Sabtu, 25 Maret 2017

kekhalifahan bani umayyah

Ibu kota
Damaskus
Ibu kota
dalam pengasingan
Kordoba
Bahasa
Arab
Agama
Islam
Bentuk Pemerintahan
Monarki
Sejarah
-
Didirikan
661
-
Dibubarkan
750
Pendahulu
Pengganti
Kekhalifahan Rasyidin
Kekaisaran Bizantium
Kerajaan Visigoth
Kekhalifahan Abbasiyah
Kekhalifahan Umayyah Al-Andalus
Bani Umayyah (bahasa Arab: ﺑﻨﻮ ﺃﻣﻴﺔ , Banu Umayyah , Dinasti Umayyah ) atau Kekhalifahan Umayyah , adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya (beribukota di Damaskus ); serta dari
756 sampai 1031 di Cordoba , Spanyol sebagai
Kekhalifahan Cordoba . Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin 'Abd asy-Syams , kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu
Muawiyah bin Abu Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Muawiyah I.
Genealogi
Umayyah
pendiri Bani Umayyah
Harb
Abu al-'Ash
Abu Sufyan
kepala suku Mekkah
Affan
al-Hakam
Yazid
(Gub. Siria th. 639
1. MUAWIYAH I
(k. 661 -680 )
Ummu Habibah
UTSMAN
4. MARWAN I
(k. 684 -685 )
2. YAZID I
(k. 680 -683 )
3. MUAWIYAH II
(k. 683 -684 )
Muhammad
5. ABDUL-MALIK
(k. 685 -705 )
Abdul-Aziz
Gub. Mesir
14. MARWAN II
(k. 744 -750 )
6. AL-WALID I
(k. 705 -715 )
7. SULAIMAN
(k. 715 -717 )
9. YAZID II
(k. 720 -724 )
10. HISYAM
(k. 724 -743 )
8. UMAR II
(k. 717 -720 )
12. YAZID III
(k. 744 )
13. IBRAHIM
(k. 744 )
11. AL-WALID II
(k. 743 -744 )
Muawiyah
Abd ar-Rahman I
Emir di Kordoba
[1] Catatan:
k. merupakan tahun kekuasaan
Masa Keemasan
Kubah Batu
di Kompleks
Masjidil Aqsa
yang dibangun Bani Ummayyah
Masa ke-Khilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu dimulai pada masa kekuasaan
Muawiyah bin Abu Sufyan , yaitu setelah terbunuhnya Ali bin Abi Thalib , dan kemudian orang-orang Madinah membaiat Hasan bin Ali namun Hasan bin Ali menyerahkan jabatan kekhalifahan ini kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan dalam rangka mendamaikan kaum muslimin yang pada masa itu sedang dilanda bermacam fitnah yang dimulai sejak terbunuhnya
Utsman bin Affan, pertempuran Shiffin, perang Jamal , terbunuhnya Ali bin Abi Thalib, serta penghianatan dari orang-orang Khawarij [2] dan
Syi'ah .[3][4][5][6]
Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan perluasan wilayah yang terhenti pada masa khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dilanjutkan kembali, dimulai dengan menaklukan Tunisia , kemudian ekspansi ke sebelah timur, dengan menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai
Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul ,. Sedangkan angkatan lautnya telah mulai melakukan serangan-serangan ke ibu kota
Bizantium, Konstantinopel . Sedangkan ekspansi ke timur ini kemudian terus dilanjutkan kembali pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan . Abdul Malik bin Marwan mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan berhasil menundukkan Balkanabad , Bukhara , Khwarezmia ,
Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan menguasai Balukhistan , Sind dan daerah Punjab sampai ke Multan .
Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan pada zaman Al-Walid bin Abdul-Malik . Masa pemerintahan al-Walid adalah masa ketenteraman, kemakmuran dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah barat daya, benua Eropa , yaitu pada tahun 711 M. Setelah
Aljazair dan Maroko dapat ditundukan, Tariq bin Ziyad , pemimpin pasukan Islam , dengan pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan antara Maroko (magrib) dengan benua Eropa , dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan. Dengan demikian, Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol , Cordoba , dengan cepatnya dapat dikuasai. Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan
Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Cordoba. Pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa.
Di zaman Umar bin Abdul-Aziz , serangan dilakukan ke Perancis melalui pegunungan
Pirenia. Serangan ini dipimpin oleh Aburrahman bin Abdullah al-Ghafiqi . Ia mulai dengan menyerang Bordeaux , Poitiers . Dari sana ia mencoba menyerang Tours . Namun, dalam peperangan yang terjadi di luar kota Tours, al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol . Disamping daerah-daerah tersebut di atas, pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah ( mediterania ) juga jatuh ke tangan Islam pada zaman Bani Umayyah ini.
Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi
Spanyol , Afrika Utara, Syria, Palestina , Jazirah Arab, Irak , sebagian Asia Kecil, Persia , Afganistan , daerah yang sekarang disebut Pakistan,
Turkmenistan , Uzbekistan, dan Kirgistan di Asia Tengah .
Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang. Muawiyah bin Abu Sufyan mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang. Pada masanya, jabatan khusus seorang hakim (qadhi) mulai berkembang menjadi profesi tersendiri, Qadhi adalah seorang spesialis dibidangnya. Abdul Malik bin Marwan mengubah mata uang
Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Khalifah Abdul Malik bin Marwan juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan
bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam. Keberhasilan ini dilanjutkan oleh puteranya Al-Walid bin Abdul-Malik (705-715 M) meningkatkan pembangunan, di antaranya membangun panti-panti untuk orang cacat, dan pekerjanya digaji oleh negara secara tetap. Serta membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.
Meskipun keberhasilan banyak dicapai daulah ini, namun tidak berarti bahwa politik dalam negeri dapat dianggap stabil. Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan inilah suksesi kekuasaan bersifat
monarchiheridetis (kepemimpinan secara turun temurun) mulai diperkenalkan, di mana ketika dia mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, yaitu Yazid bin Muawiyah . Muawiyah bin Abu Sufyan dipengaruhi oleh sistem monarki yang ada di Persia dan Bizantium , istilah khalifah tetap digunakan, namun Muawiyah bin Abu Sufyan memberikan interprestasi sendiri dari kata-kata tersebut di mana khalifah Allah dalam pengertian penguasa yang diangkat oleh
Allah padahal tidak ada satu dalil pun dari al-Qur'an dan hadits nabi yang mendukung pendapatnya.
Dan kemudian Muawiyah bin Abu Sufyan dianggap tidak mentaati isi perjanjiannya dengan
Hasan bin Ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan penggantian kepemimpinan diserahkan kepada pemilihan umat Islam. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid bin Muawiyah sebagai putera mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan.
Ketika Yazid bin Muawiyah naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya. Yazid bin Muawiyah kemudian mengirim surat kepada gubernur
Madinah , memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husain bin Ali Ibnul Abu Thalib dan Abdullah bin Zubair Ibnul Awwam.
Husain bin Ali sendiri juga dibait sebagai khalifah di Madinah , Pada tahun 680 M, Yazid bin Muawiyah mengirim pasukan untuk memaksa Husain bin Ali untuk menyatakan setia, Namun terjadi pertempuran yang tidak seimbang yang kemudian hari dikenal dengan Pertempuran Karbala [7] , Husain bin Ali terbunuh, kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus , sedang tubuhnya dikubur di Karbala sebuah daerah di dekat Kufah .
Kelompok Syi'ah sendiri, yang tertindas setelah kesyahidan pemimpin mereka Husain bin Ali, terus melakukan perlawanan dengan lebih gigih dan di antaranya adalah yang dipimpin oleh Al-Mukhtar di Kufah pada 685-687 M. Al-Mukhtar mendapat banyak pengikut dari kalangan kaum Mawali (yaitu umat Islam bukan Arab, berasal dari
Persia , Armenia dan lain-lain) yang pada masa Bani Umayyah dianggap sebagai warga negara kelas dua. Namun perlawanan Al-Mukhtar sendiri ditumpas oleh Abdullah bin Zubair yang menyatakan dirinya secara terbuka sebagai khalifah setelah Husain bin Ali terbunuh. Walaupun dia juga tidak berhasil menghentikan gerakan Syi'ah secara keseluruhan.
Abdullah bin Zubair membina kekuatannya di
Mekkah setelah dia menolak sumpah setia terhadap Yazid bin Muawiyah. Tentara Yazid bin Muawiyah kembali mengepung Madinah dan
Mekkah secara biadab seperti yang diriwayatkan dalam sejarah. Dua pasukan bertemu dan pertempuran pun tak terhindarkan. Namun, peperangan ini terhenti karena taklama kemudian Yazid bin Muawiyah wafat dan tentara Bani Umayyah kembali ke Damaskus.
Perlawanan Abdullah bin Zubair baru dapat dihancurkan pada masa kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan , yang kemudian kembali mengirimkan pasukan Bani Umayyah yang dipimpin oleh Al-Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi dan berhasil membunuh Abdullah bin Zubair pada tahun 73 H/692 M.
Setelah itu, gerakan-gerakan lain yang dilancarkan oleh kelompok Khawarij dan Syi'ah juga dapat diredakan. Keberhasilan ini membuat orientasi pemerintahan Bani Umayyah mulai dapat diarahkan kepada pengamanan daerah-daerah kekuasaan di wilayah timur (meliputi kota-kota di sekitar Asia Tengah ) dan wilayah Afrika bagian utara, bahkan membuka jalan untuk menaklukkan
Spanyol (Al-Andalus ). Selanjutnya hubungan pemerintah dengan golongan oposisi membaik pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul-Aziz (717-720 M), di mana sewaktu diangkat sebagai khalifah, menyatakan akan memperbaiki dan meningkatkan negeri-negeri yang berada dalam wilayah Islam agar menjadi lebih baik daripada menambah perluasannya, di mana pembangunan dalam negeri menjadi prioritas utamanya, meringankan zakat, kedudukan
mawali disejajarkan dengan Arab. Meskipun masa pemerintahannya sangat singkat, namun berhasil menyadarkan golongan Syi'ah , serta memberi kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya.
Penurunan
Sepeninggal Umar bin Abdul-Aziz , kekuasaan Bani Umayyah dilanjutkan oleh Yazid bin Abdul-Malik (720- 724 M). Masyarakat yang sebelumnya hidup dalam ketenteraman dan kedamaian, pada masa itu berubah menjadi kacau. Dengan latar belakang dan kepentingan etnis politis, masyarakat menyatakan konfrontasi terhadap pemerintahan Yazid bin Abdul-Malik cendrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan rakyat. Kerusuhan terus berlanjut hingga masa pemerintahan khalifah berikutnya,
Hisyam bin Abdul-Malik (724-743 M). Bahkan pada masa ini muncul satu kekuatan baru dikemudian hari menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan itu berasal dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan mawali. Walaupun sebenarnya Hisyam bin Abdul-Malik adalah seorang khalifah yang kuat dan terampil. Akan tetapi, karena gerakan oposisi ini semakin kuat, sehingga tidak berhasil dipadamkannya.
Setelah Hisyam bin Abdul-Malik wafat, khalifah-khalifah Bani Umayyah yang tampil berikutnya bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini semakin memperkuat golongan oposisi. Dan akhirnya, pada tahun 750 M, Daulah Umayyah digulingkan oleh Bani Abbasiyah yang merupakan bahagian dari Bani Hasyim itu sendiri, di mana
Marwan bin Muhammad , khalifah terakhir Bani Umayyah, walaupun berhasil melarikan diri ke Mesir, namun kemudian berhasil ditangkap dan terbunuh di sana. Kematian Marwan bin Muhammad menandai berakhirnya kekuasaan Bani Umayyah di timur (Damaskus) yang digantikan oleh Daulah Abbasiyah, dan dimulailah era baru Bani Umayyah di Al-Andalus.
Bani Umayyah di Andalus
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bani Umayyah Al-Andalus
Al-Andalus atau (kawasan Spanyol dan Portugis sekarang) mulai ditaklukan oleh umat Islam pada zaman khalifah Bani Umayyah, Al-Walid bin Abdul-Malik (705-715 M), di mana tentara Islam yang sebelumnya telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayyah.
Dalam proses penaklukan ini dimulai dengan kemenangan pertama yang dicapai oleh Tariq bin Ziyad membuat jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Kemudian pasukan Islam di bawah pimpinan Musa bin Nushair juga berhasil menaklukkan Sidonia , Karmona , Seville, dan
Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan
Goth , Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Thariq di Toledo . Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Zaragoza sampai Navarre .
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul-Aziz tahun 99 H/717 M, di mana sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pirenia dan Perancis Selatan . Pimpinan pasukan dipercayakan kepada Al-Samah , tetapi usahanya itu gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada
Abdurrahman bin Abdullah al-Ghafiqi . Dengan pasukannya, ia menyerang kota Bordeaux , Poitiers dan dari sini ia mencoba menyerang kota Tours , di kota ini ia ditahan oleh Charles Martel , yang kemudian dikenal dengan Pertempuran Tours, al-Ghafiqi terbunuh sehingga penyerangan ke
Perancis gagal dan tentara muslim mundur kembali ke Spanyol .
Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang
Islam , kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Goth bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen. Yang tidak bersedia disiksa, dan dibunuh secara brutal.
Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderic , Raja Goth terakhir yang dikalahkan pasukan Muslimin . Awal kehancuran kerajaan Visigoth adalah ketika Roderic memindahkan ibu kota negaranya dari
Seville ke Toledo , sementara Witiza , yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari Oppas dan Achila , kakak dan anak
Witiza . Keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Roderic. Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin. Sementara itu terjadi pula konflik antara Raja Roderick dengan Ratu Julian , mantan penguasa wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan kaum muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol, Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq dan Musa.
Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderic yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang, selain itu, orang Yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin.
Sewaktu penaklukan itu para pemimpin penaklukan tersebut terdiri dari tokoh-tokoh yang kuat, yang mempunyai tentara yang kompak, dan penuh percaya diri. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum
muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.
Kronologi Bani Ummayyah
661 M- Muawiyah menjadi khalifah dan mendirikan Bani Ummayyah.
670 M- Perluasan ke Afrika Utara. Penaklukan
Kabul .
677 M- Penaklukan Samarkand dan Tirmiz . Serangan ke Konstantinopel .
680 M- Kematian Muawiyah. Yazid I menaiki takhta. Peristiwa pembunuhan Husain .
685 M- Khalifah Abdul-Malik menegaskan
Bahasa Arab sebagai bahasa resmi.
700 M- Kampanye menentang kaum Barbar di Afrika Utara.
711 M- Penaklukan Spanyol , Sind , dan
Transoxiana .
713 M- Penaklukan Multan .
716 M- Serangan ke Konstantinopel .
717 M- Umar bin Abdul-Aziz menjadi khalifah. Reformasi besar-besaran dijalankan.
725 M- Tentara Islam merebut Nimes di
Perancis .
749 M- Kekalahan tentara Ummayyah di Kufah ,
Iraq terhadap tentara Abbasiyyah.
750 M- Damsyik direbut oleh tentara
Abbasiyyah. Kejatuhan Kekhalifahan Bani Ummaiyyah.
756 M- Abdurrahman Ad-Dakhil menjadi khalifah Muslim di Kordoba.Memisahkan diri dari Abbasiyyah.
Kekhalifahan Utama di Damaskus
1. Muawiyah I bin Abu Sufyan, 41-61 H /
661 - 680 M
2. Yazid I bin Muawiyah , 61-64 H / 680 - 683 M
3. Muawiyah II bin Yazid , 64-65 H / 683 -684 M
4. Marwan I bin al-Hakam , 65-66 H / 684 -685 M
5. Abdullah bin Zubair bin Awwam , (peralihan pemerintahan, bukan Bani Umayyah).
6. Abdul-Malik bin Marwan , 66-86 H / 685 - 705 M
7. Al-Walid I bin Abdul-Malik , 86-97 H /
705 - 715 M
8. Sulaiman bin Abdul-Malik , 97-99 H /
715 - 717 M
9. Umar II bin Abdul-Aziz , 99-102 H / 717 -720 M
10. Yazid II bin Abdul-Malik , 102-106 H /
720 - 724 M
11. Hisyam bin Abdul-Malik , 106-126 H /
724 - 743 M
12. Al-Walid II bin Yazid II , 126-127 H / 743 - 744 M
13. Yazid III bin al-Walid , 127 H / 744 M
14. Ibrahim bin al-Walid , 127 H / 744 M
15. Marwan II bin Muhammad (memerintah di
Harran, Jazira ), 127-133 H / 744 -750 M
Keamiran di Kordoba
Abdur-rahman I , 756-788
Hisyam I, 788-796
Al-Hakam I , 796-822
Abdur-rahman II , 822-888
Abdullah bin Muhammad , 888-912
Abdur-rahman III , 912-929
Kekhalifahan di Kordoba
Abdur-rahman III , 929-961
Al-Hakam II , 961-976
Hisyam II , 976-1008
Muhammad II , 1008-1009
Sulaiman , 1009-1010
Hisyam II , 1010-1012
Sulaiman , dikembalikan, 1012-1017
Abdur-rahman IV , 1021-1022
Abdur-rahman V , 1022-1023
Muhammad III , 1023-1024
Hisyam III , 1027-1031

Tidak ada komentar:

Posting Komentar