = arah Timur,Utara
sabtu = jam 6/10 = arah Utara,Barat

NAFTU BULAN
MUHARAM,SAFAR,MULUD
larangan hari : sabtu,minggu
sang naga berada di timur

SILIMULUD,JUMADIAWAL,JUMADILAKHIR
larangan hari : senin,selasa
sang naga berada di selatan

RAJAB,ROWAH,PUASA
larangan hari : rabu,kamis
sang naga berada di barat

SYAWAL
larangan hari : jumat
sang naga berada di utara

BAGI 7
keterangan :
di bagi tujuh ngambil di hari
1.SRI
2.LUNGGUH
3.DUNYA
4.LARA
5.PATI

keterangan :
perhitungan untuk mencocokan : jodo,acara resepsi,bekerja/berdagang,bepergian atau bersilaturahmi

1.SUKU
2.BUNTUT
3.COCOT
4.BACOT

keterangan :
perhitungan untuk bertani

1.BUMI
2.LANGIT
3.SURGA
4.NERAKA

keterangan :
perhitungan untuk bangunan seperti membikin rumah ,dan sebagainya

Contoh :
hitung terlebih dahulu nama anda misal OUMAR
O dan U adalah pokal dapat point 1
MAR dapat point 16 di lihat MA huruf ke 16
jadi 1+1+16=18

untuk melamar kerja
- hari kamis,tgl 16 syawal
lihat di NAFTU HARI& NAFTU TGL.hari kamis,dan tgl 16 terdapat poin berapa?
kamis = 8, tgl 16 = 5 jadi 8+5=13
-kemudian di jumlah point nama anda dengan point hasil penjumlahan hari dan tanggal
18+13 = 31 di bagi 7 31:7 =4,4
hasil dari pembagian 4 lebih 4
kemudian lihat ,4 terdapat d mana?
1.SRI
2.LUNGGUH
3.DUNYA
4.LARA
5.PATI
4 terdapat di LARA lebihnya epat juga di LARA,jadi di sini anda tidak boleh melamar kerja pada hari ter sebut.

keterangan :
Usahakan hasil perhitungan tepat pada LUNGGUH atau DUNYA
jika sudah demikian lihat di NAFTU JAM dan NAFTU BULAN
seperti : MINGGU = 8/10 TIMUR,UTARA
SYAWAL larangan hari JUMAT naga ber ada di UTARA
jadi disini anda harus pergi keluar dari rumah pada jam 8 atau jam 10 tepat
setelah keluar dari pintu rumah anda harus pergi ke sebelah Timur karna sebelah utara adalah tempat di mana sang naga berada

Perhitungan Kalender Kala Sunda

Perhitungan Kalender Kala Sunda
Aksara sunda merupakan aksara yang berkembang di jawa barat pada abad XIV-XVIII yang pada awalnya untuk menuliskan bahasa sunda kuno,aksara sunda kuna merupakan perkembangan dari aksara pallawa yang mencapai taraf modifikasi bentuk khasnya.
Aksara sunda kuno,dapat dipakai sebagai sarana perhitungan bagi masarakat dari jaman dulu hingga kini aksara tersebut bisa di gunakan sebagai sarana dalam mencari :
1.jodo
2.pekerjaan
3.bertani
4,dan lain-lain

Di bawah ini adalah sedikit contoh :
Alpabet
1.HA 11.PA
2.NA 12.DA
3.CA 13.JA
4.RA 14.YA
5.KA 15.NYA
6.DA 16.MA
7.TA 17.GA
8.SA 18.BA
9.WA 19.TA
10.LA 20.NGA
1.A , I , U , E , O

keterangan :
huruf-huruf telah di tentukan poinnya seperti HA adalah satu,NA adalah dua,dan sebagainya.bagi huruf pokal seperti a,i,u,e,o di beri point 1

NAFTU HARI
MINGGU = 5
SENIN = 4
SELASA = 3
RABU = 7
KAMIS = 8
JUMAT = 6
SABTU = 9

keterangan :
angka tersebut adalah point untuk menyocokan hari

NAFTU TGL
Tgl 1 point 5
2 point 9
3 point 7
4 point 4
5 point 8

keterangan :
untuk tgl 6 sampai 30 berputar ke atas point nya seperti tgl 1 dan 6 point nya sama 1

NAFTU JAM
Minggu = jam 8/10 = arah Utara,Timur
Senin = jam 6/9 = arah Selatan,Barat
Selasa = jam 8/12 = arah Utara,Barat
Rabu = jam 6/9 = arah Selatan,Barat
Kamis = jam 8/12 = arah Utara
Jumat = jam 8/12 = arah Timur,Utara
sabtu = jam 6/10 = arah Utara,Barat

NAFTU BULAN
MUHARAM,SAFAR,MULUD
larangan hari : sabtu,minggu
sang naga berada di timur

SILIMULUD,JUMADIAWAL,JUMADILAKHIR
larangan hari : senin,selasa
sang naga berada di selatan

RAJAB,ROWAH,PUASA
larangan hari : rabu,kamis
sang naga berada di barat

SYAWAL
larangan hari : jumat
sang naga berada di utara

BAGI 7
keterangan :
di bagi tujuh ngambil di hari
1.SRI
2.LUNGGUH
3.DUNYA
4.LARA
5.PATI

keterangan :
perhitungan untuk mencocokan : jodo,acara resepsi,bekerja/berdagang,bepergian atau bersilaturahmi

1.SUKU
2.BUNTUT
3.COCOT
4.BACOT

keterangan :
perhitungan untuk bertani

1.BUMI
2.LANGIT
3.SURGA
4.NERAKA

keterangan :
perhitungan untuk bangunan seperti membikin rumah ,dan sebagainya

Contoh :
hitung terlebih dahulu nama anda misal OUMAR
O dan U adalah pokal dapat point 1
MAR dapat point 16 di lihat MA huruf ke 16
jadi 1+1+16=18

untuk melamar kerja
- hari kamis,tgl 16 syawal
lihat di NAFTU HARI& NAFTU TGL.hari kamis,dan tgl 16 terdapat poin berapa?
kamis = 8, tgl 16 = 5 jadi 8+5=13
-kemudian di jumlah point nama anda dengan point hasil penjumlahan hari dan tanggal
18+13 = 31 di bagi 7 31:7 =4,4
hasil dari pembagian 4 lebih 4
kemudian lihat ,4 terdapat d mana?
1.SRI
2.LUNGGUH
3.DUNYA
4.LARA
5.PATI
4 terdapat di LARA lebihnya epat juga di LARA,jadi di sini anda tidak boleh melamar kerja pada hari ter sebut.

keterangan :
Usahakan hasil perhitungan tepat pada LUNGGUH atau DUNYA
jika sudah demikian lihat di NAFTU JAM dan NAFTU BULAN
seperti : MINGGU = 8/10 TIMUR,UTARA
SYAWAL larangan hari JUMAT naga ber ada di UTARA
jadi disini anda harus pergi keluar dari rumah pada jam 8 atau jam 10 tepat
setelah keluar dari pintu rumah anda harus pergi ke sebelah Timur karna sebelah utara adalah tempat di mana sang naga berada

Sistem Penanggalan Sunda

Sistem Penanggalan Sunda
Sampurasun, Rahayu!!, Merdeka!!, Hai...
posting pertama ane gan, kalo ada yang salah2 maklum ya masih nubie ane..hehehe..
mo share2 nih ke agan2 yang senang ama budaya sunda pada umumnya dan orang sunda KHUSUS-nya, ini sedikit pencerahan sekaligus wawasan hasanah budaya sunda bwt agan2 semua..yuk simak..sejarah bangsa nih..
berawal dari pengalaman..banyak orang sunda yang salah kaprah dalam menerangkan NAMA HARI yang mereka anggap bahasa SUNDA "ASLI"
banyak yang menyebut bahwa tata penamaan hari di leluhur orang sunda adalah AHAD,SENEN,SALASA,REBO,KEMIS,JUMAAH,SAPTU..padahal ini salah, itu adalah tata penamaan hari dari serapan bahasa arab..bukan BAHASA SUNDA yang ASLI..
leluhur kita, nenek moyang sunda sudah mengenal sistem penyebutan atau penamaan hari dari kalender sunda/Kala Sunda yaitu SAPTAWARA ("sapta" = 7 , "wara" = hari/dinten)
malah nenek moyang orang sunda memiliki 2 sistem penanggalan yang disebut :
1. CANDRAKALA/CAKA (penanggalan menurut bulan) - digunakan untuk administrasi pemerintahan zaman dulu atau kehidupan sehari - hari masyarakat sunda
2. SURYAKALA/SAKA (penanggalan menurut matahari) - digunakan sebagai penentuan musim bercocok tanam
bahkan sistem penanggalan ini sudah ada sebelum sistem penanggalan hijriyah ada loh, sebagai pembanding..tahun 2012 sekarang ini dalam penanggalan kalender:
-Masehi/Kalender Gregorian = 2012 Masehi
-Candrakala/Caka = 1948 CAKA
-Suryakala/Saka = 1934 SAKA
-Hijriyah = 1433 Hijriyah
*semakin besar tahun berarti peradaban sistem penanggalannya semakin tua
sistem penanggalan ini menggunakan sitem perhitungan matriks seperti matematika matriks yang diajarkan di sekolah (kebayang gimana hebatnya leluhur kita??)
dan sekarang saya akan menjelaskannya sesuai sepengetahuan saya dalam KALA SUNDA ini..(kalo ada yang salah maklum ya..silahkan yg lebih mengerti meralatnya)
-SAPTAWARA (7 Hari):
1. Minggu = "RADITE"
2. Senin = "SOMA"
3. Selasa = "ANGGARA"
4. Rabu = "BUDA"
5. Kamis = "RESPATI"
6. Jumat = "SUKRA"
7. Sabtu = "TUMPEK"
*yang menggunakan (" ") adalah tata nama sistem penanggalan sunda
-CANDRA (BULAN)
BULAN KE-------MASEHI-----------"CANDRAKALA"-----------"SURYAKALA"
1---------------------Januari-----------------KARTIKA(30)----------------KASA(30)
2---------------------Februari---------------MARGASARI(29)-----------KARO(31)
3---------------------Maret-------------------POSYA(30)-------------------KATIGA(30)
4---------------------April---------------------MAGA(29)--------------------KAPAT(31)
5---------------------Mei----------------------PALGUNA(30)---------------KALIMA(30)
6---------------------Juni----------------------SETRA(29)-------------------KANEM(31)
7---------------------Juli-----------------------WESAKA(30)---------------KAPITU(30)
8---------------------Agustus----------------YESTA(29)-------------------KAWALU(31)
9---------------------September------------ASADA(30)-------------------KASANGA(30)
10-------------------Oktober----------------SRAWANA(29)--------------KADASA(31)
11--------------------November-------------BADRA(30)-------------------HAPITLEMAH(30)
12--------------------Desember------------ASUJI(29/30)-----------------HAPIKAYU(30/31)
*angka yang dikurungin adalah umur bulan/ jumlah hari dalam satu bulan
- ada lagi yang disebut PANCAWARA/PASARAN HARI SUNDA (Manis, Pahing, Pon, Wage, Kaliwon)
- Kemudian WUKU (sistem hitungan per minggu berdasarkan PANCAWARA tadi) :
NAMA WUKU------------------NAMA PASARAN SUNDA
1. SINTA-------------------------WAGE
2. LANDEP---------------------MANIS
3. WUKIR -----------------------PON
4. KURANTIL-------------------KALIWON
5. TOLU--------------------------PAHING
6. GUMBREG------------------WAGE
7. WARIG ALIT-----------------MANIS
8. WARIG AGUNG------------PON
9. JUNGJUWANG------------KALIWON
10. SUNGSANG----------------PAHING
11. GALUNGAN ----------------WAGE
12. KUNINGAN------------------MANIS
13. LANGKIR---------------------PON
14. MADASIYA------------------KALIWON
15. JULUNGPUJUG------------PAHING
16. PAHANG----------------------WAGE
17. KURUWELUT---------------MANIS
18. MAREKEH-------------------PON
19. TAMBIR-----------------------KALIWON
20. WEDANGKUNGAN------PAHING
21. MAKTAL----------------------WAGE
22. MUYE------------------------MANIS
23. MANAHIL---------------------PON
24. PRANGBAKAT------------KALIWON
25. BALA--------------------------PAHING
26. WUGU------------------------WAGE
27. WAYANG--------------------MANIS
28. KULAWU---------------------PON
29. DUKUT------------------------KALIWON
30. WATUGUNUNG-----------PAHING
*dihitung dari minggu wage (WUKU SINTA) jadi umur wuku sinta itu dari hari minggu wage sampai hari sabtu pon (jumlah 7 hari)
- ada lagi SUKLAPAKSA (sistem penanggalan dilihat dari penampakan bulan yang terlihat muncul separo ke purnama terus sampai bulan terlihat tinggal separo) - bulan terlihat terang - lama waktu 15 hari
- serta KRESNAPAKSA(sistem penanggalan dilihat dari penampakan bulan yang terlihat tinggal separo ke gelap [purnama gelap] terus sampai bulan terlihat tinggal terang separo/ ) - bulan terlihatgelap/tidak tampak - lama waktu 14/15 hari
-juga WINDU (periode tahunan dengan tempo 8 tahun)
1. windu 1 diberi nama windu ADI
2. windu 2 diberi nama windu KUNTARA
3. windu 3 diberi nama windu SANGARA
4. windu 4 diberi nama windu SANCAYA
yang dijelaskan oleh saya di atas hanya tata nama dan sedikit penjelasan dari sistem penanggalannya saja..bukan sistem hitungan matematis penanggalannya..(sistim perhitungannya juga saya belum begitu mengerti..maklum masih belajar gan)
sebagai salah satu contoh penulisan sistem penanggalan ini yang terlengkap terdapat di dalam prasasti SRIJAYABUPATI di Cibadak SUKABUMI dari abad 11 Masehi disitu tertulis :
" SWASTI CAKA WARSA TITA 952 KARTIKA MASA TITI WANCI CUKLA PAKSA HA (Hariang) KA (Kaliwon) RA (Radite) WARA TAMBIR" yang artinya "selamat dalam TAHUN CAKA 952 BULAN KARTIKA tanggal 12 bulan terang hari KALIWON RADITE WUKU TAMBIR"
masih banyakkkkkkk...ilmu2 leluhur orang sunda dulu yang belum sepenuhnya kita bisa buka karena generasi penerusnya yang semakin enggan belajar sehingga melupakan sejarah bangsanya sendiri..
belum lagi nasib kita sebagai negara bekas jajahan yang seringkali bukti sejarahnya dihancurkan oleh para penjajah dari masa ke masa..
beberap fakta sejarah kehebatan leluhur orang sunda yang kadang terlupakan oleh kita sendiri, seperti:
-SITUS MEGALITIKUM GUNUNG PADANG - Cianjur itu : bangunan megalitikum punden berundak terbesar di asia tenggara disebut sebagai tempat "kabuyutan" atau tempat leluhur yang dihormati oleh orang Sunda.
-KERAJAAN SALAKANAGARA 150 SM : jadi bukan kerajaan kutai yang berdiri pada 450SM itu loh kerajaan pertama di Indonesia, kerajaan pertama ada di tanah sunda (gak percaya??tanya sama paman gogel keyword nya ya itu "SALAKANAGARA") - parah yah pendidikan sejarah negara kita..hehehe..saya dulu ga tau ada kerajaan SALAKANAGARA
-AGAMA SUNDA WIWITAN itu : agama asli leluhur orang sunda yg sudah ada sebelum 6 agama besar berdiri kokoh di Indonesia, termasuk kedalam penghayat kepercayaan thdp TYME - sampai sekarang masih banyak didiskriminasi oleh pemerintah dan masyarakat di tanah airnya sendiri
padahal di Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 43 dan 41 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelayanan kepada Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (isinya anda gugling sndri aj y..) jelas sekali negara mengakui dan melindungi para penghayat kepercayaan.
-TARAWANGSA : alat musik dan seni musik tarawangsa ini sudah ada sebelum rebab,kesenian ini dimainkan menggunakan:
1. Tarawangsa (alat musik gesek berdawai 2 dan lebih tinggi, 1 dawai di gesek dan 1 dawai lainnya lagi di petik)
2. Jentreng (menyerupai kecapi tapi berdawai 7) serta biasanya diiringi penari.
-AKSARA/HURUF SUNDA : apakah anda tahu ada aksara "KAGANGA"?? itu adalah aksara/huruf sunda paling asli dan paling buhun. terdiri dari 32 huruf dan 10 angka(angka??iya, dari dulu leluhur sunda sudah mengenal angka, makanya bisa buat sistim perhitungan kalender) terdiri dari :
a. 7 aksara "swara"/vokal mandiri (a, é, i, o, u, e, eu),
b. 25 aksara "ngalagena"/konsonan (ka, ga, nga, ca, ja, nya, ta, da, na, pa, ba, ma, ya, ra, la, wa, sa, ha, fa, va, qa, xa, za, kha, sya)
c. 10 angka (berbentuk grafis susah buat ngejelasinnya..hehehe, yang pasti nilainya dari 0-9)
*bukti hebatnya bahasa sunda??banyak padanan kata yang tidak ada terjemahannya di kamus bahasa indonesia atau pun kamus negara lain, sbg contoh: "giriwil", "kenud", "berebet", "gedebug", "jung", "gek", dll.
-"ANGGOEUN"/Pakaian : "iket" (ikat kepala), Baju Kampret, Celana Pangsi
-KUJANG : senjata unik dari daerah Jawa Barat. Kujang mulai dibuat sekitar abad ke-8 atau ke-9 (sekitar tahun 1 MASEHI Kalender Gregorian smpai tahun 1000 Masehi Kalender Gregorian), terbuat dari besi, baja dan bahan pamor. *bukti lain lagi bahwa leluhur sunda sudah mengenal tehnik pandai besi.
sekian dulu ya dari saya, ga habis2 nanti klo saya cerita semua..hehe..
yang penting sekarang jangan berhenti menggali kebudayaan sendiri deh..jangan juga meremehkan kehebatan leluhur bangsa kita sendiri..jangan sebut mereka bodoh/tidak berpendidikan,ini aja baru dari tanah sunda loh, belum yang lain-lain.
gan, budaya ini mau lestari di tangan siapa lagi kalo bukan di tangan kaum2 muda kayak kita??
dan juga klo ditanya nama hari di leluhur sunda mu apa? tuh ada kan diatas gan..hehehe..jadi jangan salah lagi ya..
cag, amit hatur nuhun ka sadaya..pun, rahayu..
terima kasih..

jangjawokan sunda

Mantra termasuk karya sastra yang berbentuk puisi dan mengandung kekuatan gaib. Karuhun ( orang - orang zaman dulu ) mantra biasanya digunakan tidak sembarangan dan sebagian orang masih mempercayai kemistisan nya atau masih menggunakan nya, dan biasanya di sebut juga jampi - jampi yang berbentuk pantun atau sisindiran dan kawih ( lagu ).

Contoh - contoh ajian, mantra, jamgjawokan, dan rajah.

Jangjawokan paranti di pupur

pupur aing pupur panyambur
panyambur panyangkir rupa
nyalin rupa ti dewata
nyalin sari widadari
di deuleu tihareup sieup
di sawang ti tukang leunyang
di tilik ti gigir leungik
mangka weulas mangka asih kanu di pupur
di tenjo ku saideur kabeh

Jangjawokan Paranti Nyeupah

Bismillahi suruh panggawé ati
jambé panglebur ati
apu panggurit ati
angker atina Si Anu
Bismillahillahi putih saking bapa nira
abang saking biang nira
dadu arana ashadu adep idep. Tamat

Jangjawokan Ngalintar atawa Nguseup Supaya Loba Laukna

Aki Rékrék Turaya
anak patutan turunkeun
aing nya pangkonan sia
Banyu emas nu lénggang putih
Bayu emas nu lénggang hérang
bumi meneng //bayu meneng -7-
Ku Sang Kilat kumoncorong ratna putih
Sang Ibut Putih undur ku Sang Kilat Sakti
Ya isun sang D(e)mit Jati. Tamat

Jangjawokan Ménta Lauk ka Siluman-sileman

Aki Batara Gangga nu ti girang
Aki Batara Ginggi nu ti hilir
Aing ménta ingon-ingon.
Geura top.

Jampe Beunghak Beuteung

Cakakak di leuweung
Injuk talina
Dihakan dibeuweung
Hitut jadina
Plong blos plong blong………

Jangjawokan Lulut Kana Lauk

Asihan aing Si Bangbarang Hérang
asih nu saleuwi sono nu sasédong
Ret puret nu karengkep aing.

Jangjawokan Mandi

cahaya mamandi cahya
ya iku anganggo cahyaning macan gebong
maka wulung ati
digugul sia bagulong-gulong
beunang gulungan pantang sia bagolong
tek anceup tek sieup ka awaking

Jangjawokan Paranti Bebedil Supaya Ulah Nyalahan Mimis

Caramaya isun angkongkon maring sira
pangbedahkeun aing Sang Badigul Putih
ku sang Baju Badigul Putih
ka sawakcané kanu pernah
tuh sawarga nira.

Jangjawokan Paranti Kana Bedil Supaya Ulah Keuna Ku Harus

Bismillaahirrohmaanirrohiim
Isun ngaran nira sadurungé ana bumi langit
Sang Diwulat aran nira
nursih maring isun.

Jangjawokan Paranti Ngajajamuan Awéwé Supaya Jadi Parawan Deui

Saratna dina buah cau kulutuk anu sacinggir gedéna lobana opat belas ésé. Puasa sapoé sapeuting. Ieu du’ana:
Bismillahirrohmanirrohim
Kulit raket otot raket
daging raket balung raket
pet pet dipepetan.

Jangjawokan Maké Minyak

Minyak aing minyak watu
dipidu di sihung maung
diocék di panonpoé
sekar taji suru gajah
nya gajah tunggal katau
wus kabeubeur
wus kabeungkeut atina si anu
atawa atina wong sajagad kabéh

Jangjawokan Lamun Paré Kurang Eusi

Ashadulallaillahaillalloh
waashaduannamuhammadarrosululloh.
Jimat aku jangkaring sahadat
puhu rasa godong hurip
sirulloh rasul kang asup cangkang
muhammad bungkulung manah. Tamat

Jangjawokan Panganggo Patani ti Awit Naék kana Leuit Paranti kana Tarajé

Puhaci Kéwuan Larang
Puhaci Rantayan Jati Aran Panggolong
Puhaci Sara Gimansari
wawuh sira ma ngambung sa énjak-énjak
saréna saeutik mahi hanteu réa nyésa
puhaci lantaran hérang
puhaci lantaran manik
puhaci lembut putih ana persandak

Jangjawokan Paranti asup kana leuit

Buah sukma peupeuk nu peupeuk Sang Batara Jati
ulah gédér ulah reuwas
mangga unggut kalindungan
ulah gedag kaanginan
ieu geus sia dilemah putih kasucianana.

Jangjawokan Paranti Neundeun Enggon atawa Telebug keur Paré

Gunung manik aniten
sampakeun para déwata
aran gunung Puhaci Amaran Jati Amparan.
Jangjawokan Ka Nu Tinggaleun Supaya Teu Leungit atawa Dipaok
Tinggaling sukma aran wawayangan tengah
aran nu ngaraksa lumbung
Puhaci lantaran hérang
Puhaci lantaran manik

Jangjawokan Paranti rék Nyokot Paré

Nurulloh sirulloh
seri ambu leungeun ngadatangkeun
nya aing Ambu Puhaci Ratna Kasih
deudeum sukma pepek langgeng
tan kenang owah. Tamat

Jangjawokan Netepkeun Béas

manik larang ngaran nu tapa di jéro béas
puhaci lénggang hérang
puhaci leunteur putih nu mangku sajagat kabéh
ngaran dalu-dalu puhaci gelungan jati
ngaran kéjo puhaci lémok larang
ngaran gigih puhaci lempungan rasa
ngaran réméh puhaci naga talétéh
ngaran anu nungguan imah nini bermana aki bermana
ngaran anu dina lawang imah nini gandaré aki gandaré
ngaran longlongan nini Karamat aki Karamyang
ngaran anu di girang nini iles aki iles
ngarana anu di hilir nini déwa kasih
nya aing sira mangambuh
sira mangambuh saéncak-éncak
saréana saeutik mahi hanteu réa nyésa
Puhaci Megat Rasa
Puhaci nu aya di wétan Sri Mangebarung
Puhaci nu aya di kidul Sri Mangundur
Puhaci nu aya di kalér Sri Mandalarang
Puhaci nu aya di kulon Sri Mandala Putih

Jangjawokan Ngingu Sapi

Sia abus kenur tambang taya ngaran
sia eukeur tapa di gunung di kahiayangan
rasa sia rasa awaking rasa sia

Jangjawokan Ngingu Ingon-Ingon

Sang Sawara Nini Kumantang Aki Kumantang
duwé putih Sang Putilang mang liat mangala-ala
sawara sia sawara awaking
Andini Apus Buyut Cangah ngaran sia
eukeur tapa di jero
beunang bubu putih
wangsa tingal mantra sia
nya aing batara sia

Jangjawokan Arék Mandi

Nawaétu Ranggani namaning istri
dat ludiat dat cahyaning pangéran
jisim abdi ngangken cahyaning pangéran

Jangjawokan Nyerepkeun Élmu dina Sapoé Sapeuting

Seri Tapa Mulanggana
awak panipuh buana
anyipuh Sang Hyang Tapa
nur dat nur sipat
nurtes bakaling manusa
trét cai bakaling manusa
lailaha ilalloh Muhammad darosululloh

Jangjawokan Nyaba

saméméh indit kudu ngagedig bumi tilu kali sarta maca:
bumi tuli jagat buta
rep peteng wong sajagat kabéh

Jampe Nyimpen Beas

mangga nyi pohaci
nyimas alame nyimas mulane
geura ngalih ka gedong manik ratna inten
abdi ngiringan
ashadu sahadat panata, panetep gama
iku kang jumeneng lohelapi
kang ana teleking ati
kang ana lojering Allah
kang ana madep maring Allah
iku wuju salamaet ing dunya
salamet ing akherat
asahadu anla ila haileloh
wa ashadu anna Muhammaddarrasolullah
abdi seja babakti kanu sakti, agung tapa
nyanggakeun sangu putih sapulukan
kukus kuning purba herang
tuduh kang seseda tuhu
datang ka sang seda herang
tepi ka kang seda sakti
nu sakti neda kasakten
neda deugdeugan tanjeuran

contoh lainnya,

Jampe ngisikan (mencuci beras) :

mangga nyimas alene nyimas maulene
geura siram dibanyu mu’min
di Talaga Kalkaosar
abdi ngiringan
nyi pohaci budugul wulung
ulang jail babawaan kaula
heug
nyi pohaci barengan jati
ulah jail kaniaya
ka nyi pohaci sukma jati
heug

Ajian
ieu elmu katimbunan Badan
kuat teu karasa
duk sakumpul asa kapuk
duk sarempang asa kapas
ampulna hampangna
ku pangaresa Alloh sorangan

Ajian
les peteng nu petengles
leungit tandana peteng
nini hanatik
leutikasup kana ruas
leutikawaking si raga ruas

Ajian
asihan aing si burung pundung
maung pundung datang amum
badak galak datang depa
oray laki datang numpi
burung pundung burung cidra kukarunya
malik welas malik asih ka awaking

Asihan
asihan sabeulit bumi
asihan salinlang buana
brag asih da di asih
nu asih lungguh na biwir
nu haat lungguh na soca
roh tuk-truk tuh badan si anu (….)
mangka welas, mang ka asih
raat asih ka badan awaking

Asihan
Nu cunduk bayu si anunu
datang atma si eta
reujeung satineung jeung aingmangka
datang jeung raganamangka
cunduk jeung bayunamangka
baraya jeung satineungmangka
tunggal atmanaiya rasa nira
iya rasa nisunsaking purbaning pangeran
asih na asih ka awaking

Asihan
Nu bogoh paboro-boro
nu hayang paheula-heula
nu beuki pagiling-giling
nu banyu pagulung-gulung
ne atma paheula –heula
mangka reujeung satineung
da tungkul geusan jeung sukma
mangka lebur ucus rumangga
bayahnamangka rug-rug sagalanamangka
asih ka awaking
da urang reujeung satineung
da urang reujeung sa bayu
daurang reujeung sarasaiya
iku asihan sang uleut jati

Asihan
ka Indung anu ngandung
ka Rama anu ngayuga
ka Indung nu teu ngandung
ka Rama anu teu ngayuga
kadulur opat kalima pancer
pang nepikeun ieu hate
ka Indung na anu ngandung
ka Rama na anu ngayuga
ka Indung na nu teu ngandung
ka Rama na anu teu ngayuga
kadulur na opat kalima pancer
kalawan kanu ngurus ngaluis hirup jeung huripna… (sianu) …….Pamugi sing …………

Asihan
Tunjuk curuk masing rincuk
di tunjuk kadua mangkuk
di ondang sangkala datangbasa sia……..
geus di tungtunsukma sia……….
geus di bawabeunang sia ……..
ku aingteu wedi paseuri-seuri
teu weudeu padeuleu-deuleu
tepung tingal mendak layanam
prok jonghok mendak jodo aing………geura tuturkeun

Rajah
Neda agung nya paralun
Ka batara ka batari
Ka batara neda suka
Ka batari neda widi
Agungna ka nu kawasa
Mugi di jaring ku gusti
Karuhun mangka ngariung
Nini aki jadi saksi
Uteuk tongo walang togo
Sakabeh taluk ka kuring
Kabeh pada nyaraksian
Kana ucap kuring tadi

Rajah
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Nini Raja Puhara
Aki Raja Puharaulah
idi ka pepelakan aing
maring pare maring sipat sajeneng
kalawan ingsun sasipat
kalawan ingsun maojud
maring datulloh
maring sipat beas
sajeneng kalawan isunmaojud
maring datulloh
Sri asih ka bangsa tunggal kagungan
Sri suci mulya badan sampurna tunggal iman
Ambu pancering iman
Bapa tangkaling iman
gagang aing gagang imansalupih
aing dadi lansip dadi sasip dadi lancip
Singlar
Curulung cai ti manggung
barabat ti awing-awang
cai tiis tanpa bisi
mun deuk nyatru ka si itu
mun deuk hala ka si eta
anaking palias teuing
Singlar
Ong gambang-gambung teluh katimpuh
buta kasinglar wong sira
pada suminggahya wisésaya
aing patapan masdarupatapan
daruniratu neluh buta ajur
Si Lumbak Si Atong
Si Ngudak Si Cocolongok
Si Kapulaga sira liman
jeneng ingsun Sutera Mangayaluwas waluya
walaidun desit cundek kalacalu
sipat nabi Sipat iman iya Rosululloh
Mantra hitam (black magic) yang dimaksudkan adalah mantra pendendam dan mantra perdayaan. Mantra pendendam adalah mantra pembalasan atas perbuatan jahat orang yang mengirimkan mantra untuk mencelakai si pembalas.
Mantra ini diklasifikasikan sebagai mantra hitam karena ada motif mendendam dan ingin mencelakai orang yang mencoba mencelakainya. Simak teks yang dimaksud di bawah ini:
Panolak Teluh
Siriwi kula siratin
Mina haji kurawul kabuli badan
Papag papupang-pulang
Cunduk nyungcung datang rahayu
Anu runtuh sira nu gempur
Nu ngadek sira nu paeh
Nu nyimbeuh sira nu baseuh
Nu nyundut sira nu tutung
Nya aing Ceda Wisesa
Panca buana di buana panca tengah
Tiis ti peuting ngeunah ti beurang
Ngeunah ku Allah Taala
Ya Allah hurip waras (3 X)
Adapun dalam mantra hitam yang benar-benar dilatarbelakangi oleh hasrat ingin mencelakai orang lain tampak dalam mantra di bawah ini:
Paneluh Galunggung Ratu teluh ti Galunggung
Sang Ratu cedacawal
Ratu teluh ti Gunung Agung
Sang Ratu murba Sakama
Sang Ratu Talaga Bodas
Nu kumawasa pusering talaga
Sang Ratu Cedacawal
Nya aing Sang Ratu Cedacawal
Pur geni pur braja
Seuseup getihna
Cokcrok ototna
Sebit atina
Bedol tikorona
Sayab nyawana
Tuh Singsieunan si …………

Berikut kutipan mantera pelet Ki Lamsijan dan Nyi Ceupleu:
1.
Tunjuk aing simarincung
ditunjuk ku dua mangkuk
diondang sangkala datang
bayu sia geus ditungtun
atma sia geus dibawa
kurungan sia di aing
teu wedi paseuri seuri
teu weudeu padeuleu-deuleu
tepung tingal mendak layan
amprok jongok manggih jodo
…..aing tuturkeun! (titik-titik agar diisi oleh nama wanita idaman)
2.
Ka cai sia ngadon ceurik
ka darat sia ngadon midangdam
datangkeun sia belang
deukeutkeun sia kelong
selenteng angen sia ka aing
ret hayang ret asih
asih ka badan aing
tuturkeun uing Kang……. (silahkan sebutkan nama pria dimaksud)
Bila mantera pelet tersebut salah sasaran, artinya malah nyangkut di seseorang yang bukan diinginkan ada mantera tolaknya:
Imut aing imut kunyuk
seuri aing seuri lutung
sora aing sora domba
tangtung jiwa anu burung
lengkah kawas anu siwah
angin malik ka jadina
gendam mulang ka asalna
pelet hamo daek masket