Senin, 27 Maret 2017

Pengetahuan Sain, Filsafat dan Mistik

Pengetahuan Sain, Filsafat dan Mistik (resume)
PENGETAHUAN SAIN
Ontologi Sain
Pengetahuan sain adalah pengetahuan rasional empiris. Suatu hipotesis harus berdasarkan rasio, dengan kata lain hipotesis harus rasional. Contoh : dalam hal hipotesis rasionalnya adalah untuk sehat diperlukan gizi, telur banyak mengandung gizi, karena itu logis bila semakin banyak makan telur akan semakin sehat. Hipotesis tersebut telah mencukupi dari segi kerasionalannya. Kata rasional disini menunjukkan adanya hubungan pengaruh atau hubungan sebab akibat. Perlu diingat bahwa hipotesis yang belum diuji, kebenarannya barulah dugaan.
Berbicara masalah empiris, dalam hipotesis tadi ; semakin banyak makan telur akan semakin sehat atau telur berpengaruh positif terhadap kesehatan terbukti. Setelah terbukti --sebaiknya berkali-kali—maka hipotesis berubah menjadi teori. Teori bahwa “semakin banyak makan telur akan semakin sehat” atau “telur berpengaruh positif pada kesehatan” adalah teori yang rasional-empiris. Teori seperti inilah yang disebut teori ilmiah (scientific theory). Beginilah teori dalam sain.
Rumus baku metode ilmiah : logico-hypotetico-verificatif (buktikan bahwa itu logis, Tarik hipotesis, ajukan bukti empiris).
Pada dasarnya cara kerja sain adalah kerja mencari hubungan sebab akibat. Asumsi dasar sain adalah tidak ada kejadian tanpa sebab.
Ilmu atau sain berisi teori. Sain tidak memberikan nilai baik atau buruk, halal atau haram, sopan atau tidak sopan, indah atau tidak indah ; sain hanya memberikan nilai benar atau salah.
Struktur Sain : Dalam garis besarnya sain dibagi dua, yaitu sain kealaman dan sain sosial.
Epistimologi Sain
Objek pengetahuan sain ialah semua objek yang empiris. Objek-objek yang dapat diteliti oleh sain banyak sekali : alam, tetumbuhan, hewan dan manusia serta kejadian-kejadian di sekitar alam, tetumbuhan, hewan dan manusia itu ; semuanya dapat diteliti oleh sain.
Cara Memperoleh Pengetahuan Sain
Perkembangan sain didorong oleh :
· Paham Humanisme
· Rasionalisme
· Empirisme
· Positivisme
Positivisme sudah dapat disetujui untuk memulai upaya membuat aturan untuk mengatur manusia dan mengatur alam. Kata Positivisme, ajukan logikanya, ajukan bukti empirisnya yang terukur. Caranya dengan menggunakan metode Ilmiah.
· Metode Ilmiah
Metode Ilmiah sebenarnya tidak mengajukan sesuatu yang baru ; Metode ilmiah hanya mengulangi ajaran Positivisme, tetapi lebih operasional. Metode ilmiah mengatakan, untuk memperoleh pengetahuan yang benar dilakukan langkah berikut : logico-hypothetico-verificartif. Maksudnya, mula-mula buktikan bahwa itu logis, kemudian ajukan hipotesis (berdasarkan logika itu), kemudian lakukan pembuktian hipotesis itu secara empiris.
Dengan rumus metode ilmiah inilah kita membuat aturan itu. Metode Ilmiah secara teknis dan rinci dijelaskan dalam satu bidang ilmu yang disebut Metode Riset.
· Metode Riset
Meode Riset menghasilkan Model-model Penelitian.
· Model-Model Penelitian
Model-Model Penelitian inilah yang menjadi instansi terakhir –dan memang operasional dalam membuat aturan (untuk mengatur manusia dan alam).
Dengan menggunakan Model Penelitian tertentu kita mengadakan penelitian. Hasil-hasil penelitian itulah yang kita warisi sekarang berupa tumpukan pengetahuan sain dalam berbagai bidang sain. Inilah sebagian dari isi kebudayaan manusia. Isi kebudayaan yang lengkap ialah pengetahuan sain, filsafat dan mistik.
Hipotesis (dalam sain) ialah pernyataan yang sudah benar secara logika, tetapi belum ada bukti empirisnya. Belum atau tidak ada bukti empiris bukanlah merupakan bukti bahwa hipotesis itu salah. Hipotesis benar bila logis. Ada atau tidak ada bukti empirisnya adalah soal lain. Kelogisan suatu hipotesis –juga teori—lebih penting ketimbang bukti empirisnya.
Aksiologi Sain
Sekurang-kurangnya ada tiga kegunaan teori sain : sebagai alat membuat eksplanasi, sebagai alat peramal dan sebagai alat pengontrol.
Langkah baku sain dalam menyelesaikan masalah : identifikasi masalah, mencari teori, menetapkan tindakan penyelesaian.
Sain tidaklah netral. Sain itu bagian dari kehidupan, sementara kehidupan itu secara keseluruhan tidaklah netral.
Paham sain tidak netral adalah paham yang sesuai dengan ajaran semua agama dan sesuai pula dengan niat ilmuwan tatkala menciptakan teori sain. Jadi, sebenarnya tidak ada jalan bagi penganut sain netral.
PENGETAHUAN FILSAFAT
Ontologi Filsafat
Hatta megatakan bahwa bila orang telah banyak mempelajari filsafat orang itu akan mengerti dengan sendirinya apa filsafat itu. Langeveld berpendapat setelah orang berfilsafat sendiri, barulah maklum apa filsafat itu ; makin dalam ia berfilsafat akan semakin mengerti ia apa filsafat itu.
Pengetahuan filsafat ialah pengetahuan yang logis da tidak empiris.
Struktur Filsafat : Filsafat terdiri atas tiga cabang besar (yang merupakan satu kesatuan) yaitu :
· Ontologi, membicarakan hakikat (segala sesuatu) ; ini berupa pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu;
· Epistemologi cara memperoleh pengetahuan itu;
· Aksiologi membicarakan guna pengetahuan itu.
Ontologi mencakupi banyak sekali filsafat, mungkin semua filsafat masuk disini, misalnya Logika, Metafisika, Kosmologi, Teologi, Antropologi, Etika, Estetika, Filsafat Pendidikan, Filsafat Hukum, dan lain-lain. Epistemologi hanya mencakup satu bidang saja : epistimologi cara memperoleh pengetahuan filsafat. Ini berlaku bagi semua cabang filsafat. Aksiologi hanya mencakup satu cabang filsafat yaitu aksiologi yang membicarakan guna pengetahuan filsafat. Ini pun berlaku bagi semua cabang filsafat. Inilah kerangka struktur filsafat.
Epistimologi Filsafat
Isi Setiap cabang filsafat ditentukan oleh objek apa yang diteliti (dipikirkan)-nya. Jika ia memikirkan pendidikan maka jadilah filsafat pendidikan, dan seterusnya.
Objek penelitian filsafat lebih luas dari objek penelitian sain. Sain hanya meneliti objek yang ada, sedangkan filsafat meneliti objek yang ada dan mungkin ada. Ditegaskan lagi bahwa sain meneliti objek-objek yang ada dan empiris ; yang ada tetapi abstrak (tidak empiris) tidak dapat diteliti oleh sain.
Cara memperoleh pengetahuan fisafat dengan berfikir secara mendalam, tentang sesuatu yang abstrak. Mungkin juga objek pemikirannya sesuatu yang kongkret, tetapi yang hendak diketahuinya ialah bagian dibelakang objek kongkret itu. Dus abstrak juga.
Pengetahuan dikatakan mendalam tatkal ia sudah berhenti sampai tanda tanya. Dia tidak dapat maju lagi, disitulah orang berhenti, dan ia telah mengetahui sesuatu itu secara mendalam. Jadi jelas, mendalam bagi seseorang belum tentu mendalam bagi orang lain.
Pengetahuan filsafat ialah pengetahuan yang logis tidak empiris. Pernyataan ini menjelaskan bahwa ukuran kebenaran filsafat ialah logis tidaknya pengetahuan itu. Bila logis benar, bila tidak logis, salah.
Aksiologi Filsafat
Untuk mengetahui kegunaan filsafat, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal, pertama filsafat sebagai kumpulan teori filsafat, kedua filsafat sebagai metode pemecahan masalah, tiga filsafat sebagai padangan hidup (philosophy of life).
Sesuai dengan sifatnya, filsafat menyelesaikan masalah secara mendalam dan universal. Penyelesaian filsafat bersifat mendalam artinya ia ingin mencari asal masalah. Universal artinya filsafat ingin masalah itu dilihat dalam hubungan seluas-luasnya agar nantinya penyelesaian itu cepat dan berakibat seluas mungkin.
PENGETAHUAN MISTIK
Ontologi Pengetahuan Mistik
Pengetahuan mistik adalah pengetahuan yang tidak dapat dipahami rasio, maksudnya, hubungan sebab akibat yang terjadi tidak dapat dipahami rasio. Pengetahuan ini kadang-kadang memiliki bukti empiris tetapi kebanyakan tidak dapat dibuktikan secara empiris.
Di dalam Islam, yang termasuk pengetahuan mistik ialah pengetahuan yang diperoleh melalui jalan tasawuf. Pengetahuan mukasyafah adalah pengetahuan mistik dalam tasawuf yang diperoleh bukan melalui jalan indera atau jalan rasio.
Pengetahuan mistik (sebenarnya ppengetahuan yang bersifat mistik) ialah pengetahuan yang supra-rasional tetapi kadang-kadang memiliki bukti empiris.
Dilihat dari segi sifatnya mistik menjadi dua, yaitu mistik biasa dan mistik magis.
Mistik biasa adalah mistik tanpa kekuatan tertentu. Dalam Islam mistik yang ini adalah tasawuf. Mistik Magis ialah mistik yang mengandung kekuatan tertentu yang biasanya untuk mencapai tujuan tertentu. Mistik magis ini dapat dibagi dua, yaitu mistik-magis-putih dan mistik-magis-hitam. Mistik magis putih dalam Islam contonya ialah mu’jizat, karamah, ilmu hikmah, sedangkan mistik-magis-hitam contonya ialah santet dan sejenisnya yang menginduk ke sihir, bahkan boleh jadi mistik-magis-hitam itu dapat disebut sihir saja.
Orang menganggap mistik-magis-putih adalah mistik magis yang berasal dari agama langit (Yahudi, Nasrani dan Islam). Sedangkan mistik-magis-hitam berasal dari luar agama itu. Dalam praktiknya keduanya memiliki kegiatan relatif sama, nyaris hanya nilai filsafatnya saja yang berbeda. Kesamaaan itu terlihat karena mistik-magis-putih menggunakan wirid, do’a sedangkan mistik-magis-hitam menggunakan mantra, jampi yang keduannya pada segi praktik sama. Kemiripan juga terlihat pada segi lain : mistik-magis-putih menggunakan wafaq-wafaq dan isim-isim sedangkan mistik-magis-hitam menggunakan rajah-rajah dan jimat. Wafaq, isim, rajah, jimat sama menggunakan benda-benda (material) sebagai perwujudan kekuatan supranatural.
Perbedaan mendasar ada pada segi filsafatnya. Mistik-magis-putih selalu dekat dan berhubungan dan bersandar pada Tuhan., sehingga dukungan Ilahi sangat menentukan. Hal ini berjalan sejak kenabian, pada nabi magis-putihnya ialah mukjizat, pada pemilik magis putih selain Nabi disebut karamah.
Mistik-magis-hitam selalu dekat, bersandar dan bergantung pada kekuatan setan dan roh jahat. Mereka memiliki kekuatan di atas rata-rata manusia, kekuatan mereka itu memungkinkan mereka mampu melihat hal-hal gaib, karena dukungan setan dan/atau roh jahat tadi. Jiwa-jiwa yang memiliki kemampuan magis tadi dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu :
Pertama, mereka yang memiliki kemampuan atau pengaruh melalui kekuatan mental atau himmah. Itu disebabkan jiwa mereka telah menyatu dengan jiwa setan atau roh jahat. Para filosof menyebut mereka ini sebagai ahli sihir dan kekuatan mereka luar biasa.
Kedua, mereka yang melakukan pengaruh magisnya dengan menggunakan watak benda-benda atau elemen-elemen yang ada di dalamnya, baik benda angkasa atau benda yang ada di bumi. Inilah yang disebut jimat-jimat yang biasa disimbolkan dalam bentuk benda-benda material atau rajah.
Ketiga, mereka yang melakukan pengaruh magisnya melalui kekuatan imajinasi sehingga menimbulkan berbagai fantasi pada orang yang dipengaruhi. Kelompok ini disebut kelompok pesulap (sya’badzah).
Uraian itu menjelaskan sebagain dari epistemologi dan aksiologi mistik-mistik-hitam.
Karena secara filosofis dua kelompok ini berbeda dalam epistemology dan aksiologi maka kita dengan jelas dapat membedakan keduanya. Keduanya menggambarkan realitas manusia : baik dan jahat, mukmin dan kafir, memegang yang haq dan mengambil yang bathil. Maka wajar bila mereka memperoleh sebutan yang satu putih dan yang satu hitam.
Epistimologi Pengetahuan Mistik
Pengetahuan mistik ialah pengetahuan yang diperoleh tidak melalui indera dan bukan melalui rasio. Pengetahuan ini diperoleh melalui rasa, melalui hati sebagai alat merasa. Kalau indera dan rasio adalah alat mengetahui yang dimiliki manusia, maka rasa atau hati, juga adalah alat mengetahui.
Yang menjadi objek pengetahuan mistik ialah objek yang abstrak-supra-rasional, seperti alam gaib termasuk Tuhan, malaikat, surge, neraka, jin, dan lain-lain. Termasuk objek yang hanya dapat diketahui melalui pengetahuan mistik ialah objek-objek yang tidak dapat dipahami oleh rasio, yaitu objek-objek supra-natural (supra-rasional), seperti kebal, debus, pelet, penggunaan jin, santet.
Pengetahuan mistik diperoleh melalui rasa. Bagaimana mengetahui hakikat Tuhan atau mengetahui sebagian dari Hakikat-Nya?
Kata kaum sufi, kita harus menghilangkan sebanyak mungkin unsur nasut pada diri anda dan memperbesar unsur lahut. Nsur nasut ialah unsur jasmani, unsur lahut ialah unsur rohani. Bila kita tidak lagi terlalu banyak dipengaruhi unsur nasut, maka unsur lahut itu akan dapat berkomunikasi dengan Tuhan, yang Tuhan itu semuanya lahut.
Untuk menghilangkan atau mengurangi unsur nasut itu manusia harus membersihkan rohaninya, membersihkan dari nafsu-nafsu jamaniyah. Ia harus memperkuat rohaninya. Rohaninya akan senfitif atau peka. Caranya antara lain seperti yang diajarkan oleh kaum sufi. Thariqat dalam hal ini adalah cara dalam memebershkan diri. Thariqat dalam hal ini merupakan epistemologi untuk memperoleh pengetahuan mistik.
Pada umumnya cara memperoleh pengetahuan mistik adalah latihan yang disebut juga riyadhah. Dari riyadhah itu manusia memperoleh pencerahan, memperoleh pengetahuan yang dalam tasawuf disebut ma’rifah.
Pengetahuan mistik lain, seperti kebal, cara memperolehnya sama saja dengan yang di atas tadi yaitu latihan. Umumnya latihan itu adalah latihan batin. Pelet dan santet diperoleh juga dengan metode yang sama. Dapatlah disimpulkan –sekalipun kasar- bahwa epistemologi pengetahuan mistik ialah pelatihan batin.
Kebenaran pengetahuan mistik diukur dengan berbagai ukuran. Bila pengetahuan mistik itu berasal dari Tuhan, maka ukurannya ialah teks Tuhan yang menyebutkan demikian. Tatkala Tuhan dalam Al-Quran mengatakan bahwa surge neraka itu ada, maka teks itulah yang menjadi bukti bahwa pernyataan itu benar. Ada kalanya ukuran kebenaran pengetahuan mistik itu kepercayaan. Jadi, sesuatu dianggap benar karena kita mempercayainya. Kita percaya bahwa jin dapat disuruh melakukan sesuatu pekerjaan. Ya, kepercayaan kita itulah ukuran kebenarannya. Ada kalanya kebenaran sesuatu teori dalam pengetahuan mistik diukur dengan bukti empiris. Dalam hal ini bukti empiris itulah ukuran kebenaraannya. Kebal adalah sejenis pengetahuan mistik. Kebenarannya dapat dikukur dengan kenyataan empiris misalnya seseorang memperlihatkan di hadapan orang banyak bahwa ia tidak mempan ditusuk jarum.
Satu-satunya tanda pengetahuan disebut pengetahuan (bersifat) mistik ialah kita tidak dapat menjelaskan hubungan sebab akibat yang ada di dalam sesuatu kejadian mistik. Dalam contoh kebal, kita tidak dapat menjelaskan secara rasional mengapa jarum tidak mampu menembus kulit orang kebal. Jadi, yang bersifat mistik itu ialah “mengapa” nya. Akan lebih merepotkan kita memahami sesuatu teori dalam pengetahuan mistik bila teori itu tidak punya bukti empiris; sulit diterima karena secara rasional tidak terbukti dan bukti empiric tidak ada.
Aksiologi Pengetahuan Mistik
Pengetahuan mistik itu amat subjektif, yang paling tahu penggunaannya adalah pemiliknya. Seharusnya kita bertanya kepada salik (pengamal tasawuf), para pengamal ahli hikmah, atau kepada dukun mereka gunakan untuk apa pengetahuannya itu. Secara kasar kita dapat mengetahui bahwa mistik yang biasa digunakan untuk memperkuat keimanan, mistik-magis-putih digunakan untuk kebaikan, sedangkan mistk-magis-hitam digunakan untuk tujuan jahat.
Untuk menilai apakah mistik-magis itu hitam atau putih, kita melihatnya pada segi ontologinya, epistemologinya, dan aksiologinya. Bila pada ontologi terdapat hal-hal yang berlawanan dengan nilai kebaikan, maka dari segi ontologi mistik-magis itu kita sebut hitam. Bila pada cara memperolehnya (epistemologi) ada yang berlawanan dengan nilai kebaikan maka kita akan mengatakan mistik-magis it hitam. Bila dalam penggunaan (aksiologi) nya untuk kejahatan maka kita menyebutnya hitam.
Pengetahuan mistik menyelesaikan masalah tidak melalui proses inderawi dan tidak juga melalui proses rasio. Itu berlaku untuk mistik putih dan mistik hitam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar