Minggu, 21 Mei 2017

PERANAN HARIMAU LORENG MENURUT MITOLOGI JAWA

PERANAN HARIMAU LORENG MENURUT MITOLOGI JAWA

  Berdasarkan kepercayaan masyarakat jawa kuno, harimau jawa dianggap sebagai raja hutan yang berhubungan dengan hal-hal yang berbau mistis. Oleh karena itu harimau jawa disebut “Mbah loreng” yang artinya Kakek berjubah loreng. Ketika seseorang berjumpa dengan harimau jawa di hutan atau di ladang, maka orang tersebut akan memanggilnya mbah.Kepercayaan ini didasari oleh keyakinan masyarakat jawa bahwa mbah loreng itu memiliki peranan dalam menjaga ketentraman suatu desa. Mereka bisa berdialog dengan manusia menggunakan bahasa khusus yang hanya dimengerti oleh orang-orang tertentu.
Harimau jawa ini memiliki pemimpin yang berasal dari makhluk gaib. Makhluk gaib itu disebut “mbah danyang” yang berwujud harimau putih. Mbah danyang ini memiliki tugas “mbahu reksa” atau melindungi desa dan juga memimpin segenap harimau loreng di hutan.
Jika masyarakat ingin membabat alas (membuka lahan hutan untuk pemukiman), seorang sesepuh warga akan harus membakar kemenyan serta membaca mantra jawa. Maka harimau putih akan datang dan kemudian terjadi dialog. Orang yang memanggil akan meminta ijin kepada mbah danyang untuk membabat alas sebagai pemukiman manusia, karena harimau loreng adalah sang raja hutan yang harus dimintai ijin terlebih dahulu.
Konon harimau jawa tidak ingin bertemu manusia. Karena jika bertemu dengan manusia maka mbah loreng ini akan kehilangan rejeki selama 40 hari. Sehingga harimau jawa selalu menghindari pertemuan dengan manusia sejak dahulu kala.

Harimau dan kucing
Masyarakat jawa kuno percaya bahwa kucing adalah neneknya harimau. Konon di dalam hutan mereka memiliki komunitas dan wujud mereka juga seperti manusia. Dikisahkan pada suatu hari sang nenek pergi ke kampung untuk meminta api kepada penduduk, sementara cucunya yang seekor harimau disuruh menunggu di hutan.
Ketika sang nenek tiba di kampung dan masuk ke dapur di rumah warga, nenek berwujud kucing ini melihat terasi diatas tungku. Terasi itu mengeluarkan bau yang gurih dan harum, lantas si kucing ini mencoba mencicipinya dan ternyata rasanya enak. Akibatnya kucing ini kerasan dan tidak mau kembali lagi ke hutan. Akhirnya sampai sekarang kucing tetap tinggal di kampung, sedangkan cucunya yang merupakan seekor harimau ditinggal di hutan bersama saudara-saudaranya.
Terkadang harimau jawa masuk ke kampung untuk menjenguk neneknya, namun mereka tidak pernah memangsa ternak atau memakan warga. Tidak ada ceritanya harimau jawa memakan manusia dalam sejarah jawa, karena ada perjanjian antara harimau dan manusia. Jika harimau jawa memakan manusia maka mereka akan kehilangan rejeki selama 40 hari atau terkena kutukan.
Menemukan anak harimau
Orang jawa percaya bahwa harimau jawa suka membalas budi. Jika ada orang menemukan anak harimau di hutan dan memberikan kalung bawang putih dan bawang merah kepada si anak harimau, maka malamnya sang induk harimau akan mendatangi rumah orang tersebut sambil membawa daging rusa dan diletakkan di depan pintu dengan maksud membalas budi.
Harimau jawa merupakan sosok raja hutan yang bijaksana dan tidak serakah. Mereka tidak mau mengganggu manusia dan tidak mau memangsa ternak. Karena mereka memiliki komunitas di hutan dan memiliki aturan seperti layaknya manusia. Kini harimau jawa tinggal kenangan dan kisah-kisahnya tetap dikenang oleh sebagian warga.
Namun dalam perkembangan terakhir, para peneliti membantah kalau harimau jawa punah. Mereka yakin bahwa harimau jawa masih ada hingga hari ini berdasarkan temuan-temuan kuat mereka. Hanya saja peneliti belum berhasil menunjukkan bukti foto terbaru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar