Senin, 27 Maret 2017

aliran Perennialisme

Perennialisme diambil dari kata Perennial, yang dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English diartikan sebagai “Continuing throughout the whole year” atau “Lasting for a very long time” abadi atau kekal. Dari makna yang terkandung dalam kata itu aliran perenialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal abadi.
Perennial berarti everlasting, tahan lama atau abadi. Aliran ini mengikuti paham realisme, yang sejalan dengan pemikrian Aristoteles bahwa manusia itu rasional. Sekolah adalah lembaga yang didesain untuk menumbuhkan kecerdasan. Siswa seyogyianya diajari gagasan besar agar mencintainya, sehingga mereka menjadi intelektual sejati. Akar filsafat ini datang dari gagasan besar Plato, Aristoteles dan kemudian dari St. Thomas Aquinas yang sangat berpengaruh pada model-model sekolah Katolik.
Kaum perrenialis mendasarkan teorinya pada pandangan universal bahwa semua manusia memiliki sifat esensial sebagai mahluk rasional, jadi tidaklah baik menggiring dan mencocok hidung mereka ke penguasaan keterampilan vokasional. Berbeda dari esensialis, eksperimen saintifik dianggap mengurangi pentingnya kapasitas manusia untuk berpikir. Pelajaran filsafat dengan demikian menjadi penting, agar siswa mampu berpikir mendalam, analitik, fleksibel, dan penuh imajinatif.
Perennialisme melihat bahwa akibat dari kehidupan zaman modern telah menimbulkan banyak krisis di berbagai bidang kehidupan umat manusia. Untuk mengatasi krisis ini perennialisme memeberikan jalan keluar berupa “kembali kepada kebudayaan masa lampau” regressive road to cultural.[6] Oleh karena itu perennialisme memandang penting peranan pendidikan dalam proses mengembalikan keadaan manusia zaman modern ini kepada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan yang telah terpuji ketangguhannya. Sikap kembali kepada masa lampau bukan berarti nostalgia, sikap yang membanggakan kesuksesan dan memulihkan kepercayaan pada nilai-nilai asasi abad silam yang juga diperlukan dalam kehidupan abad modern.
Perennialisme adalah gerakan pendidikan yang mempertahankan bahwa nilai-nilai universal itu ada, dan bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu pencarian, penanaman kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai tersebut.[7]
Asas yang dianut perennialisme bersumber pada filsafat kebudayaan yang berkiblat dua[8], yaitu:
Perennialisme yang theologis, bernaung di bawah supremasi gereja katolik, dengan orientasi pada ajaran dan tafsir Thomas Aquinasa.
Perennialisme sekuler berpegang pada ide dan cita filosofis Plato dan Aristoteles.
Pendidikan menurut filsafat ini mesti membangun sejumlah mata pelajaran yang umum bukan spesialis, liberal bukan vokasional, yang humanistik bukan teknikal. Dengan cara inilah pendidikan akan memenuhi fungsinya humanistiknya yang mesti dimiliki manusia. Ada empat prinsip dari aliran ini :
Kebenaran bersifat universal dan tidak tergantung pada tempat, waktu, dan orang;
Pendidikan yang baik melibatkan pencarian pemahaman atas kebenaran;
Kebenaran dapat ditemukan dalam karya-karya agung; dan
pendidikan adalah kegiatan liberal untuk mengembangkan nalar.
Prinsip-prinsip pendidikan Perennialisme
Di bidang pendidikan, perennialisme sangat dipengaruhi oleh tokoh-tokohnya: Plato, Arietoteles, dan Thomas Aquinas. Dalam hal ini pokok pemikiran Plato tentang ilmu pengetahuan dan nilai-nilai adalah manifestasi dari hukum universal yang abadi dan sempurna, yakni ideal sehingga ketertiban social hanya akan mungkin bila ide itu menjadi ukuran, asas normative dalam tata pemerintahan. Maka tujuan utama pendidikan adalah: “membina pemimpin yang sadar dan mempraktikkan asas-asas normative itu dalam semua aspek kehidupan.
Menurut Plato, manusia secara kodrati memiliki tiga potensi, yaitu: nafsu, kemauan, dan pikiran. Pendidikan hendaknya berorientasi pada potensi itu dan kepada masyarakat, agar kebutuhan yang ada pada setiap lapisan masyarakat bisa terpenuhi.
Prinsip-prinsip pendidikan perennialisme tersaebut perkembangannya telah mempengaruhi system pendidikan modern, seperti pembagian kurikulum untuk sekolah dasar, menengah, perguruan tinggi dan pendidikan orang dewasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar